Menghempaskan tubuh lelahnya di atas sofa apartemen sederhana yang disewanya, Roman melepas lelahnya. Setelah seharian berjibaku dengan berbagai aktifitas studinya di negeri orang itu.
Namun rasa gelisah muncul tiba-tiba, bergelayut manja di hatinya. Di iringi kecemasan yang entah apa sebabnya dan dari mana datangnya. Dia pun bingung. Bayangan wajah gadis yang merintih penuh air mata saat berada di bawahnya kembali muncul, menambah pekat kegundahannya. Mungkin itulah firasat ketika di tempat yang berbeda seorang gadis belia tengah berjuang hidup dan mati melahirkan bayi, bayi hasil perbuatannya.
Dan memang benar, di dalam ruang persalinan Kinar tengah menahan sakit yang begitu nikmatnya. Mencengkeram erat tangan Bu Ira, yang setia menguatkan dan mendoakannya. Hingga terdengar tangis bayi menggema seisi ruangan, sehat dan sempurna.
"Anak kamu udah lahir sayang," ucap Bu Ira tersenyum haru. Menggenggam tangan Kinar yang terkulai lemas, penuh peluh sedikit menarik kedua sudut bibirnya tersenyum lega, diantara rasa yang sulit untuk dijabarkanya.
Tak berselang lama setelah bayinya dibersihkan, dan dirinya mendapat perawatan, seorang perawat masuk menggendong bayi mungil kemudian memberikanya. Meletakanya di pangkuan Kinar untuk segera disusuinya.
"Mba Kinar harus belajar menyusui," katanya sembari memposisikan si bayi pada posisi yang nyaman.
"Makasih Sus," ucap Kinar.
Disodorkannya bukit mencuat yang memang makin padat berisi itu ke mulut bayi mungil yang sedang mencari-cari, menunggunya sejak tadi.
Tak pernah dibayangkannya, di usia yang belum genap sembilan belas tahun dia telah menyandang status Ibu. Di tatapnya lekat si bayi yang mulai pandai menghisap.
Tuhan memang adil, sangat adil..menghadirkannya untuk menguatkan ku...hatinya penuh haru, tak terbesit sedikitpun kehadiran bayi mungil itu sebagai musibah.
Namun ingatanya tiba-tiba melompat mundur ke belakang, pada pria yang merelakan kebebasanya demi dirinya. Yang justru telah dia sayat hatinya, dengan meninggalkanya begitu saja.
Maaf...selamanya mungkin aku nggak akan pernah bisa membayar hutangku...ucapnya dalam hati, menitikan air mata yang sudah tertahan sejak tadi.
Jika saja kejadian malam itu tidak menimpanya tentu sekarang dia masih bisa menemuinya tanpa beban, menunggunya menghirup udara bebas, memberikan hatinya tanpa paksa. Kini semuanya telah menguap sirna, memilih sendiri rasanya lebih baik bagi Kinar. Tanpa memikirkan bahkan Jay akan tetap menerima apapun kondisinya.
Di tempat lain Jay yang sedang menikmati makan siangnya, tiba-tiba tersedak.
"Pelan-pelan makannya," kata Nara pidana lain menyodorkan segelas air putih.
"Mungkin ada yang sedang mikirin elu," katanya lagi yang hanya di balas dengan setengah senyum melengkung terpaksa dari bibir Jay.
"Dia udah lama nggak ke sini kan?" tanyanya lagi.
Jay menunduk, "dia bukan siapa-siapa gue, nggak ada kepentingan baginya buat terus berkunjung ke sini," akhirnya mulut Jay berucap juga.
"Masih banyak perempuan di luar sana, lu bisa nyari setelah bebas nanti," menepuk bahu Jay.
Jay meninggalkan piring yang masih penuh berisi nasi beserta lauknya, melenggang pergi mencari tempat yang dirasanya nyaman untuk merebahkan tubuh di tengah panasnya udara yang membuat keringatnya makin bercucuran.
Matanya terpejam, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Menjelajahi kenangan pertemuan pertama hingga gadis itu pamit untuk meninggalkannya. Dan Sesak, saat ingatanya terhenti pada kata menikah yang diucapkan gadis itu beberapa bulan lalu.
Tidak percaya.., mungkin tapi kenyataanya dia tidak bisa mencari kebenaran hal tersebut.
Jika benar kamu telah menikah dan bahagia dengan laki-laku pilihanmu..tak ada alasan bagiku untuk terus memikirkanmu...aku turut bahagia.
________________________
Satu tahun telah berjalan. Kinar menikmati status ibu muda dengan segala kerepotannya merawat seorang bayi tanpa suami, meski Bu Ira selalu ada siap siaga menemani dan menjaganya.
"Kamu yakin besok akan mulai kerja?" tanya Bu Ira mempertegas niatan Kinar, setelah lolos interview di sebuah hotel bintang lima yang cukup terkenal.
"Iya Bu, maaf aku bakalan banyak ngrepotin Ibu lagi," katanya.
