Jatah libur sehari dalam seminggu selalu Kinar manfaatkan untuk quality time dengan Evan. Sekedar pergi ke taman atau bahkan hanya bermain di lingkungan rumah, itu sudah cukup membuat Evan bahagia. Seperti halnya hari itu, dia bencana pergi ke pasar mengajak Evan. Membeli kebutuhan untuk seminggu ke depan sekaligus mencari bahan puding kesukaan Evan. Namun baru saja memandikan Evan, panggilan dari ponselnya terus mendesak untuk segera di angkat. Tertera nomor tak dikenal disana.
"Halo Mba Kinar...aku Hana. Aku kangen banget sama Evan, boleh nggak ketemu dia?" sapa Hana dari ujung gawainya.
"Ooohh..Mba Hana, tentu boleh Mba. Kita mau ketemu dimana?"
"Mba tau kan di deket mall yang kemarin-kemarin kita ketemu itu ada cafe yang ada arena bermain buat anak, aku pengin ngajak Evan ke sana," ujar Hana.
"Baik Mba, kita ketemu di sana aja."
"Siapa Bu?" tanya Evan yang sedikit paham dengan pembicaraan itu.
"Tante Hana sayang...dia kangen sama kamu," jawab Kinar.
"Halo Tante Hana, Evan juga kangen," celetuk Evan mendekatkan bibirnya pada ponsel sang ibu.
"Tante juga kangen banget sayang. Evan mau kan main sama Tante?"
"Iya Tante...Evan mau," balasnya.
"Ok sayang...nurut sama Ibu yah, nanti kita ketemu."
"Ok Tante.." Evan terlihat sangat gembira.
Sekitar empat puluh lima menit Kinar telah sampai di tempat yang Hana maksud, berjalan menggandeng tangan mungil Evan. Dan dari salah satu sudut, seorang perempuan melalukan tanganya. Rupanya Hana telah sampai duluan.
Evan berhamburan memeluk Hana, begitu dekat mereka padahal baru kali kedua ini bertemu.
"Akhirnya...Tante kangen banget tau," kata Hana.
"Evan juga Tante," jawab Evan manja.
"Makasih ya Mba, udah bolehin aku ketemu Evan."
"Tadi dengar Mba Hana pengin ketemu, dia tuh langsung kegirangan banget. Di rumah juga tanya-tanya terus," ujar Kinar.
"Jadi makin gemes deh," balas Hana makin mengeratkan pelukanya.
"Sekarang...Evan mau main dulu apa makan dulu?"
"Emmm...." Evan berfikir sejenak. "Main dulu aja Tante, tadi kan udah makan di rumah," jawabnya.
"Ok kalau gitu..yuk," Hana menuntun Evan menuju wahana mandi bola yang selalu menarik buat anak-anak.
Dari kejauhan Kinar hanya memandanginya. Memuji dalam hati, begitu baik perempuan itu.
Mereka begitu dekat, kaya udah kenal lama...Kaya Tante sama keponakanya saja... Batinnya.
Sampai akhirnya dia pun ikut bergabung, bermain lepas. Melupakan semuanya beban yang selama ini menimpanya cukup berat. Sampai lupa waktu, telah berapa lama mereka bermain, penuh canda tawa.
"Maaf Mba...aku ngangkat telpon dulu ya," pamit Hana yang ponselnya berdering sejak tadi.
"Iya, nggak papa kok," balas Kinar.
Sedikit menjauh dari tempat bising, Hana mengusap tombol hijau yang ada di layar ponselnya.
"Lama banget si, nggak di angkat-angkat," seru seseorang dari ujung sana.
"Maaf...tadi lagi nemenin anak kecil main," kali ini Ki
Hana sedikit merasa tak enak hati pada Angga, karena sudah janjian ketemu siang ini.
"Kamu dimana? aku jemput."
"Di Depan cafe biasa kita ketemu."
"Tunggu aku!" Angga yang posisinya tak jauh dari tempat itu langsung bergegas menujunya.
Dilihatnya Hana sedang menyuapi es krim pada bocah Laki-laki.
"Anak siapa?" tanyanya seraya menggeret kursi, mendudukinya, mendengus kesal.
"Temen..cepet banget sampainya?"
"Sayang...kenalin ini Om Angga, temen Tante," kata Hana memperkenalkan Angga.
Evan yang nampaknya canggung dan agak takut dengan raut wajah Angga hanya menunduk tanpa sapaan. Sementara Angga karena kekesalannya, tak memperhatikan sedikitpun wajah bocah kecil itu.
