Supernatural Investigation Department
"Hancurkan dia, Sandra!" teriak Putra, "Konsentrasi! Jangan kepikiran tentang cintamu yang kandas!"
"Berisik kau, Put! Jangan bahas-bahas itu terus!" teriak Sandra sambil berlari mengejar hantu seorang wanita berambut panjang yang melayang dengan cukup cepat, "Kau malah mengingatkanku!"
Sandra melihat hantu wanita berbelok menuju sebuah kamar pembantu di dapur. Begitu Sandra sampai di kamar, dia tidak melihat apapun. Yang dia lihat hanya sebuah lemari yang pintunya tertutup dengan sendirinya. Sandra mencoba membuka lemari itu. Tidak ada apapun. Hanya ada pakaian-pakaian. Tidak ada hantu wanita. Sandra kembali ke ruang tamu dengan menggerutu.
"Bagaimana?" Tanya Putra.
Sandra berkata dengan kesal, "Aku kalah cepat."
Beginilah kehidupan Sandra Permatasari. Teman-temannya biasa memanggilnya Sandra. Dia adalah seorang siswi kelas sebelas. Di hari-harinya sebagai manusia normal, Sandra adalah seorang siswi cantik dan pintar yang biasa diidolakan oleh banyak siswa. Dari adik tingkat hingga kakak tingkat. Di hari-hari yang 'tidak normal', dia bekerja sebagai pemburu hantu. Kemampuan Sandra adalah pyrokinesis atau pengendalian api.
Sebagai pemburu hantu, Sandra tidak sendiri. Dia memiliki tim. Yang pertama adalah Setya Putranto yang biasa dipanggil Putra. Cowok aneh maniak daging ini seorang yang mempunyai kemampuan lumokinesis atau pengendalian cahaya. Yang kedua adalah Marcellino Setiawan yang biasa dipanggil Marcell. Kemampuannya adalah elektrokinesis atau pengendian listrik. Dari mereka bertiga, cowok berkacamata bernama Marcell ini yang paling jahil. Mereka semua sebaya dan bersekolah di tempat yang sama. Tapi berbeda kelas. Yang ketiga adalah Jayabaya atau biasa dipanggil dengan Jay. Jay tidak hadir dalam misi ini.
"Cell, bagaimana?" teriak Sandra.
Marcell keluar dari sebuah kamar di lantai dua. Sambil membersihkan kacamatanya, dia berkata pada kami, "Nihil, teman-teman."
"Jangan-jangan sembunyi di atap?" Sandra menduga.
Marcell berkata, "Tidak, Sandra. Dari tadi aku tidak merasakan hawa keberadaannya."
"Oke, turunlah, Marcell!" kata Putra.
"Bukankah aku harus mengawasi lemari-lemari sialan di lantai dua seperti katamu, Put?" tanya Marcell.
"Turun sajalah!" teriak Sandra, "Kita istirahat dulu."
Sandra dan dua rekannya akhirnya duduk-duduk di ruang tamu. Mereka memutuskan untuk beristirahat selama beberapa menit. Otak mereka pusing karena berpikir bagaimana cara menemukan hantu yang menjadi target mereka. Tubuh mereka lelah karena harus kejar-kejaran dengan hantu sialan ini.
"Sudah enam jam kita kejar-kejaran dengan si rambut panjang ini," kata Putra.
"Benar," kata Marcell setelah melihat jam tangannya, "Aku benci kejar-kejaran. Memangnya ini film india? Berlari-lari di antara pepohonan sambil bernyanyi?"
"Aku bersumpah akan menarik rambutnya sekuat mungkin begitu dia tertangkap," kata Sandra dengan muka yang merah padam.
Tim Sandra saat ini berhadapan dengan jenis hantu yang disebut Lady in the White atau White Lady. White Lady adalah sosok hantu wanita yang berjubah putih dan berambut panjang. Rambutnya yang hitam sangat panjang hingga menyentuh kakinya. Seperti hantu pada umumnya dia suka menjatuhkan berbagai macam barang dan melayang ke sana kemari. Dengan kaki tanpa menyentuh lantai tentunya. Mukanya berlumuran darah, pucat atau hancur separuh. Siapapun yang melihat mukanya pasti akan terpesona. Saking terpesonanya mampu membuat orang pingsan.
Tim Sandra menghadapi White Lady yang menggunakan semua lemari di rumah ini sebagai tempat tinggalnya. Tidak heran jika pemilik rumah membuka lemari, malah mendapati senyuman dari sesosok wanita dengan muka berlumuran darah. Malahan seorang wanita tua di rumah ini baru saja meninggal dengan pendarahan parah di kepala. Ketika membuka lemari di lantai dua, dia mendapat senyuman 'manis' dari sosok gadis yang 'sangat cantik'. Sehingga wanita tua itu lari hingga terjatuh. Tidak kuat dengan cobaan ini, kepala rumah tangga menelepon Departemen Investigasi Supranatural.
Sandra berdiri dan mengajak dua temannya, "Aku akan membuat teh dulu di dapur. Mau ikut?"
Putra dan Marcell saling berpandangan lalu ikut berdiri juga, "Boleh juga."
Sesampainya di dapur, mereka hanya diam karena terlalu lelah. Sandra sedang mengisi panci dengan air. Putra dari tadi hanya menguap saja sementara Marcell memainkan pengendalian listrik di tangannya. Sambil menunggu air mendidih, mereka duduk-duduk di meja makan.
"Apa benar-benar hanya ada sembilan lemari?" tanya Sandra tiba-tiba.
"Benar, Sandra," kata Marcell, "Bukankah kita sudah mengetahuinya sejak mulai menangani kasus ini tiga hari yang lalu?"
Tidak puas dengan jawaban Marcell, Sandra mengambil ponsel milik Putra. Dia mencoba menelepon pemilik rumah. Putra memberitahu Sandra bahwa saat ini operator sedang dalam gangguan.
"Selamat malam, Pak," kata Sandra.
"Selamat ... lam, Sandra. Bagai ... na ... di ... na?" jawab si pemilik rumah dengan suara terputus-putus.
"Kubilang juga apa," kata Putra dengan suara lirih, "Sinyalnya putus-putus."
Sandra tidak menghiraukan Putra. Dia menjawab pertanyaan si pemilik rumah, "Masih belum terkendali, Pak. Saya ingin bertanya, apakah Bapak yakin di rumah ini hanya ada sembilan lemari?"
"Yakin," kata si pemilik rumah yang segera menyebut letak kesembilan lemarinya dengan suara putus-putus.
"Terima kasih atas informasinya. Selamat malam," kata Sandra yang segera menutup telepon.
"Berapa lemari?" tanya Marcell.
"Sembilan lemari ... seperti katamu," jawab Sandra
"Aku bilang juga apa," respon Marcell, "Lagi pula kita sendiri juga sudah memeriksa semua lemari.
Tiba-tiba ponsel Putra bordering dan layar ponselnya tertulis "Jay". Jay adalah pembimbing sekaligus pemimpin tim Sandra. Sandra segera meraih ponsel dan menerima panggilannya.
"Ka...an ...dah ... menangkap hantu...?" kata Jay.
"Belum, Jay. Hantu ini sedikit merepotkan. Dia menantang kami main petak umpet lalu mengejutkan kami."
"...pa ... yang membuat ... sah?"
Muak dengan gangguan operator ini, Sandra meraih gagang pintu belakang dapur dan membukanya. Belakang dapur adalah kebun yang cukup luas dan Sandra berjalan keluar rumah untuk mendapat jaringan yang lebih baik. Setelah di teras belakang, Sandra menjelaskan semua kejadian selama enam jam di rumah ini pada Jay. Secara tak sengaja jangkauan mata Sandra menangkap sesuatu yang bergerak di pojok kebun.
