Di tengah ramai riuhnya suasana sebuah pusat perbelanjaan kala itu, berseliweran pengunjung dengan tujuannya masing-masing. Memilah-milih kebutuhannya, atau sekedar jalan-jalan cuci mata membuang jenuh. Seorang anak usia tiga setengah tahun dengan wajah panik celingukan kesana kemari mencari sosok sang Ibu. Yang sedari tadi menggandengnya, tapi terlepas entah karena apa.
Tangisnya pun pecah, merasa dirinya tak aman kadang terhimpit atau tertabrak pengunjung lain yang tampak acuh. Beruntung saat dirinya jatuh terjerembab seseorang menarik tangannya.
"Kamu nggak papa kan De..?" tanya seorang perempuan yang seusia dengan ibunya.
Evan tak menjawab, tangisnya makin pecah sembari memanggili ibunya.
"Yuk ikut Tante, nanti Tante bantu cariin ibu kamu," ujar Hana yang paham, anak kecil itu terpisah dari orang tuanya.
Perlahan tangis Evan mereda, dia mulai bisa menjawab apa yang Hana tanyakan.
"Nama kamu siapa sayang?" sembari mengusap lembut pucuk kepala Evan.
"Evan Tante..." jawab Evan masih dengan suara serak.
"Tadi ke sini sama siapa?"
"Ibu..." jawab Evan yang malah menangis sendiri. Mungkin takut tak bertemu ibunya lagi.
"Tenang sayang...Evan makan dulu ya, nanti baru kita cari ibu kamu," bujuk Hana dengan lembut. Terlihat anak kecil itu pucat, tubuhnya lemas.
Evan pun mengangguk, menuruti apa kata Hana. Mulutnya terbuka menerima suapan dari tangan Hana, nasi putih dengan ayam krispi dari sebuah merk terkenal, favoritnya. Dengan cukup lahap memakanya, sedikit melupakan ketidakberadaan ibunya di sisinya.
Di tempat lain meski Kinar telah melapor pada petugas keamanan, dia tidak berpangku tangan. Dengan wajah tak kalah panik berlarian kesana kesini, menanyai orang yang berpapasan dengannya sembari menunjukan foto Evan. Berharap ada yang melihatnya. Nyatanya belum satu pun yang memberikan jawaban melegakan, suasana pusat perbelanjaan yang rame kalau menyulitkannya. Beberapa kali kembali ke bagian keamanan berharap ada kabar. Nyatanya nihil.
Akhirnya dia merosot tak berdaya diantara lelah kakinya, dengan linangan air mata. Merutuki dirinya yang tak becus menjaga anaknya.
Evan...kamu dimana sayang. Ibu nggak mau kehilangan kamu... lirihnya sembari bangkit berusaha kembali mencarinya. Diiringi segala kecemaaan dan ketakutan yang terus berjejal membuat pikirannya semakin berkecamuk, melayang jauh was-was jika hal buruk menimpa anaknya itu.
Di tengah kelimpungannya mencari Evan yang tak juga surut meski di sisa tenaga yang hampir mematahkan raganya, nampak samar seorang perempuan menuntun anak laki-laki berjalan membelakanginya. Kinar pun langsung berlari mengejarnya.
"Evan...maafin Ibu Nak," ucapnya sesenggukan sembari memeluknya.
"Maaf Mba...ini anak saya," ucap seorang perempuan sembari menjauhkan tubuhnya.
"Maaf...aku kira anak saya," lirih Kinar sangat kecewa mendapati kenyataan bukan Evan.
Dia pun bangkit, beranjak kembali mencari sang buah hati tanpa lelah maupun putus asa. Hingga terdengar sayup-sayup pengumuman seorang anak kecil mengenakan celana hitam pendek, dengan atasan kaos navi tengah mencari ibunya. Kinar langsung berlari menuju tempat yang di sebutkan dari sumber suara tadi.
"Evan..." teriaknya lega saat di lihatnya wajah yang sangat dikenalinya.
"Kamu nggak papa kan Nak, sini ibu lihat..ada yang luka nggak..?" sembari memutar tubuh Evan, memastikan baik-baik saja.
Evan pun menangis saking senangnya, memeluk sang ibu begitu erat.
"Maafin ibu ya Nak...nggak bisa jaga kamu dengan baik," ucapnya dengan Evan masih dalam pelukannya. Dengan perasaan lega meski air mata masih mengalir membasahi wajahnya.
"Tadi Evan takut Bu...Ibu nggak ada," balas Evan sesenggukan.
"Udah jangan nangis ya...Evan udah sama Ibu, Ibu nggak akan ninggalin Evan lagi."
"Janji ya Bu..." rengek Evan.
"Iya Ibu janji."
Kinar pun melonggarkan pelukanya, mendongakkan wajahnya, dilihatnya seorang perempuan yang nampak tersenyum bahagia di sisi mereka.