"Jangan takut sayang! Omnya nggak galak kok. Dia cuma lagu ngambek aja. Kaya kamu kalau minta jajan nggak di kasih," sindir Hana, melirik ke arah Angga
"Sama anak kecil nggak usah mendelik gitu napa?" bisik Hana bernada sinis.
"Bukan sama dia, tapi sama kamu. Lupa janji, pake nyindir lagi," kesalnya.
"Sorry..." Hana terkekeh.
"Mana ibunya tuh bocah?"
"Lagi ke belakang..Mas Angga kenapa si? Jutek banget dari tadi," keluh Hana.
"Nggak papa," jawabnya singkat masih bertahan dengan mode kesalnya.
"Cuma mau bilang, gue mau ke Jogja," katanya lagi.
"Ya udah ati-ati Mas.."
"Hemmm..."
"Kok hemmm aja sih?"
"Gue berangkat dulu," pamit Angga, berlalu begitu saja.
"Seminggu lebih nggak ketemu, gue tuh kangen banget sama kamu Hana..." Angga emang udah kelewat bucin sama Hana, hanya saja Hana kurang merespon. Masih saja cuek, tak menggubris Playboy yang udah banyak matahin hati cewek-cewek di luar sana.
Baru beberapa langkah Angga beranjak, Kinar kembali. Tak sempat melihat dengan jelas wajah itu, yang mungkin saja masih diingatnya.
"Tadi ada yang ke sini?" tanya Hana.
"Iya Bu, Om Angga," celetuk Evan yang bicaranya sudah cukup jelas.
"Tadi temenku Mba," sela Hana.
"Oo..gitu."
"Iya sayang, udah sore tuh. Nanti nenek nungguin kita terlalu lama," kata Hana menunjuk ke arah luar, langit nampak muram menyambut senja.
"Tapi Evan masih pengin main sama Tante," rengek Evan.
"Evan sayang... besok-besok kalau Tante libur, Tante bakalan ajak Evan main lagi. Pokoknya janji deh," kata Hana.
"Bener Tante?"
"Iya dong...tapi sekarang Evan harus pulang dulu.Kan kasian sama neneknya Evan, sendirian di rumah," rayu Hana.
"Baik Tante, tapi Tante janji ya?"
"Iya sayang..."
"Makasih Mba Hana, udah bikin Evan bahagia banget hari ini," ucap Kinar kemudian berpamitan. Mereka pun bangkit bersama, berpisah di pelataran depan.
_____________________
Ballroom hotel yang memang sudah tampak sengat mewah dengan desain artistik di setiap ornamennya, dipenuhi banyak orang yang lalu lalang dengan tugas masing-masing. Mempersiapkan hari jadi hotel yang ke dua puluh, yang tentunya akan di gelar dengan megah dan besar.
Kinar sepertinya tak peduli akan hal tersebut, dia hanya mengerjakan tugasnya di belakang dengan teliti. Jangan sampai salah menyiapkan bahan makanan, yang akan di sajikan untuk orang penting kata chefnya.
Sementara Angga kembali ke Jogja berniat untuk menemui seseorang. Seseorang yang memang sudah lama dia tunggu, untuk kerjasama proyek-proyek barunya ke depan. Yang dirasa kemampuannya memang di atas rata-rata untuk berbagai hal, terutama soal keamanan usahanya.
Dan tanpa banyak basa-basi Jay pun mengiyakan semua perintah Angga, dia punya hutang banyak pada pengusaha muda kaya raya itu. Di tambah kondisi kesehatan sang ibu makin membaik, semakin mantap langkahnya mengikuti sang Bos ke Jakarta.
"Lusa hari jadi hotel bokap gue yang udah dua puluh tahun dia rintis, benar-benar dari nol. Gue akan kenalin lu sama dia," kata Angga di tengah perjalanan mereka.
"Gue khawatir ada yang punya niatan nggak baik, lu harus ekstra jaga-jaga," tambah Angga yang memang khawatir akan saingan bisnisnya yang mulai bersaing tak sehat.
Jay tak menjawab, namun otaknya bekerja mencerna setiap ucapan Angga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Putri Queen
ah babang jay bakalan ketemu sama kinar nih semoga bersatu 1 tor
2021-03-15
0
Nurhayati Karim
maraton bacanya
2021-03-14
0
hany
kereeeeen 👍👍👍😘😘
next....
fedback ya ....
2021-03-14
0