"Brengsek...ini tidak ada hubungannya dengan anda," gertak Adam dengan amarah memuncak.
"Mustinya tadi kamu bilang kita udah mau nikah, biar orang ini tau diri," kata Roman dengan nada santainya, menatap Kinar dengan tatapan mesra. Seraya menautkan jemarinya pada jari-jari tangan Kinar, menuntunnya keluar. Membuat Kinar bukan hanya terperangah, malah melangkah gagu mengikuti arah Roman berjalan ke depan.
Sementara di dalam sana Adam mengepalkan tangannya, begitu geram dengan kejadian tadi. Memilih duduk kembali memesan minuman lain untuk menghiburnya.
Menengok ke arah belakang tak ada yang mengejarnya, Kinar merenggangkan jemarinya. Roman pun sadar akan hal tersebut, membuka tautan tangan yang dia kunci beberapa saat tadi.
"Terimakasih sudah menolong saya," ucap Kinar hanya sepintas menatap pria yang tengah berdiri di depannya.
"Jangan terlalu gampang, dibawa laki-laki sembarangan," balas Roman berubah dingin. Bahkan ucapanya terkesan menusuk.
"Maaf, saya bukan gampangan. Mohon tidak menilai saya segampang itu," balas Kinar bernada sopan meski hatinya memang nyeri saat mendengar kalimat tadi.
"Permisi.." pamitnya yang langsung ngeloyor pergi.
Kejadian yang begitu tiba-tiba dan temaramnya sinar lampu kala itu membuatnya tak langsung mengenali sosok gadis itu. Baru saat gadis menyetop sebuah taksi, sedikit menoleh ke arahnya Roman menyadarinya. Dia gadis itu.
"Tunggu..." serunya, berusaha mengejar. Kinar keburu masuk taksi.
"Tunggu.. buka sebentar...buka," teriaknya memukuli kaca jendela taksi tersebut.
"Jalan saja Pak..." suruh Kinar.
"Nggak kasian Mba, itu pacarnya masih ngejar-ngejar," celetuk sopir taksi, terlihat Roman masih berlarian mengejarnya.
"Dia bukan pacar saya Pak," jawab Kinar.
Beberapa meter Roman masih mengejarnya, jelas kecepatannya tak sebanding. Hingga dia menyerah. Hanya bisa menatap laju mobil itu semakin jauh membawa gadis yang sudah lama dicarinya, lenyap di kejauhan.
Buat apa dia ngejar aku sampai segitunya, nglepasin dari kungkungan macan malah kejebak di kandang singa, untung cepet lari. Gumam Kinar sembari menghela nafas kasarnya, hari yang melelahkan.
Angga baru keluar dari toilet heran, saat Roman tak ada di kursi tadi. Dia pun beranjak keluar, didapatinya sahabatnya itu mengacak kasar rambutnya, frustasi.
"Kenapa lu?" tanyanya heran.
"Gadis itu...ya gadis itu," jawabnya seperti linglung.
"Gadis mana?" Angga menautkan alisnya, mencoba menerka-nerka.
"Gadis yang lu perawanin?"
"Ya..."
"Kenapa nggak lu kejar," dengan tatapan menyalahkan.
"Kepalang dia pergi, kelewat nggak ke kejar..."
"Dasar lu...ngejar gitu aja nggak becus si," Angga malah geram sendiri.
"Gue yakin bakalan temuin dua suatu saat," kata Roman penuh keyakinan.
Tanpa berdebat panjang mereka memilih langsung menuju hotel. Mengistirahatkan mata yang memang sedari tadi menuntut untuk segera ditutup rapat. Tapi tidak bagi Roman, rasa kantuk tak menghampirinya. Membuat matanya terus terjaga, menikmati bayangan yang manyiksanya, bayangan raut gadis itu.
__________________
Memejamkan mata hanya beberapa jam tak mampu mengobati lelah raganya. Evan yang sepertinya sangat merindukan belaiannya, bangun pagi sekali mengajak bermain. Memaksanya menahan kantuk yang mendera, tapi tak mengapa justru Kinar bahagia.
"Anak Ibu sayang, Ibu kerja dulu ya. Evan sama Nenek nggak boleh nakal," pesan Kinar setiap mau berangkat. Hanya saja akhir-akhir ini Evan selalu menangis saat ditinggalnya. Makin pintar rupanya, tak mau jauh dari sang Ibu.
Langkah kakinya penuh gamang kali ini, kejadian kemarin membuat hatinya tak tenang saat harus bertemu dengan Adam. Saat dia mulai berkutat di balik meja kerjanya, seseorang memanggilnya.
"Di panggil Pak Adam buruan, kayanya lagi marah tuh," kata temannya.
Kinar pun bergegas melangkah, menapakkan kakinya dengan perasaan tak menentu. Jantungnya melompat serasa lepas dari gantungannya, ada rasa takut di sana. Di saat bersamaan juga, seseorang tengah berjalan terburu-buru dikejar waktu yang menuntutnya tiba dengan segera. Jadwal penerbangan pagi yang hanya tinggal dua puluh lima menit lagi, Roman kesiangan.
Mereka yang sama-sama fokus dengan tujuan masing-masing tak menyadari ada waktu dan jarak yang memberinya kesempatan untuk bertegur sapa, namun lewat begitu saja.