"Ibu nggak masalah, cuma kasian sama Evan ditinggal kamu."
"Nggak papa ya sayang, Ibu kerja buat masa depan Evan juga. Evan mulai besok nggak boleh nakal, nurut sama nenek," ucap Kinar tersenyum menatap anak laki-lakinya itu. Dibalas dengan tawa menggemaskan yang membuat Kinar makin berat meninggalkannya meski tak lama.
"Kalau itu keputusan kamu, Ibu dukung. Kamu jaga diri ya," kata Bu Ira.
"Iya Bu, doain aku."
"Tentu.."
___________________
Mengenakan rok sebatas lutut dengan kemeja soft blue, riasan make up ala kadarnya tak mengurangi pesona Kinar, dia tetap cantik. Melenggang menyusuri trotoar menuju hotel tempatnya akan mulai bekerja.
"Permisi Pak, saya karyawan yang baru diterima di sini. Saya harus menemui siapa ya," sapanya pada security dengan polos.
"Itu mereka juga karyawan baru, ikuti mereka saja," jawab security menunjukan beberapa orang Laki-laki dan perempuan yang berjalan masuk.
"Makasih Pak," segera bergegas menyusulnya.
Seorang perempuan mengenakan seragam kebesarannya, berdiri angkuh di depan beberapa karyawan baru. Tuturnya tegas dengan bahas formal pilihannya, mberi arahan sekaligus membagi tugas sesuai kemampuannya.
Satu persatu dipanggilnya untuk menuju bagiannya masing-masing. Dan yang terakhir dipanggil adalah Kinar. Ditatapnya dari atas ke bawah dengan sinis, mungkin iri.
"Dan kamu...tugas kamu sebagai staff concierge. Untuk detail tugasnya kamu langsung temui senior kamu di sebelah sana. Dia yang akan menjelaskan sekaligus mengajarikamu," ucapnya dengan tegas.
"Baik Bu.." jawab Kinar mengangguk. Hasil interview beberapa hari lalu di tambah penampilan fisiknya membuatnya beruntung kali ini. Dia ditempatkan sebagai salah satu staff concierge.
Hari pertama dan mungkin beberapa hari kedepan Kinar mendapatkan pembekalan mengenai tugas-tugasnya. Karena tugasnya nanti langsung berinteraksi dengan tamu, tentu harus belajar tata caranya sebelum terjun praktek langsung.
Ternyata bukan hal yang sulit bagi Kinar, belum genap seminggu dia sudah dilepas untuk mempraktekkan bekal ilmu yang dia dapat beberapa hari ini secara langsung. Mulai dari menerima tamu, mengantarkanya, sebagai pusat informasi, dan tugas-tugas lainya seperti menyediakan kebutuhan tamu yang seringkali bersifat pribadi.
Pekerjaan tersebut tentunya membuat dia banyak bertemu orang. Tidak sekali dua kali beberapa tamu menatapnya lekat, terpukau, terpesona. Bahkan ada yang berani menggodanya namun tetap Kinar tanggapi dengan sopan. Tak mau meninggalkan kesan buruk untuk para tamu.
Bahkan supervisor atasannya seringkali mencuri pandang, memberinya perhatian lebih. Postur tinggi tegap, wajah rupawan, di tambah tuturnya yang kalem dan sopan cukup menjadi idola karyawan perempuan di sana. Membuat mereka iri pada Kinar.
"Udah malem, aku anter pulang ya?" tawarnya tentu dengan sopan.
"Makasih Pak, aku udah biasa naik bis kok," jawabnya menolak halus.
"Ya kalau masih ada bis, ini sudah malem loh," menunjukan jam sepuluh lewat lima belas menit.
"Biasanya masih kok," tolaknya lagi.
"Ya udah, hati-hati.." pungkas Adam sedikit kecewa.
"Oya tunggu...jangan panggil aku Pak," pintanya.
"Lalu aku harus panggil apa, Bapak kan atasan saya."
"Terserah kamu, asal jangan Bapak. Kesannya jadi tua, anaknya segede kamu," candanya.
Kinar tersenyum, "kalau gitu aku panggil Om saja," balas Cila berkelakar.
"Haduuuh...itu malah kaya Om..Om..yang Maruk sama ABG," desah Adam membuat Kinar terkekeh.
"Emang aku masih kaya ABG ya Mas..."
Seulas senyum pun kembali terpampang di wajah Adam, gembira dengan kata "Mas" yang baru dia dengar, "aku suka panggilan itu," seraya ngeloyor pergi.
Kinar pun juga langsung pergi, mereka berpisah arah. Perhatian Adam hanya dianggapnya sebatas atasan dan bawahan saja, tidak lebih.
***
di tunggu like, vote sama komennya ya gaess..biar author makin rajin up..😁😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
hadir😍👍
2021-04-07
0
HeniNurr (IG_heninurr88)
Hati2.. byk mata buaya di luar sna Kinar, waspada.... waspada
2021-03-01
0
Reiina Nadhiff
lanjut
2021-02-28
0