"Mba yang nolong anak saya?" tanyanya seraya bangkit berdiri.
"Tadi adik kecil ini nangis nyariin ibunya, aku nggak tega," jawab Hana tersenyum sembari mengusap pucuk kepala Evan.
"Terimakasih banyak Mba..aku nggak tau apa yang bakal terjadi kalau Evan nggak ditemuin sama Mba?"
"Cuma kebetulan saja kok," balas Hana yang kali ini menatap lekat wajah Kinar, seperti mengenalnya
"Kenalin aku Hana..." ucapnya lagi, memperkenalkan diri.
"Aku Kinar..., sekali lagi makasih Mba Hana."
"Udah...jangan terimakasih melulu, aku malah seneng bisa ketemu cowok ganteng ini, sembari mencubit gemas pipi cubi mulus itu.
"Oya..kayanya kita pernah ketemu dimana...nggak asing," ucap Hana lagi.
"Mungkin wajahku pasaran Mba," balas Kinar te senyum simpul.
"Masa sih..." belum sempat ngobrol banyak, ponsel Hana terus berdering.
"Maaf...bentar ya Mba.." pamit Hana, sambil mengangkat panggilan itu.
"Ngapain aja sih kamu..lama banget," teriak Angga dari ujung sana.
"Iya...iya...bentar...tadi ada yang darurat...nggak sabaran banget sih.." kesal Hana.
"*Buruan..."
"Iya...bawel amat*," omelnya, mengetuk tombol merah memutuskan panggilnya.
"Maaf Mba, temenku lagi nungguin
udah nggak sabaran. Aku duluan ya..! kata Hana pamitan.
"Oo...iya Mba, sekali lagi terimakasih banyak. Maaf udah bikin repot Mba Hana."
"Nggak repot kok... boleh nggak minta no hp Mba Kinar. Kayanya aku bakalan kangen deh sama bocah ganteng ini," tersenyum pada Evan.
"Boleh Mba..." Kinar mengetikan nomernya pada ponsel Hana.
"Ok..nanti aku hubungi Mba. Evan...Tante pamit dulu ya. Kapan-kapan kita ketemu lagi, mau kan?" Hana mensejajarkan tinggi badannya dengan Evan, memeluk dan mencium gemas bocah kecil itu. Yang entah kenapa membuat Hana merasa sangat dekat.
"Iya Tante...makasih ayamnya enak," celetuk bocah kecil lugu itu. Membuat tawa seketika.
"Kalau gitu, kita harus ke sana lagi kapan-kapan. Om?"
"Siap Tante..."
Di dalam mobil Angga ngedumel kesal, menunggu Hana yang tak juga kunjung keluar.
"Lama banget...kamu ngapain aja?"
"Panjang ceritanya, nanti aku ceritain di rumah saja. Yuk buruan temui Om!"
"Ampe Jamuran gue nungguin...hemmm," Angga menghela nafas kasarnya, meredam marah.
"Nunggu gitu aja nggak sabaran...gimana kalau nungguin aku," lirih Hana.
"Apa? Coba bilang sekali lagi! Jadi kamu pengin aku nungguin kamu gitu?" Angga cengar-cengir.
"Nggak ada...nggak ada bilang gitu," elak Hana.
"Jangan boong!"
"Ngapain ngarep ditunggu sama Mas. Cewe seksi baris..mana tahan..." cibir Hana.
"Gue mau nunggu kamu..kalau kamu bisa ditunggu," sahut Angga.
"Udah ah...nggak usah bahas itu, nggak penting. Lagian Mas Angga udah kaya Abang aku sendiri."
Ucapan Hana membuat hati Angga hancur seketika, serasa jatuh dari ketinggian...Braak...pecah berkeping-keping tak beraturan. Playboy satu ini emang udah kepentok sama si Hana, satu-satunya cewe yang nggak kalah sama pesona Angga.
Kenapa Lu nggak bisa dikit aja...noleh lihat ketulusan gue. Gue nggak pengin jadi abang lu, tapi pengin jadi lelaki lu...Hana...
_________________________
Jay melangkah keluar dari jeruji besi yang merampas kebebasannya selama lebih dari empat tahun ini. Beranjak perlahan, menatapi setiap sudut yang banyak memberinya pelajaran. Mengenang untuk tak diulang. Hingga tatapannya berhenti pada tempat dimana tersimpan sedikit kenangan dengan Kinar, membuat hatinya kembali terasa tertusuk. Nyeri...perempuan yang dicintai mencampakanya begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nurhayati Karim
cepat lh ketemu
2021-03-14
0
MB.
Semangat Terus Kak 💜💪 Jangan Lupa Mampir Yah
2021-03-07
0
Dea Relita
aku hadir
lanjut kak
semangat selalu
2021-03-07
0