"Itulah kejadian terakhir yang melibatkan Kurosawa. Setelah kejadian itu, nama Kurosawa tidak terdengar lagi. Mungkin dia sudah mati, mungkin bersembunyi di balik bayang-bayang dunia bawah, mungkin pihak Jepang sendiri yang menangkapnya secara rahasia. Tak ada yang tahu nasibnya ..."
Sandra tersenyum, "Tak ada yang tahu nasibnya ... hingga saat ini."
"Apakah dia bekerja sendiri?" tanya Marcell.
"Menurut informasi ... ya, dia bekerja sendiri," jawab Jay.
"Maka timbul pertanyaan, bagaimana caranya menculik anak-anak dalam waktu sesingkat itu?" kata Marcell.
"Lalu aku juga punya dua pertanyaan," kata Putra, "Apa yang diperbuat Alas Purwo pada Kurosawa? Lalu, kenapa Kurosawa memerlukan harta karun Jepang?"
"Jawaban dari dua pertanyaan itu bisa diketahui setelah kita menangkap dia," kata Jay.
"Oh iya, aku belum menceritakan padamu tentang apa yang kutemukan kemarin di piano," kata Sandra yang mulai menceritakan lambang SID di piano dan nama Nino Panjaitan di buku chord lagu.
Jay tersenyum puas sambil menekan tombol-tombol di ponselnya untuk menelepon, "Nino Panjaitan sudah meninggal. Meskipun bukan muridku, aku mengenalnya sejak dia masih seumuran kalian. Dia sudah tiada, tapi kita bisa mencari beberapa informasi ke anaknya. Anaknya juga seorang anggota Paladin seperti kita. Hanya saja dia bekerja di Departemen Medis."
Menunggu Jay selesai menelepon, Sandra mengaduk Chocoffee pesanannya. Dari tadi minuman berwarna coklat kehitaman itu belum diminum oleh Sandra. Gadis itu sangat menyukai minuman kombinasi antara biji kopi Sumatra dengan coklat ini. Karena terlalu asyik berdiskusi, Sandra baru meminumnya ketika Jay sedang menelepon. Ketika baru sampai seperempat gelas, ponselnya berbunyi. Sandra menaruh gelas ke meja dan membuka ponselnya. Sebuah pesan dari Dedy Aliandra. Mantannya mengirim "Apa yang harus kulakukan agar kita bisa kembali seperti dulu?" Sandra hanya tersenyum sinis. Tanpa berniat membalas, dia hanya meletakkan ponselnya di meja.
Saat ini Sandra masih galau tentang hubungannya dengan Dedy. Hati dan perasaannya masih mencintai mantannya. Namun, otak dan logikanya menolak untuk kembali. Sandra tidak bisa terima atas tindakan Dedy yang selingkuh dengan Ariel. Dua bulan lalu, Sandra mendapati Dedy dan Ariel berkencan di food court Mall Kemang. Tentu saja hati Sandra rasanya tersayat-sayat melihat pemandangan yang menyakitkan itu. Sambil menahan tangis, Sandra memasang senyum palsu lalu menghampiri Dedy dan Ariel. Memang sangat nekat. Tentunya Dedy dan Ariel sangat panik ketika Sandra datang. Kedatangan Sandra yang tak terduga membuat Ariel tertunduk diam dan membuat Dedy mengeluarkan seribu satu alasan ngawurnya. Namun, Sandra langsung memotong semua alasan Dedy dan mengucapkan selamat berpacaran pada mereka berdua. Kemudian, Sandra meninggalkan mereka dengan tangis yang pecah.
"Pastinya Dedy kan?" goda Marcell.
"Berisik," jawab Sandra dengan ketus.
"Sudahlah, cari pacar baru," saran Putra.
Sandra mengerucutkan bibirnya, "Aku memang belum move on. Tapi aku tidak mau menggunakan orang lain sebagai pelarianku."