Sandra pura-pura tidak tahu keberadaan benda bergerak itu. Matanya terus mengamati. Tidak butuh waktu lama bagi Sandra untuk menyimpulkan bahwa benda bergerak barusan adalah sosok Lady in the White yang mengajak timnya kejar-kejaran dan beberapa kali berniat membunuhnya. Hantu itu bersembunyi di balik semak-semak sambil mengamati Sandra. Sandra tetap pura-pura tidak tahu. Setelah obrolan dengan Jay selesai, Sandra segera masuk ke dapur lagi dan memberi tahu dua temannya.
"Pastikan pengendalian kalian sudah digabung dengan nether dan ikuti aku," kata Sandra.
"Kau menemukannya?" bisik Putra.
Sandra mengangguk, "Tembaklah ke arah yang sama denganku."
Energi nether energi yang mengalir di antara dunia manusia dan dunia hantu. Dengan menggunakan energi nether, para hantu bisa menyentuh benda-benda di dunia fisik. Jangan heran jika melihat pintu menutup sendiri tanpa ada angin atau apapun sehingga banyak manusia lari ketakutan. Semua itu terjadi karena para hantu melapisi tangannya dengan energi nether. Tidak hanya hantu, para manusia terutama anggota SID juga bisa menggunakan nether. Sehingga semua benda fisik yang dilapisi energi nether bisa mampu menyentuh benda gaib. Sebagai contoh, setelah melumpuhkan hantu, Sandra dan teman-temannya biasa mengikat para hantu di tiang jemuran dengan tali tambang.
"Tembak!"
Sandra dan dua rekannya kompak menembak Lady in the White. Tinju Sandra mengeluarkan api, Putra menembakkan cahaya putih dan Marcell menembakkan listrik kuning. Semua serangan mereka dilapisi oleh nether. Serangan kejutan sukses. Hantu itu robohdan menjerit kesakitan. Kepanasan karena terbakar api Sandra, kakinya berlubang karena tertembus oleh cahaya Putra dan ada beberapa bagian tubuhnya yang lumpuh karena sengatan listrik Marcell. Semua serangan barusan membuat si hantu lemari menderita."Saatnya bagiku untuk melakukan hal yang ingin kulakukan sejak tadi," kata Sandra dengan tangan yang dilapisi oleh nether.
Sandra menghampiri hantu lemari dan tersenyum padanya. Dengan tangan-tangannya yang kuat, Sandra menarik rambut hantu lemari hingga terseret-seret. Dia membawa hantu ini ke teman-temannya. Kemudian Sandra berhenti dan mulai memukul dan menendanginya. Puas menganiaya hantu lemari, Sandra mengikatnya di meja makan dengan tali yang sudah dilapisi oleh nether.
"Kau terlalu kejam, Sandra," kata Putra.
"Cantik-cantik tapi psikopat," Marcell menambahkan.
"Hantu lemari ini, meskipun tidak langsung, telah membunuh manusia," kata Sandra, "Jaga dia. Ada yang ingin kuperiksa."
Sandra meninggalkan dua rekannya dan pergi menuju kebun belakang rumah. Benar dugaan. Ternyata ada lemari di tempat hantu itu mengintip Sandra. Meskipun lemari ini sudah hancur dan dibuang oleh pemilik rumah, tetap saja bisa menjadi media hantu. Berarti ada sepuluh lemari di rumah ini.
"Ada satu lemari lagi di kebun. Dia menjadikan lemari kebun sebagai tempat persembunyiannya," kata Sandra.
Marcell menghela nafas, "Pantas saja tidak ketemu-ketemu."
"Kenapa pemilik rumah menaruhnya di kebun? Untuk menyimpan apa?" tanya Putra.
Sandra menggeleng, "Lemarinya rusak. Pemiliki rumah membuangnya."
PENGUMUMAN: Aku buat cerita baru, nih. Judulnya Black Death. Masih masuk Manipulator Universe. Settingnya di Amerika Serikat. Fokus ke Departemen Medis. Silahkan baca, teman-teman
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
muhammad ibnuarfan
white laddy,..mbak Kunti kalau di indo mah😁😁
2024-08-24
0
Ilham Lahiya akbar
ahh
2024-02-02
0
Anjar Real
good
2023-05-31
0