"Menurut peta yang diberikan Jay," kata Putra sambil konsentrasi pada petanya, "Kita terus berjalan lurus. Kita belok ke kiri ketika bertemui perempatan kedua. Kemudian berjalan lurus saja dan kita akan segera bertemu dengan gereja tua di kanan jalan. Hantunya biasanya akan terlihat di malam hari."
Sandra dan dua rekannya sekarang sedang menjalankan misi membasmi hantu penunggu gereja tua yang sangat mengganggu. Gereja tua ini terletak di perbatasan Jakarta-Bekasi. SID mendapat laporan bahwa hantu penunggu di sana sering menculik anak-anak selama beberapa hari kemudian mengembalikannya dalam keadaan tanpa ingatan. Laporan lain juga mengatakan sering terlihat seorang wanita berambut panjang duduk di atas dahan pohon sambil mengayunkan kakinya. Tentu saja semua orang yang terpaksa lewat sana dan melihat hantu itu langsung lari terbirit-birit. Lonceng gereja tua juga sering berdentang secara misterius pada pukul 1.13 dini hari. Gereja tua terkutuk, begitulah penduduk lokal menyebutnya.
"Ini perempatan kedua," kata Sandra dan mereka pun berbelok ke kiri.
Setelah berbelok ke kiri, Sandra dan timnya berpapasan dengan seorang anak kecil yang merengek pada ibunya. Kira-kira umurnya lima tahun. Dia terus merengek sambil menunjuk ke arah yang dituju oleh Sandra dan timnya.
"Tidak mau, Ma! Pokoknya tidak mau!" kata anak kecil itu, "Aku mau ke gereja tua dan tidak mau pulang!"
"Kita harus segera pulang, gereja tua terkutuk itu berbahaya, sayang!" kata ibunya, "Sekarang sudah mau malam dan papa sudah menunggu kita di rumah."
"TIDAK, MA!!! AKU TIDAK MAU PULANG!!!" tangisan anak itu makin menjadi, "TIDAK PULANG SAMPAI AKU DAPAT PERMEN DARI KAKAK CANTIK!!"
"Permen??? Kakak cantik???"
"Tadi waktu kita lewat sana, ada kakak cantik yang menawariku permen coklat enak."
Mata si ibu muda langsungg terbelalak dan ketakutan. Dari ekspresinya, mudah bagi Sandra untuk menyimpulkan bahwa ibu muda itu tidak melihat kakak cantik atau apapun ketika melewati gereja tua tadi. Tidak banyak bicara lagi, ibu muda itu langsung memeluk, menggendong anaknya dan berlari secepat mungkin meninggalkan jalan ini. Tangisan si bocah semakin keras dan dia memukul-mukul punggung ibunya. Ibu muda itu tidak peduli. Dia terus mendekap anaknya dan melangkah pulang secepat mungkin.
"Anak itu sepertinya sudah disukai oleh si penunggu gereja," komentar Marcell. Mereka bertiga terus berjalan sambil membicarakan anak barusan.
"Semoga anak itu tidak didatangi, ya," kata Sandra.
"Didatangi atau tidak, tergantung apakah hantunya memiliki 'alamat' anak itu?"
"Benar," kata Putra, "Semuanya tidak masalah jika anak itu tidak pernah menerima permen dari si hantu sebelumnya."
Maksud kata 'alamat' yang disebut Marcell bukan alamat dalam arti sebenarnya. Contohnya, jika sebelum kejadian ini bocah itu pernah menikmati permen yang diberikan si hantu, maka si hantu nantinya dengan mudah bisa menemukan tempat tinggal bocah itu. Karena hantu itu sudah menanam, sebut saja 'chip', pada si anak.
Sandra, Putra dan Marcell sampai juga di depan gereja tua. Gereja ini dikelilingi oleh pagar-pagar besi yang tinggi dan berkarat. Cat-cat yang melapisi pagar besi itu sudah mengelupas. Gerbangnya juga sama mengelupas dan berkarat seperti pagarnya. Antara gerbang dan gereja tua dihubungkan oleh pavingan yang bagian sampingnya hampir tertutupi oleh semak-semak. Semak-semak dan tumbuhan liar tumbuh tinggi seukuran pinggang manusia di lahan gereja yang dulunya digunakan sebagai taman. Di bagian taman, ada sebuah ayunan yang salah satu rantainya lepas. Meskipun rusak, sesekali ayunan itu berayun sendiri di malam hari, seperti ada yang menggunakannya. Gereja tua itu sendiri tampak terbengkalai. Bagian bawah pintunya sudah berlubang dan hancur karena dimakan oleh rayap. Jendela-jendelanya pun tidak berkaca. Pohon mangga besar dengan daun lebat menutupi sinar matahari sehingga bagian dalam gereja tua nyaris tidak terkena cahaya matahari jika di siang hari. Mereka bertiga berusaha mengamati apa isi gereja tua itu. Namun mata mereka tidak menangkap apapun. Hanya ada kegelapan. Meskipun atapnya sudah berlubang, tetap saja tidak mengijinkan cahaya apapun yang mencoba masuk. Yang mereka rasakan hanyalah energi nether menyelimuti gereja tua hingga pagar.
Marcell melangkah maju mendekati gerbang. Gerbang berbesi tebal itu dirantai dan digembok tiga bagian: atas, tengah dan bawah.
"Put, bagaimana cara masuknya?" tanya Marcell.
Putra merogoh saku celananya dan tampak mencari sesuatu. Setelah ketemu dia menunjukkan tiga buah kunci yang dirangkai menjadi satu.
"Masuknya mudah, Cell," jawab Putra, "Yang aku bingung adalah bagaimana memulai misi? Tentunya kita tidak boleh sembrono langsung memasuki daerah lawan."
"Kalau tidak memasuki daerah lawan, bagaimana cara kita menangkapnya?" tanya Sandra.
"Yang kuinginkan adalah menyeret dia keluar dari kandangnya dan kita segera menghajarnya," kata Putra.
"Bagaimana menurut dokumen SID yang diberikan pada kita?" kata Marcell.
Putra mengambil dokumen dari tasnya dan menunjukkan pada Sandra dan Marcell, "Hantu itu biasanya menampakkan dirinya minimal pukul tujuh malam dan maksimal pukul empat pagi."
Sandra menggeleng, "Minimal pukul tujuh apanya?! Dia baru saja menampakkan wujudnya pada anak kecil. Meskipun dengan wujud manusia. Makhluk apa sih yang kita hadapi?"
"Suicide Spirit," jawab Marcell, "Memang termasuk tortured soul. Tapi kita tahu dia sudah terpengaruh energi negatif."
"Soal dia menampakkan diri di waktu yang bukan malam memang untuk mencari anak-anak," kata Putra.
"Sejak kapan dia bunuh diri dan apa motifnya?" tanya Sandra.
"Seorang gadis kaya yang bunuh diri lima tahun yang lalu. Orang tua dan adiknya tewas mendadak di sebuah kecelakaan mengerikan. Karena kejadian itu, dia menjadi ... yah ... semacam depresi," jawab Putra, "Dia sangat menyayangi adiknya dan mungkin karena itu juga dia suka anak kecil."
"Aku punya ide," kata Sandra, "Hantu itu suka anak kecil, kan?"
Putra dan Marcell mengangguk. Mereka terus menunggu agar Sandra melanjutkan kalimatnya. Sandra tersenyum licik dan menceritakan idenya.
"Idemu kejam juga," kata Putra yang mengerutkan kening.
"Idemu boleh juga," kata Marcell yang bergairah.
"Memang sepertinya itu ide terbaik untuk menyeret hantu itu keluar," kata Putra yang tiba-tiba bangkit sembari memandang gereja tua.
Sandra, Marcell dan Putra segera berangkat untuk menjalankan ide Sandra. Marcell membeli senter yang tentunya berhubungan dengan rencana Sandra. Sementara Putra dan Sandra mencari anak kecil di daerah-daerah kumuh dan kotor. Mencari anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk menemukannya. Dengan iming-iming tiga buah hamburger, satu kotak pizza dan uang dalam jumlah besar, seorang anak jalanan tertarik pada penawaran Sandra dan Putra. Bagi anak jalanan, makanan yang ditawarkan Sandra sudah termasuk mewah. Setelah anak jalanan menyetujuinya, mereka bertiga mengajak anak itu makan malam. Pada pukul delapan malam, mereka sudah sampai ke gereja tua.
"Baiklah, tunggu di sini," kata Sandra, "Jika kau melihat seorang gadis cantik muncul dari gereja dan menawarimu permen atau apapun, jangan diterima! Arahkan saja cahaya senter ke mukanya. Jika tiba-tiba mukanya berubah menjadi buruk rupa, kau boleh kembali ke kami."
"Kami di perempatan itu," kata Putra sambil menunjuk perempatan yang mereka lewati sebelumnya, "Tidak begitu jauh, kan? Sambil menunggu perempuan itu muncul, kau boleh tidur."
"Jangan sekalipun berpikiran untuk mendekatinya dan menerima tawarannya. Walaupun tawarannya lebih baik dari tawaran kami," kata Marcell, "Wanita itu berbahaya dan akan kami ceritakan sejahat apa wanita itu. Tentunya setelah kau menjalankan tugas dengan baik."
"Kenapa dia berbahaya?" tanya anak jalanan.
"Tenang saja. Wanita itu tidak berbahaya jika kau menuruti perintah kami," kata Sandra setelah mendorong Marcell.
Anak jalanan itu hanya menurut dan mengangguk saja. Otaknya hanya terbayang pizza, hamburger dan uang. Sehingga bocah itu tidak curiga. Dia tidak diberitahu oleh Sandra bahwa wanita penghuni gereja adalah hantu. Jika diberitahu, tentu saja anak jalanan itu akan lari ketakutan.
Putra mendekai gerbang gereja dan mengeluarkan kuncinya. Kemudian dia membuka satu per satu gemboknya dan melepas lilitan rantainya. Setelah semuanya selesai, Putra kembali ke dua rekannya.
"Kenapa membuka gerbangnya?" tanya Sandra.
Putra tidak menjawab dan baru menjawab ketika mereka bertiga sampai di perempatan, "Untuk jaga-jaga akan terjadinya dua kemungkinan. Pertama, jika umpan kita terpikat godaan si hantu dan masuk ke gereja. Kedua, jika hantunya berhasil lolos dari jebakan kita. Dari dua kemungkinan barusan, apapun yang terjadi, mau tidak mau kita harus masuk ke gereja. Jika gemboknya terbuka, kita bisa dengan mudah masuk ke gereja tua itu. "
Sandra dan dua rekannya sekarang berpisah dari anak itu. Tentu saja sambil tetap mengawasi dari kejauhan. Sedetik, dua detik, satu menit, dua menit, satu jam, dua jam dan hantunya tidak kunjung muncul. Anak jalanan itu juga sudah tertidur bersandar di tiang lampu jalanan. Sandra, Marcell dan Putra mulai terkantuk-kantuk. Mereka bertiga tidur bergantian selama tiga puluh menit.
"Ssstttt ... sssttt ...," kata Sandra sambil menyikut Marcell dan Putra, "Hantunya muncul."
"Oh, ya?" kata Putra sambil melihat jam, "Dia baru muncul dini hari begini."
Sesuai dengan laporan yang tertulis, lonceng gereja berdentang keras pada pukul 1.13. Anak jalanan itu mulai bangun dan mengambil senter. Dia mengarahkan senternya ke pagar dan terlihat sedang berbicara dengan seseorang. Anak jalanan mengarahkan senternya ke gerbang gereja. Sandra, Marcell dan Putra melihat dengan Eyes of Ghost Dimension. Eyes of Ghost Dimension adalah kemampuan mata yang wajib dimiliki oleh semua anggota SID agar bisa melihat hantu. Berkat kemampuan mata itu, terlihatlah sebuah telapak tangan wanita yang pucat terulur di gerbang gereja. Telapak tangan itu menarik pintu gerbang perlahan-lahan hingga terbuka. Anak jalanan itu tersenyum, mengangguk dan bangkit dari duduknya.
"Bocah bodoh!!" kata Marcell yang mulai berdiri diikuti oleh Sandra dan Putra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Rianoir⏳⃟⃝㉉
penggambarannya lengkap sekali. jadi banyak belajar aku....
2022-10-06
0
anggita
klo gak baca bener., mungkin SID.dikir band punk Superman Is Deth.,,
2021-02-02
1