"Aku kagum padamu. Kau terlihat tidak apa-apa selama menjalankan misi. Kau menjalankan semuanya dengan sangat profesional," puji Jay, "Meskipun begitu, aku mengenalmu sejak kau lahir hingga saat ini. Aku tahu tingkah Dedy membuat hatimu teriris-iris, kan? Aku tahu ... di depan, kau menunjukkan senyummu pada kami tapi hatimu terbolak-balik. Sifatmu memang seperti itu."
Sandra hanya menunduk dan menatap secangkir kopi di hadapannya. Pendapat Jay tentang dirinya memang sepenuhnya benar. Dia terdiam sambil mengaduk kopinya dan menghabiskan semuanya.
"Mungkin kau benar," kata Sandra sambil melihat jam, "Ngomong-ngomong, sudah waktunya pulang, Jay. Ada tugas yang harus kuselesaikan."
"Baiklah," kata Jay yang bangkit dari tempat duduknya, "Masuklah ke mobil. Aku akan membayar kopinya dulu. Nanti kususul."
Sandra, Marcell dan Putra segera berjalan menuju mobil. Sambil berjalan mereka menerka-nerka berapa usia Jay sekarang. Umur Jay memang sudah sangat tua meskipun penampilan fisiknya terlihat seperti seseorang berumur tiga puluhan. Bahkan Jay pernah menggendong Sandra ketika bayi.
Ketika sudah sampai mobil, pembicaraan beralih dari usia Jay ke masalah Sandra dengan Dedy. Daripada memberi nasehat pada Sandra, Marcell malah terlihat memanas-manasi Sandra. Tidak hanya itu, Marcell menyuruh Sandra balikan dengan Dedy. Mendengar pendapat Marcell, Putra langsung nimbrung dan melarang Sandra untuk balikan dengan Dedy. Sandra hanya menjawab seperlunya.
"Balikan agar dia melukaiku sekali lagi?" tanya Sandra pada Marcell.
"Oh, ayolah ... kalian pasangan paling serasi di angkatan kita," kata Marcell.
"Jangan turuti nasehat sesat si Marcell," Putra berpendapat, "Seperti kata Regina: Cheater will always be cheater."
"Nah, dengarkan kalimat Putra," kata Sandra, "Aku cari yang lain saja. Tapi tidak sekarang."
"Kau salah ... seharusnya ...," perkataan Marcell dipotong oleh Putra.
Putra mencengkeram bahu Marcell dan Sandra. Dia lalu berkata pada dua rekannya, "Aktifkan Eyes of Ghost Dimension dan lihat ke kanan. Perhatikan hantu macam apa yang mengikuti pria itu."
Sandra mengaktifkan matanya dan melihat seorang hantu wanita mengikuti seorang pria. Dia memakai kimono putih dan rambutnya terurai panjang ke bawah pinggang. Semua giginya juga terlihat sangat runcing. Yang paling mencolok adalah hantu itu memiliki tinggi delapan kaki. Dia terus berjalan menembus kerumunan manusia. Sekilas memang terlihat seperti White Lady. Tapi trio murid Jay ini tahu bahwa apa yang mereka lihat barusan bukan White Lady. Hantu aneh itu mengeluarkan tawa "Po po po po po". Sungguh tawa yang khas.
"Sekilas tadi kukira White Lady," kata Marcell.
"Sama," jawab Putra, "Tapi tidak mungkin hantu White Lady memiliki gigi runcing dan tinggi badan yang tidak masuk akal."
"Aku baru lihat ada hantu yang bisa dipelihara," komentar Sandra, "Untuk apakah hantu macam itu?"
"Sihir dan semacamnya," jawab Putra, "Entah itu untuk kebaikan atau kejahatan."
"Bagaimana kau tahu?" tanya Sandra dan Marcell bersamaan.
"Aku hanya tahu sedikit tentang makhluk itu," kata Putra, "Namanya Hachisaku-sama yang artinya Tuan Delapan Kaki. Sesuai nama dan pakaiannya yang khas Jepang, tentunya hantu itu adalah hantu dari Jepang. Hantu level S. Aku mendengarnya dari obrolan para anggota senior SID."
"Lanjutkan," kata Marcell.
"Selebihnya aku tidak tahu," kata Putra, "Para anggota SID senior langsung mengalihkan pembicaraan mereka ketika aku berada di dekat mereka."
Hantu bernama Hachisaku-sama terus mengikuti tuannya. Sandra dan teman-temannya tidak bisa melihat dengan jelas muka pemilik Hachisaku-sama. Dia memakai syal merah yang menutupi mulutnya dan kacamata hitam. Mereka berhenti di sebuah mobil Ferrari merah dan membuka pintunya. Pemilik Hachisaku-sama masuk ke mobil terlebih dahulu kemudian diikuti oleh Hachisaku-sama dengan cara menembusnya begitu saja. Hantu itu sekali lagi tertawa "Po po po po" setelah masuk mobil. Mobil Ferrari merah itupun menderum dan meninggalkan area parkir.
"Apakah tawanya memang seperti itu, Put?" tanya Sandra.
"Entahlah, Ndra," jawab Putra, "Aku baru tahu jika tawanya aneh seperti itu."
"Jayabaya ... Jayabaya ...," terdengar suara desisan.
"Apa-apaan suara barusan?" kata Sandra yang mulai melihat sekeliling.
"Kau mendengarnya juga?" tanya Marcell.
"Jayabaya ... Jayabaya ...," suara desisan ini terdengar jauh dan makin lama makin jauh.
"Darimana asal suara barusan?" kata Putra, "Suaranya terdengar jauh."
"Aku ... mencium ... baumu, Jayabaya," suara aneh barusan terdengar dari belakang mobil.
Tiga murid Jay ini menoleh ke belakang dan melihat sesuatu yang membuat mereka terhentak mundur. Seorang wanita menunjukkan senyuman yang begitu dingin dan mengerikan. Dia hanya memperlihatkan separuh wajahnya yang begitu pucat dan matanya yang hanya berwarna putih. Separuh wajahnya lagi tertutupi oleh rambutnya yang terurai panjang menutupi baju merahnya. Hantu inilah yang disebut sebagai Lady in the Red atau Red Lady.
Penampakan hantu ini membuat Sandra dan Marcell dalam posisi siaga dan mengeluarkan api serta listrik mereka. Pengendali api an listrik itu siap menghantam muka si hantu. Namun, Putra mencengkeram pergelangan tangan dua temannya itu dan menenangkan mereka.
"Kalian ... bisa ... melihatku?" kata hantu itu. Suara hantu itu terdengar sangat jauh meskipun jelas-jelas dia berada di belakang mobil.
"Diam dan berbaliklah," kata Putra, "Cuek saja. Bertingkahlah seperti biasa."
Sandra dan Marcell mengikuti perintah Putra. Mereka duduk kembali dengan tenang dan pura-pura tidak apa-apa. Tapi Putra sudah menyiapkan cahaya di tangannya untuk jaga-jaga jika makhluk itu menyerangnya. Matanya terus waspada menatap lawannya.
Hantu itu mengelilingi mobil sambil bertanya, "Kalian ... tidak ... bisa ... melihatku?"
Para manipulator tetap cuek sehingga hantu itu pergi menjauh. Sambil berjalan menjauh, dia tetap memanggil-manggil nama Jay. Semakin dia jauh, maka suaranya semakin terdengar seolah dia berada di dekat mobil. Baru tiga menit kemudian, suaranya benar-benar hilang.
Sandra saling berpandangan dengan dua temannya. Sandra tahu tatapan mata kedua rekannya penuh dengan pertanyaan. Namun seperti tercekat di leher mereka.
"Nanti kita tanyakan pada Jay," kata Sandra, "Ada hubungan apa antara dirinya dengan hantu merah barusan."
p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments