"Sandra ... Sandra ..."
Sayup-sayup telinga Sandra mendengar suara orang yang memanggilnya. Butuh waktu beberapa detik untuk otaknya agar mengenali suara orang yang memanggilnya. Dia baru sadar bahwa Jay yang memanggilnya dari luar kamar. Jay berkata dengan lirih sambil diiringi dengan ketukan pintu.
"Uuuhhhh, kenapa Jay tengah malam begini membangunkanku?" kata Sandra yang berusaha keras untuk bangun.
"Sandra ... Sandra ..."
"Sebentar!" kata Sandra.
Sandra meraih dan melihat layar ponsel. Ternyata jam 23.32. Dengan sebal dia turun dari tempat tidur. Matanya terpejam lagi karena tidak kuat menahan kantuk. Ketika hampir sampai di pintu, diiringi ketukan, suara Jay terdengar lagi.
"Petunjuk ... di teras ... cepat ..."
"Iya ... sabar ..."
Ketika Sandra keluar dari kamar, Jay sudah tidak ada di sana. Mungkin Jay sudah turun mendahuluinya. Tidak lupa Sandra menutup pintu kamar agar tidak dimasuki hantu-hantu aneh. Untuk menghilangkan rasa kantuknya, dia ke kamar mandi dulu untuk membasahi mukanya. Setelah kantuknya sedikit hilang, dia mulai menuruni tangga menuju teras. Sandra sampai di ruang tamu dan mendapati pintu depan terbuka.
"Seharusnya tak perlu di buka seperti ini," gumam Sandra sambil berjalan menuju teras,
Begitu sampai di teras, Sandra memeluk tubuhnya sendiri ketika angin dingin mengelus kulitnya. Malam ini memang sangat dingin. Sandra mengamati sekeliling teras untuk mencari keberadaan Jay. Tidak ada siapapun di teras. Hanya keheningan dan suara jangkrik. Sesekali gemerisik dedaunan yang tertiup angin memecah keheningan malam. Karena dia tak menemukan apapun, Sandra berniat masuk rumah lagi dan segera mengunci pintu rumah.
Sebelum memasuki rumah, tak sengaja Sandra melihat sebuah rambut palsu yang sangat panjang. Rambut palsu berwarna hitam legam itu diletakkan di rerumputan kebun. Sandra mengerutkan kening dan memiringkan kepalanya. Gadis itu bertanya-tanya milik siapakah rambut itu? Apakah milik Nyonya Park? Atau inikah petunjuk yang dimaksud oleh Jay?
Sandra memeriksa rambut palsu dengan Eyes of Ghost Dimension. Memang ada gumpalan nether kuat yang berada di rambut palsu itu. Tidak salah lagi. Jay meninggalkan rambut palsu ini sebagai petunjuk awal dari teka-teki Kamar Merah ini. Setelah menyimpulkan hal itu, timbul pertanyaan ke manakah Jay sekarang? Sandra tak melihatnya di ruang tamu. Tapi, Sandra segera mengabaikan pertanyaan yang muncul di otaknya. Dia segera membawa rambut palsu dan berjalan kembali menuju ke kamarnya.
Ketika Sandra baru menginjakkan kakinya di anak tangga, terdengar dentingan piano di lantai dua. Teringat cerita Park tentang bocah hantu yang menyanyikan "Are you sleeping", Sandra langsung menciptakan api-nether di tangan kanannya. Sandra menaiki tangga perlahan-lahan. Dia tidak mau hantunya menyerang dirinya duluan. Dentingan piano semakin lama semakin jelas. Lagu apapun yang dimainkan oleh si hantu membuat bulu kuduk Sandra berdiri. Begitu kaki Sandra menginjak lantai dua, dia segera menghadap ke piano dan memasang posisi menyerang. Apa yang dilihatnya sekarang membuat Sandra menghela nafas lega. Bukan seorang bocah yang mampu memutar kepalanya 180 derajat, tapi seorang bocah SMA yang memakai piama berlambang klub sepak bola Inggris.
"Kau bodoh, ya, Marcell. Main piano di jam segini," kata Sandra, "Ya terserah kaulah. Asal jangan keras-keras mainnya. Putra dan Tuan Park sedang tidur."
Marcell hanya mengangguk dan menjawab, "Ya, Sandra."
"Dan aku akan mencoba tidur lagi," kata Sandra, "Kalau aku tidak bisa tidur gara-gara konser tengah malammu yang konyol, akan kubakar kau."
Sandra mengunci pintu kamar dan meraih ponselnya. Dia mengirim pesan, "Tengah malam begini, kau pergi ke mana?" pada Jay. Sandra meletakkan ponsel di samping bantalnya dan melemparkan rambut palsu yang dibawanya ke gantungan baju. Gadis itu melemparkan kepalanya ke bantal dan mencoba memejamkan matanya. Suara dentingan piano yang dimainkan oleh Marcell juga semakin terdengar lembut. Perlahan, mata Sandra terpejam hingga dia tertidur.
Lima belas menit kemudian, tidur Sandra sedikit terganggu karena ada suara gemerisik di kamarnya. Matanya masih terpejam tapi telinganya berusaha mencari asal suara. Sandra menangkap asal suara yang berasal dari gantungan baju. Sandra memaksa matanya untuk terbuka. Samar-samar, penglihatannya menangkap ada yang aneh dengan rambut palsu itu. Benda itu kini memiliki mata, hidung dan mulut. Tidak percaya apa yang dilihatnya, Sandra memijat matanya dan segera duduk. Ketika dia membuka matanya lagi untuk mengamati rambut palsu, Sandra tidak mendapati mata, hidung dan mulut seperti yang dilihatnya tadi. Rambut palsu itu masih tergantung rapi di tempatnya. Selain itu, tidak ada perubahan energi nether di benda itu. Suara-suara yang didengar Sandra tadi juga sudah hilang. Hanya terdengar dentingan piano Marcell dari ruang keluarga. Sandra segera merebahkan tubuhnya lagi dan mencoba tidur.