"Aku paling tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu," sindir Adam ketika Kinar baru sampai di hadapannya. Mencari-cari alasan.
"Maaf Pak," ucap Kinar yang hanya bisa menunduk pasrah. Tak berani menatap wajah sang atasan yang terlihat gahar ingin mencengkeramnya.
"Mulai hari ini kamu pindah di bagian dapur. Staff dapur aku rasa lebih cocok untuk kamu," kata Adam penuh intimidasi. Sengaja memindahkannya di bagian yang sulit, sepertinya bertujuan agar dia tidak betah. Kemudian memohon-mohon padanya lagi untuk ditempatkan di bagian awal.
Dengan alasan teledor saat menjalankan tugas tentu sangat mudah bagi Adam untuk memindahkan Kinar. Tanpa dia sadari, justru Kinar bersyukur dengan kepindahanya. Dia tak harus sering bersitatap lagi dengan sosok yang memaksakan perasaanya itu. Ditambah dia juga lebih senang dengan pekerjaan yang tak mengharuskannya bertemu dengan banyak orang.
Berganti seragam, Kinar mulai sibuk dengan pekerjaan barunya. Menyapa teman-teman baru yang selama ini belum dikenalinya.
"Lu kok seneng-seneng aja pindah kesini bukanya enak jadi staff consierge. Ketimbang bau asap di mari," kata staff dapur lain.
"Dimana aja sama, yang penting dapet gaji," balasnya dengan seulas senyum ceria.
"Di sini tuh cape banget tau, tiap pulang badan udah kaya habis di gebukin orang. Paginya males banget berangkat lagi," keluh Rita staff dapur tersebut.
"Sekarang ada aku, yang bakal bikin kerjaan kamu lebih ringan," balas Kinar tanpa khawatir.
"Kalau gitu, nih buruan cuci sana," Rita menyodorkan sekeranjang bahan masakan.
"Siap nyonya," jawab Kinar menyanggupi penuh semangat.
"Semangat banget lu.."
"Di sini aku kan nggak harus ketemu banyak orang, nggak harus pasang wajah senyum manis pura-pura gitu," Kinar seraya mencontohkan dirinya saat harus tersenyum menerima tamu.
"Tapi kan jadi nggak bisa tebar pesona gitu, siapa tau ada tamu kaya ngelirik, enak kan?"
"Masa sih..." goda Kinar.
"Kalau di sini kucel, keringetan bau asep pula, siapa coba yang demen."
"Bukanya di sini sering ketemu sama cheff, kalau gantengnya kaya cheff Juna, aku nggak bakal nolak.." belum selesai ucapan Kinar, muncul cheff yang sedang di bicarakanya. Berbadan gempal, dengan wajah yang cubi. "Upsss..." menutup mulutnya, terkikik geli dalam hati, ternyata jauh dari bayanganya.
"Waktunya kerja, bukan ngobrol," gertak cheff dengan wajah garangnya.
"Iya cheff.." jawabnya bersamaan. Bergegas kembali dengan pekerjaan mereka.
"Monster ini yang bikin makin nggak betah.." bisik Rita, memberengut kesal.
"Kita hadapi monster ini bareng-bareng," balas Kinar tersenyum.
"Jurusnya tuh cuma satu...jurus kuping tebal," sahut Rita yang membuat keduanya terkekeh.
Seharian ini memang cukup melelahkan raga, tapi setidaknya bagi Kinar ini lebih baik ketimbang lelah jiwanya menghadapi Adam. Duduk selonjor sambil memijit-mijit betisnya yang terasa pegal, mondar mandir ke sana-sini.
"Kenapa? cape?" suara seorang laki-laki mengejutkannya, membuatnya wajahnya mendongak ke atas.
"Lumayan Pak," jawabnya tersenyum.
"Beneran tadi malem itu calon suami kamu?" tanyanya menyelidik.
Kinar pun mengangguk, "iya..."
"Ooh...kenapa nggak bilang dari awal?"
"Maaf.." hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Kinar, mengingat kejadian semalem hanya bohong belaka, sandiwara di luar skenarionya.
"Kalau kamu mau balik lagi, masih ada kesempatan," ucap Adam menyeringai, berharap akan ada tawar-menawar setelahnya.
"Terimakasih Pak..."
_________________
Selama dalam pesawat, bahkan hingga tiba di apartemen sederhananya, pikiranya tak lepas dari bayang-bayang gadis yang dia lihat semalam, begitu menyiksanya. Mengutuki dirinya yang telah membuang kesempatan untuk membicarakan semuanya, kesalahannya di masa lalu. Setidaknya untuk meminta maaf.
Diantara kita belum berakhir, aku akan menemukanmu...mencoba meyakinkan dirinya. Karena setelah mendapatkan gelarnya, dan mencari pengalaman kerja di negeri orang, dia akan segera kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nurhayati Karim
semoga ada kebahagiaan yg nenanti
2021-03-14
0
vie
berharap kinara suatu saat bertemu dg jay dan bsa hidup bahagia dg dia,
2021-03-07
0
Laura hussein
karyamu patut diacungi jempol kak 👍.
seru banget ceritanya.
favorit 👌
2021-03-06
0