Setengah tahun sudah kejadian itu berlalu, Kinar rutin mengunjungi Jay. Membuat hubungan mereka makin dekat, mulai mengenal jauh satu sama lain. Mengikis kecanggungan yang membuat kaku suasana.
Seperti halnya kala itu, dengan menenteng bungkusan makanan Kibar melenggang menemui Jay.
"Ini apa lagi?" sambil membuka bungkusan tersebut.
"Katanya Mas pengin rendang ayam," jawab Kinar.
"Kamu masak sendiri?"
Kinar hanya mengangguk dengan melempar senyum yang membuatnya makin terlihat mempesona.
"Enak...apa kamu sedang membayarnya dengan ini?" tanya Jay dengan mulut penuh makanan.
"Rasanya akan terlalu lama jika membayar hanya dengan ini," jawab Kinar.
Jay terhenyak, meletakan sendok menghentikan makanya. Matanya membelalak, menatap Kinar penuh tanya.
"Apa itu artinya kamu sudah tidak tahan ingin mengakhiri semua ini. Pergilah, aku tidak pernah meminta kamu untuk membayarnya. Ini pilihanku," sikap Jay berubah dingin.
"Maksudku bukan begitu..." kata-kata Kinar terputus sebelum mampu menjelaskannya. Jay telah beranjak lebih dulu.
"Aku tidak akan meminta tubuhmu untuk membayarnya," pungkas Jay dengan kecewa.
"Mas..." panggilan Kinar sama sekali tak dihiraukannya. Dia tetap melangkah tanpa menengok lagi ke belakang.
"Bahkan jika aku memberikan tubuhku, kurasa itu masih belum cukup," ucap Kinar lirih. Menyesali ucapanya yang membuat salah paham.
Tersudut di balik jeruji besi, Jay menyenderkan tubuhnya. Mencoba menghempas bayangan wajah Kinar yang masih saja bertahan nyaman di pikirannya. Menghela nafas kasar karena tak sanggup juga menghapusnya.
"Kenapa lu, suntuk amat? Bukannya habis ketemu cewek lu?" tanya penghuni yang lain.
Tak ada jawaban apapun dari Jay. Dia enggan membahasnya.
"Lu yakin dia bakal setia nunggu sampai Lu keluar?" tanyanya lagi.
Jay hanya menoleh, rasanya tak perlu menjawab pertanyaan itu.
"Dia cantik, muda. Mudah untuknya memikat laki-laki di luar sana. Dan saat itu lu akan dibinasakan dari ingatannya."
Jay tersenyum sinis, "terserah...gue nggak ngarepin dia," jawab Jay sama sinisnya.
"Nggak usah bohongin diri lu sendiri. Lu nolongin dia buat apa coba? Nggak mungkin ku nggak ngarepin apa-apa. Lu pengin dia nunggu lu bebas, setelah itu lu bisa dapetin tubuh sekaligus hati dia. Begitu kan?"
Jay terpaku, mungkin benar adanya. Hanya saja dia tidak ingin memaksakannya.
"Gue nggak maksa dia, percuma jika memiliki tubuhnya tapi nggak memiliki hatinya," tegasnya.
"Setidaknya lu puas mau ngapain tubuh mulus dan wajah cantiknya itu."
"Jangan pakai otak lu yang mesum itu buat pikirin dia," pungkas Jay yang memilih untuk membaringkan tubuhnya, memejamkan mata, mengistirahatkan raga dan pikiranya. Meski terselip resah yang mengusiknya. Seperti sebuah firasat.
____________________________
"Kinar...ada pesenan masuk. Kamu yang anter ya, kayanya arah rumah kamu deh, sekalian pulang," seru Karin.
"Pesenan apa Mba?"
"Nih baca...lagi di siapin di belakang. Biar aku yang beberes bagian belakang nanti."
"Ok Mba."
Tiga menu nasi ayam dan pelengkapnya telah tertata di box kotaknya, siap diantarkan. Mengenakan helm lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya, Kinar melajukan sepeda motor usangnya dengan pelan. Hingga sampai di tempat tujuan. Sebuah rumah minimalis yang cukup mewah menurutnya, yang memang letaknya tak jauh dari rumahnya tinggal.
Hentakan suara musik jedag jedug terdengar jelas dari balik pintu sebelum mengetuknya. Betapa terkejutnya, belum sempat dia mengetuk pintu tersebut, seseorang nyelonong keluar setengah mabuk. Mata mereka saling bertemu sesaat.
"Maaf..aku mau nganter ini," ucapnya tergagap.
Bukan bungkusan pesanan itu yang diterima orang tersebut, melainkan pergelangan tangan Kinar yang ditariknya paksa masuk ke dalam.
Tak ada perlawanan dari Kinar, dirinya yang tanpa kesiapan akhirnya terseret masuk ke dalam. Menjatuhkan bungkusan yang dipegangnya tergeletak begitu saja.
Sementara dua orang lain yang berada di ruangan tersebut hanya menertawakan adegan tersebut.
"Roman nggak tahan juga, mau diapain tuh cewek?" kata Angga yang sudah cukup mabuk.
"Berapa dosis lu kasih tadi?"
"Banyak, nggak naker," jawab Angga asal.
"Pantes, kelojotan dia," cibir Aryo.
"Kasian tuh cewek jadi pelampiasan," ujar Aryo menambahi.
"Datengnya tepat banget sih. padahal yang kita panggil belum dateng...tuh ambil bungkusan, laper gue."
Sementara di sebuah kamar tanpa pencahayaan, Roman telah mengungkung tubuh Kinar. Dia tak mampu lagi menahan hasrat yang menggebu akibat obat perangsang yang Angga campurkan ke dalam minumanya.
Brengsek kalian, gue pasti akan bales, ancam Roman yang benar-benar sudah tak tahan untuk segera melampiaskannya. Tenaganya begitu kuat menahan perlawanan Kinar yang terus meronta, memekik, menjerit minta pertolongan.
"Gue cuma mau lake lu sekali, gue bakalan bayar," sergahnya sembari mengunci kedua tangan Kinar di atas kepalanya. Menyumpal mulut Kinar bibirnya, melesatkan lidah yang terus menari lincah di dalam sana. Membuat sang pemilik makin tak berdaya, terengah-engah tak karuan.
Kedua tangannya mulai bermain lihai pada gundukan sintal yang mencuat indah.
"Tolong lepaskan saya..." rintih Kinar memelas, dengan linangan air mata yang telah banjir di wajahnya. Namun sama sekali tak dihiraukan oleh Laki-laki itu. Yang nafasnya makin memburu terasuki nafsu yang begitu ganasnya.
Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Kinar masih berusaha meronta. Berharap ada keajaiban yang akan menyelamatkannya dari kungkungan ini.
Namun semuanya sirna, saat sesuatu telah berhasil masuk memenuhi relung sensitifnya. Merobek dinding suci yang seharusnya menjadi milik pasangan syahnya kelak.
Agrhhhhh....betapa perih, betapa sakit raga dan jiwanya saat ini. Berharap semua hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir..
Namun nyatanya, semua benar-benar nyata. Tubuh seorang laki-laki masih menindih diatasnya sedang berjuang mendaki puncak kenikmatan dan kepuasannya. Hingga lenguhan panjang, disertai semburan hangat masuk ke dalam rahimnya.
"Maaf...maaf aku telah mengambilnya, aku akan membayarnya," ucap seorang laki-laki yang terbaring di sisinya. Wajahnya tersamar gelapnya ruang kala itu.
"Berapapun kamu bayar, tak akan pernah mengembalikan keadaan," balas Kinar mamaksa bangkit, meski tubuhnya terasa remuk redam. Menahan sakit yang begitu menyiksa lahir batinnya. Memunguti pakaian yang masih bisa dikenakanya. Kemudian berderap keluar dengan gontai, menahan nyeri yang Tek terkira rasanya.
Sementara Roman hanya terdiam, meresapi sisa kenikmatan yang luar biasa menurutnya. Diiringi sesal dan rasa bersalah yang menyeruak di benaknya. Sekilas menatap samar wajah gadis yang tengah mengenakan pakaiannya. Wajah yang seperti tak asing baginya.
Lalu aku harus membayarnya dengan apa," hatinya bicara. Menatap kepergian gadis itu, tanpa keinginan untuk menahanya. one stand night, hanya satu kali pikirnya. Tanpa memikirkan akibat yang menurutnya hanya satu kali itu.
Di ruangan luar, Aryo yang mabuk berat berpapasan dengan langkah Kinar yang tergesa-gesa. Terangnya cahaya lampu membuatnya dengan jelas melihat wajah itu, wajah yang beberapa kali pernah dia lihat.
"Kasian tuh cewek," gumamnya, menoleh ke arah Kinar yang langkahnya tersuruk-suruk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
triana 13
like
2022-01-30
0
Desi Ummu Ihsan
astagfirullah...tragis sekali....dasar pemuda nggak bermoral...ish akibat mabuk mabukkan...
2021-02-24
0
HeniNurr (IG_heninurr88)
Tragisnya nasib Kinar
2021-02-24
0