Tengah malam, Sandra merasakan nafasnya benar-benar kesulitan bernafas. Rasanya benar-benar sesak. Seperti ada ular besar yang melilit lehernya. Sandra menggapai lehernya dan merasakan ada kain selimut yang melilitnya. Begitu membuka matanya, Sandra tahu apa yang membuatnya kesulitan bernafas.
"Sandra ... Sandra ...," hantu itu mengeluarkan suara yang sama persis dengan suara Jay.
"K-k-k-ka ... u," Sandra menatap hantu yang menyerangnya dengan penuh kebencian.
Yang ada di hadapan Sandra sekarang adalah salah satu jenis hantu yang disebut crawler. Hantu jenis ini disebut crawler karena hanya bisa bergerak menggunakan tangan untuk merayap. Pada umumnya crawler bersembunyi di lemari atau di bawah ranjang dan menunjukkan mukanya secara tiba-tiba dari tempat persembunyiannya. Seperti hantu lainnya, crawler biasanya hanya mampu untuk menakuti-nakuti manusia. Jika hantu berniat membunuh manusia, tentunya butuh energi yang sangat besar.
Crawler ini berada di atas tubuh Sandra. Dia menggunakan selimut untuk melilit leher Sandra. Tidak hanya itu, muka Sandra dan muka crawler hanya berjarak beberapa centimer. Sandra bisa melihat mukanya yang pucat dan tak memiliki mata. Rongga matanya yang gelap meneteskan darah membasahi muka pucatnya.
"Sandra ... Sandra ..."
Tentu saja pikiran Sandra bertanya-tanya bagaimana hantu ini bisa memasuki kamar. Padahal sebelum tidur, Sandra sudah melapisi kamar dengan nether pelindung.
"Sandra ... Sandra ...," hantu itu lagi-lagi memakai suara Jay.
"Pu-t-tra!" Sandra mencoba meminta tolong namun dia nyaris tak bisa mendengar suaranya sendiri, "Ma-rrr-celll!"
"Sandra ... Sandra ..."
Sandra melapisi tangannya dengan nether dan api untuk melepaskan diri. Tangan Sandra meremas tangan crawler yang mencekiknya. Crawler menjerit kepanasan. Namun, bukannya menyerah, crawler justru semakin mengkuatkan pegangannya. Hantu itu membiarkan kulitnya terbakar oleh api Sandra.
"Sandra ... panas ... Sandra ... panas," kata hantu itu dengan suara Jay. Mukanya terlihat menahan sakit namun dia tetap memaksa untuk membunuh Sandra.
Crawler kali ini semakin mengencangkan cekikannya pada Sanda. Tidak hanya itu, dia juga menahan kedua tangan Sandra. Membuat Sandra tak berdaya. Hanya kakinya saja yang bisa bergerak saat ini.
"K-k ... a ...u .... m-ma-maksa ...," kata Sandra
Sandra mencoba cara lain untuk melepaskan diri dari crawler. Dia melapisi lututnya dengan api-nether. Kemudian Sandra membenturkan dua lututnya ke crawler berkali-kali dan dengan kekuatan besar. Hingga akhirnya tendangan Sandra berhasil membuat hantu itu tersungkur ke depan. Sandra berhasil melepaskan diri dari hantu itu dan kini giliran Sandra yang menyerang balik.
Sandra mengeluarkan pengendalian api-nether. Kini giliran Sandra yang mendominasi pergulatan ini. Sandra menindih tubuh crawler dan memukul hantu itu berkali-kali dengan tinju apinya. Dia benar-benar membakar hantu itu habis-habisan. Mereka bergulat hingga jatuh dari ranjang.
Ketika jatuh dari ranjang, crawler mulai mencoba untuk menyerang Sandra lagi. Dia membenturkan kepala Sandra ke tepian ranjang. Tentu saja benturan itu membuat Sandra pusing karena tepat ke pelipis kepalanya. Crawler menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari Sandra. Dia merayap begitu cepat dn meraih gagang pintu. Begitu si crawler menggenggam gagang pintu, dia merasakan tangannya terbakar luar biasa. Meskipun tangannya melepuh, dia tetap memaksa kabur melalui pintu itu.
"SIAL!!" umpat Sandra.
Meskipun agak pusing, Sandra berusaha mengejar crawler sekuat tenaga. Dia berjalan terhuyung-huyung dan memegangi kepalanya. Begitu membuka pintu, dia tidak mendapati hantu itu. Justru Sandra menatap Marcell yang masih duduk diam di depan piano.
"APA YANG KAU LAKUKAN???" bentak Sandra, "KAU BARU SAJA MEMBIARKAN HANTU KABUR!!!"
Pintu kamar sebelah pun terbuka dan keluarlah Marcell. Dia memijat matanya dan berkata pada Sandra, "Apa kau tidur berjalan, cewek sial? Jam segini sudah marah-marah!"
Melihat Marcell baru keluar dari kamar, Sandra menatap rekannya itu dengan mulut menganga. Tersadar dari kebingungannya, Sandra langsung menoleh lagi ke piano. Kosong. Tak ada siapapun di sana.
Sandra tidak mau dipermainkan para hantu. Dia menarik tangan Marcell dan mengajaknya untuk mendekati piano. Mereka berdua menyentuh kursi tua itu dan bisa merasakan kursi itu masih hangat. Seperti habis diduduki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments