Di senin siang yang sedikit mendung ini, Sandra dan Putra berada di kantor Dinas Catatan Sipil. Sepulang sekolah Sandra dan Putra langsung berangkat sehingga saat ini mereka masih berseragam. Mereka mencari informasi siapa saja yang pernah menempati rumah Park. Sambil menunggu admin mencarikan data, Sandra dan Putra duduk-duduk di sebuah bangku panjang. Putra sedang sibuk dengan ponselnya dan sama sekali tidak menghiraukan kesibukan orang yang berlalu-lalang di kantor catatan sipil. Entah apa yang dia lakukan. Di pangkuan Sandra ada sebuah buku kimia besar dan beberapa kali Sandra membuka dan menutup bukunya di halaman yang sama. Ketika membuka bukunya, terlihatlah tabel periodik buatan Dmitri Mendeleyev. Ketika menutup bukunya, Sandra berusaha menghafalkan semua logam dari golongan B.
"Aku memang pernah mendengar dari ayahku, tapi baru pertama kali ini melihatnya langsung," kata Sandra tiba-tiba.
"Apa yang melihat langsung? Dedy Aliandra atau semua logam dari golongan B?" goda Putra.
"Bukan!" kata Sandra dengan suara sedikit sebal, "Tentang piano yang sudah jelas-jelas kita memindahnya ke rumah Arthur dan tiba-tiba piano itu pulang dengan sendirinya."
"Kau berpikiran untuk menghancurkan piano itu?"
"Sekilas aku berpikiran begitu tapi sepertinya percuma. Tentunya mudah bagi hantu untuk mengembalikannya menjadi semula, kan?"
"Aku juga berpikiran sama. Tapi aku lebih memilih untuk menyelidiki Kamar Merah secara langsung. Begitu kita menaklukkan Kamar Merah, kekuatan para hantu itu terputus. Setelah itu, kita hancurkan mereka. Fokus saja ke Kamar Merah. Lagi pula, meskipun kita berhasil memutus ikatan para hantu dengan piano, mereka akan tetap kembali, kan? Sesuai diskusi kita kemarin: Sehebat apapun kita menghancurkan benda-benda media, selama media utamanya belum hancur, mereka akan tetap kembali lagi."
"Benar juga. Lalu bagaimana menurutmu dengan para korban Kamar Merah? Apa mereka di pihak kita?"
"Korban kamar merah? Yang mana?"
"Bocah-bocah dengan mata tercongkel," kata Sandra sambil menepuk kelopak matanya.
"Oh, mereka. Jangan terlalu percaya pada hantu," jawab Putra sambil menggelengkan kepalanya, "Bisa saja mereka bertingkah jadi korban. Lalu setelah kita mengalahkan bocah berkepala 180 derajat dan kakak hantunya, para bocah yang tak bermata malah menyerang dan membunuh kita. Dengan kata lain kita hanya dimanfaatkan oleh bocah-bocah tak bermata."
Sandra mengerutkan kening, "Kok bisa? Kita mengalahkan hantu yang lebih kuat dari mereka. Logikanya sih mereka pasti takut pada kita."
"Benar, memang pasti takut pada kita. Selain itu, kita lengah dalam dua hal: mengira mereka baik dan mengira mereka lemah. Karena kita terlalu berprasangka baik, bisa saja mereka merasuki Park dan membunuh kita ketika kita sedang lengah, kan?"
Sandra mengangguk dan melanjutkan hafalan kimianya. Seperti sebelumnya, dia berkali-kali membuka dan menutup buku kiminya di halaman yang sama. Karena sudah hafal golongan 1B dan 2B, kini Sandra berusaha menghafalkan golongan 3B hingga 4B. Bola mata Sandra mengarah ke atas dan terus mengerutkan kening. Hingga konsentrasinya selesai ketika karyawan catatan sipil memanggilnya.
"Nona Sandra?" panggil karyawan, "Sudah selesai."
"Iya, sebentar," kata Sandra seraya meletakkan buku kimia di pangkuan Putra.
Sandra mendekat ke karyawan yang memanggilnya, mengambil kertas dan mengucapkan terima kasih. Dia segera kembali ke samping Putra dan mengamati lembaran informasi tadi bersama-sama. Di lembaran informasi tertulis nama para pemilik rumah sebelum Park beserta waktu tinggal mereka.
Rumah yang sekarang ditinggali Park sudah dihuni oleh banyak keluarga. Penghuni pertamanya adalah Tuan Bashaqi yang tinggal selama empat tahun, penghuni kedua bernama Tuan Harris Aji yang tinggal selama lima tahun, penghuni ketiga adalah Tuan Henry Gandhi yang tinggal tiga tahun, penghuni keempat adalah pria keturunan Jepang bernama Tuan Kurosawa yang tinggal selama dua tahun, penghuni kelima adalah seorang janda bernama Inneke yang hanya tinggal selama enam bulan, penghuni ketujuh bernama Mulyani yang hanya tinggal selama tiga bulan. Penghuni kedelapan bernama Yoga yang juga tinggal selama tiga bulan, Penghuni kesembilan bernama Nino Panjaitan yang tinggal selama dua tahun, Penghuni kesepuluh bernama Firza yang tinggal selama tiga tahun, penghuni kesebelas bernama Listi yang tinggal selama dua tahun, penghuni kedua belas bernama Gavrillo yang tinggal selama dua tahun, penghuni ketiga belas adalah seorang Jepang bernama Rumiko yang tinggal selama dua tahun. Lalu diikuti oleh Ghufron dan Tian Mei yang keduanya hanya tinggal selama setengah tahun. Kemudian yang terakhir adalah Tuan Park yang menjadi klien mereka saat ini.
"Kurosawa!" kata Putra.
"Antara Kurosawa dan Rumiko ... salah satu di antara mereka," kata Sandra, "Sebenarnya ada perubahan waktu yang menarik sejak rumah ini ditinggali oleh Kurosawa, Nino Panjaitan dan Rumiko."
Selisih waktu tinggal yang sangat drastislah yang membuat Sandra mencurigai dua orang dengan nama Jepang. Tiga orang pemilik rumah sebelum Kurosawa mampu tinggal di rumah itu mampu tinggal selama tiga hingga lima tahun. Namun tiga orang setelah Kurosawa, hanya mampu tinggal selama beberapa bulan saja. Kemudian ketika seseorang bernama Nino tinggal, keadaan rumah mulai membaik dan penghuni setelahnya mampu tinggal dalam satuan tahun. Lalu masalah muncul kembali setelah Rumiko muncul. Penghuni setelah Rumiko hanya mampu bertahan dalam satuan bulan. Hingga akhirnya rumah sampai di tangan Park. Berdasarkan analisis Sandra, Kurosawa atau Rumikolah yang membuat rumah menjadi berhantu. Karena penghuni setelah mereka tidak mampu bertahan dalam rumah berhantu ini.
"Siapakah pria bernama Nino Panjaitan ini?" kata Putra, "Dia seperti orang yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan situasi. Semua pemilik setelahnya mampu bertahan dalam satuan tahun."
"Sepertinya anggota Paladin. Karena dia mampu menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh hantu, jika boleh menebak, mungkin anggota SID seperti kita," jawab Sandra, "Itu jika teoriku benar."
"Bagaimana kau tahu?"
"Kemarin sebelum pianonya dipindah ke rumah Arthur, aku memeriksa piano ini. Aku menemukan buku-buku lirik lagu yang di dalamnya tertulis nama 'Nino Panjaitan'. Kemudian di bagian bawah piano ada lambang SID. Yah, maaf, aku lupa memberitahu kalian."
"Bagaimana kesimpulanmu?"
"Sebenarnya, terlalu gegabah untuk mengambil kesimpulan hanya dengan modal informasi yang masih berlubang-lubang seperti ini. Tapi, aku berpikiran bahwa penjahatnya adalah Kurosawa. Satu tahun kemudian, muncul Nino Panjaitan yang menyelesaikan masalah di rumah ini. Semua gangguan hantu ini selesai sejak Nino Panjaitan berada di rumah ini. Lal
"Baiklah, kita lanjutkan di rumah Tuan Park saja," ajak Putra.
