Pukul 5 sore tepat, beberapa laki-laki yang sepertinya mahasiswa salah satu perguruan tinggi yang tak jauh dari tempat kerja Kinar, nongkrong santai sambil bersenda gurau di tempat itu. Entah apa yang mereka bicarakan.
"Lihat tuh cewe, cakep kan?" kata salah satu diantara mereka.
"Yang mana?"
"Tuh, yang rambutnya sebahu di kuncir," tunjuknya.
"Hmmm...boleh nih buat inceran."
"Heii anak mami, ada yang bening lu lihatnya layar Mulu. Rabun entar tuh mata," Sentak Angga nama salah satu diantaranya.
"Nggak usah kebanyakan gangguin cewe, kasian yang udah jadi korban lu," jawab Roman tanpa memperdulikan ucapan Angga.
"Kelainan kali lu ya," cibir Angga.
"Lagian kalian hobi banget mainin cewe, rela lu punya adik perempuan digituin," jawab Roman.
"Ro, tapi kalau sama adek lu gue nggak bakal mainin. Serius sumpah," ujar Angga.
"Ngga redho gue, kalau Hana dapet cowok kaya lu," Bibir Roman mengkerut, makin mencibir Angga.
"Kalau adek lu cinta, lu mau apa?"
"Mau bunuh lu," jawab Roman singkat.
"Sialan lu ya..," umpat Angga.
Kedatangan seorang pelayan membawakan pesanan mereka membuat obrolan nggak pentingnya berakhir. Angga makin melirik gadis itu, bukan lirikan nakal. Melainkan sedang mendorong Roman untuk mendekatinya. Namun Roman masih acuh, sama sekali tak menatapnya.
Kinar terpaku saat tiba-tiba berpapasan dengan seseorang, "aku bukan hantu, kenapa wajahmu seperti itu?" celetuk Jay, menyimpan senyumnya.
"Sedikit terkejut, biasanya datengnya malem," balas Kinar.
"Satu gelas ekspresso," kata Jay tanpa melanjutkan perbincangannya
"Baik, tunggu sebentar."
Jay lalu menuju tiga orang temanya yang datang datang lebih dulu. Dia memang bukan anak kampus seperti tiga orang temanya itu. Tapi mereka sering terlibat bisnis bersama. Angga dengan kedua temanya yang berniat membangun club malam meminta bantuan keamanan pada Jay.
"Sorry, gue telat," kata Jay.
"Lu si biasa telatan, kaya si Roman aja."
"Eh lu kenal sama tuh cewe?"
"Iya, dia tetanggaku. Jangan ganggu dia," ucapnya memperingatkan.
"Lu demen ya, cantik si. Apalagi kalau udah kena sentuhan make up. Beeuuuh...makin cetar pasti," cerocos Angga.
"Udah kaya syahrini aja lu ngomongnya," sahut Evan, seorang dari mereka yang belum tersebut.
"Dia masih kecil, masih sekolah," Jay beralasan.
Roman yang tadi pamit ke toilet tak kunjung kembali. Rupanya ada tragedi di belakang sana.
"Maaf Mas, aku nggak sengaja," Kinar yang membawa nampan berisi sisa kopi dari depan tak sengaja menabrak Roman, menumpahkan ke t-shirt nya yang berwafna terang.
Sontak Roman langsung mengibaskan kotoran itu dengan tangannya, "lain kali hati-hati.." dia nampak kesal, namun tatapannya kini beralih pada gadis itu.
Apa dia cewe yang Angga maksud dari tadi?" tanyanya dalam hati.
Kinar yang tadi langsung pergi ke dapur meletakan bawaannya, kini kembali dengan membawa beberapa lembar tisu.
"Biar aku bersihin," sambil mengusap pakaian Roman yang terkena noda kopi.
"Sudah-sudah, nggak usah."
"Sekali lagi aku minta maaf," raut wajahnya sangat merasa bersalah.
"Nggak usah khawatir, nggak papa." Roman kemudian beranjak ke depan lagi, bergabung dengan yang lain.
Setelah pembicaraan diantara empat orang itu usai, satu persatu dari mereka keluar. Kecuali Jay yang masih bertahan, apa yang dia tunggu. Kinar kah?
Rasanya bukan Kinar yang dia tunggu karena, tiba-tiba datang seorang perempuan berpenampilan rapi, pembawaannya tegas penuh wibawa.
Diam-diam Kinar memperhatikan wanita itu dari kejauhan. Bahkan dia menolak mengantarkan pesanan untuknya.
"Kenapa kamu nggak mau nganterin ini?"
"Nggak papa, cape aja. Mu nyicil baca buku sebentar masih ada ulangan," alasannya.
Tak lama perempuan itu pun keluar, tertinggal Jay yang masih diam di tempat yang sama. Jam sembilan lewat baru dia beranjak keluar.
Tak berselang lama, Kinar yang telah mengunci pintu cafe melangkah kemudian.
"Bukannya kamu udah pulang dari tadi?" Jay masih duduk di depan sebuah minimarket dengan meresap rokoknya.
"Aku nunggu kamu," jawabnya gamblang tak seperti kemarin.
"Ada perlu?"
"Ada."
"Apa?"
"Lihat kamu sampai rumah dengan aman. Ayo buruan pulang!" ajaknya sembari menarik pergelangan tangan Kinar. Sudah berani sekarang dianya.
"Aku bisa jalan sendiri kok?" protes Cila.
"Lamban... masih ada ulangan besok kan?"
"Iya masih."
"Makanya buruan." Tak butuh waktu lama mereka telah sampai di depan rumah Kinar.
"Masuklah, istirahat.." kata Jay.
"Ya.."
"Tunggu..!"
Jay merogoh saku jaketnya, "ambilah ini, kamu harus sehat." Satu botol berisi vitamin dia sodorkan.
"Makasih, tapi aku nggak butuh itu. Aku sehat," tolaknya lembut.
"Kamu membutuhkannya. Ambilah," Jay meraih tangan Kinar meletakan botol itu diatasi telapak tangannya.
"Jaga dirimu, meski itu di rumahmu sendiri," ada sesuatu yang mengusik Jay saat ini, firasatnya buruk.
"Terimakasih," Kinar segera melangkah masuk ke dalam rumahnya.
"Kunci selalu pintu kamarmu!" teriak Jay.
Kinar menoleh, seulas senyum mengiringi anggukannya menjawab Jay.
Dengan berat Jay meninggalkan tempat itu, tak mungkin dia mampu menjaga Kinar 24 jam nonstop.
Tak seperti penampilannya, Jay adalah orang yang baik juga hangat. Namun pekerjaanya menuntut untuk disegani dan ditakuti orang lain memaksanya berperangai dingin.
______________________
Pagi itu, Kinar telah mengenakan seragam abu putihnya lengkap dengan tas yang tersampir di pundaknya. Langkahnya tercegat saat ayah tirinya yang dalam keadaan mabuk tiba-tiba masuk.
"Mana ibu kamu?"
"Ibu sudah berangkat dari pagi, banyak pesanan hari ini," jawabnya.
"Aku lapar, kenapa nggak ada makanan apapun?" gertaknya setelah membuka tudung saji, kosong.
"Sebentar aku belikan sarapan," Kinar langsung melangkah berniat membelikan sarapan pagi di warung tak jauh dari rumahnya.
"Nggak usah, aku nggak jadi lapar," ucap laki-laki itu berubah pikiran.
Sayang kalau secantik dia aku jual begitu saja. Enak bener brengsek itu dapet yang segel begini. Pikiran buruk mulai merangsek naik berubah menjadi hasrat yang tak semestinya.
"Ya udah aku berangkat dulu." Kebenaran buat Kinar yang tak harus berlarian mencari makan untuknya.
"Bikinin aku kopi saja," suruhnya.
Kinar menghela nafas panjang, bandot ini beneran ngrepotin banget. Eluhnya di hati saja.
Segelas kopi tubruk dengan ampas yang kasar telah terseduh, di taruhnya di depan ayah tirinya itu.
"Kamu mau kemana?"
"Sekolah."
Emang tuh mata ada dua lu kemanain, geramnya dalam batin.
Saat Kinar melangkah, tiba-tiba tangannya tertahan kuat. Ayah tirinya menyeretnya masuk ke dalam kamar.
"Apa yang kamu lakukan?" gertaknya panik.
"Diam, kamu sekarang gantiin ibumu diranjang," gertaknya menyudutkan Kinar di atas ranjang.
"Lepaskan.. aku mohon lepaskan," teriaknya makin keras.
"Teriaklah sekeras-kerasnya, percuma nggak bakal ada yang nolongin kamu," dengan bringas dia merobek baju putih Cila, hingga kancingnya hampir terlepas semua. Menampakan belahan bukit indah yang belum terjamah.
Kinar makin meronta, namun tenaganya kalah dari pria tersebut. Saat pria itu mulai mencumbu tengkuknya, digigit kuat daun telinga bandot tersebut. Hingga dia mengaduh kesakitan, saat itu Kinar langsung mendorongnya, dan segera keluar.
Saat hendak membuka pintu depan ternyata terkunci, dan kuncinya entah kemana. Dia panik bukan main, sekuat tenaga dia keluarkan tak mampu juga mendobrak pintu itu.
"Anak sialan, kamu pikir semudah itu kamu lepas," kata ayah tirinya menyeringai sembari mendekat pada Kinar.
Kinar yang masih dalam kepanikan sekaligus ketakutan hanya bisa mundur menghindar, hingga dia tersudut di meja makan. Posisi itu memudahkan ayah tirinya mendapatkan tubuhnya kembali. Tanyanya mulai bermain-main lebih jauh, sementara tangan Kinar mencoba meraih apapun yang ada di meja. Yang bisa dia gunakan untuk melawan, dan akhirnya sebuah benda dapat dia raih. Saat matanya melirik, ternyata pisau dapur. Tanpa pikir panjang, diayunkannya sekuat tenaga hingga tertancaplah pisau itu tepat di bagian perut sebelah kirinya. Darah segar pun menyembur keluar. Dan akhirnya ayah tirinya tumbang bersimbah darah.
*****
Buat kemarin yang udah mbaca, tokoh utamanya kok namanya ganti. Maaf beribu maaf, karena author yang galau sama nama tokohnya yang rasanya kurang tepat akhirnya author ganti. Awalnya badai jadi Rangga, jadi Bima dan terakhir jadi Jay.. yang author pakai yang Jay yah...🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nurhayati Karim
typo cila Thor belum move-on ya hehe
2021-03-14
0
Desi Ummu Ihsan
Iya ada typo beberapa kali nama Kinar jadi Cila..
2021-02-24
0
HeniNurr (IG_heninurr88)
Klo Cila itu siapa thor.... typo mungkin ya? hrusnya nulis Kinar
2021-02-24
0