Sambil membereskan buku kimianya, Sandra memikirkan analisis mereka barusan. Bahkan hafalannya tentang logam golongan B menguap begitu saja dari otaknya. Otaknya sekarang dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Siapakah penjahatnya? Kurosawa atau Rumiko atau bahkan keduanya? Lalu, siapa sebenarnya Nino Panjaitan? Misal timnya sudah tahu siapa mereka sebenarnya, bagaimana cara menyelesaikan semua kasus Kamar Merah ini? Sambil berjalan meninggalkan gedung, Sandra mengungkapkan semua pertanyaan yang berkecamuk di otaknya pada Putra.
"Kita fokus menyelesaikan Kamar Merah di rumah Tuan Park saja dulu," kata Putra.
"Bagaimana jika Kurosawa, Nino dan Rumiko adalah kunci untuk menyelesaikan Kamar Merah?" kata Sandra.
Putra menyandarkan tubuhnya pada pilar penyangga bangunan dan memikirkan ucapan Sandra. Kemudian dia tersenyum dan berkata, "Menurut teorimu, petunjuk paling dekat dengan kita adalah Nino Panjaitan. Jika memang teorimu benar bahwa Nino Panjaitan adalah anggota SID, maka Jay akan dengan mudah mengakses informasi darinya."
Sandra mengangguk-angguk dan mengelus dagunya. Dia lalu berkata, "Kau bijak juga."
Murid-murid Jay memang memiliki berbagai macam sifat. Sandra adalah yang terpintar dan paling workaholic di antara mereka. Ketika Sandra mengerutkan kening, maka semua tahu bahwa Sandra sedang menganalisis sesuatu. Wajah dan kepintaran yang dimiliki Sandra membuat dirina menjadi incaran para siswa di sekolahnya. Tapi Sandra jarang memedulikan hal ini. Karena itulah selama ini Sandra hanya berpacaran dengan Dedy Aliandra. Sementara Putra adalah yang paling tenang dan paling bijak di antara mereka bertiga. Karena sifatnya itulah Jay menjadikannya sebagai wakilnya jika dirinya tidak ada. Putra selalu tersenyum di berbagai situasi. Lalu Marcell adalah petarung yang terkuat di antara mereka. Namun negatifnya adalah dia terlalu gegabah, pemarah dan meledak-ledak. Jika dia marah, kata-katanya juga kasar.
"Marcell ... semoga dia tidak memarahi orang yang memiliki informasi," kata Sandra.
Putra tertawa, "Selama ada Jay, aku yakin Jay pasti bisa mengontrol mulut Marcell."
Saat ini Sandra dan Putra sedang berada di depan gerbang. Jarak antara gerbang dan jalan raya sangat dekat. Mereka sedang menunggu taksi untuk kembali ke rumah Park. Karena taksi tak kunjung lewat dan keadaan cukup panas, Sandra dan Putra menyandarkan tubuhnya ke sebuah pohon palem besar. Putra bersandar sambil memejamkan matanya. Dia benar-benar tak peduli suara-suara kendaraan yang berlalu-lalang di jalan. Di bawah pohon sangatlah sejuk dan dingin. Bahkan Putra nyaris tertidur jika dia tidak dibangunkan oleh Sandra.
"Kalau mau tidur jangan di sini," kata Sandra, "Bisa-bisa kau kerasukan."
"Kerasukan apa?" tanya Putra.
"Aktifkan matamu dan lihatlah ke atas!"
Putra mengaktifkan matanya dan melihat ke atas sesuai perkataan Sandra. Dari balik dedaunan pohon palem yang begitu hijau, ada seseorang yang menatap dirinya dan Sandra. Tatapannya dipenuhi dengan amarah. Putra tahu yang menatapnya adalah hantu jahat. Pengendali cahaya itu mengambil cahaya dan energi UV matahari, membentuknya menjadi pisau kecil, melapisinya dengan nether dan menembakkannya ke hantu. Hantu itu terjatuh dari pohon dan terlihatlah wujud aslinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments