"Jay berhati-hatilah," kata Sandra, "Ada sesuatu di dalam."
"Apapun yang ada di dalam, kita harus menghadapinya bersama-sama," kata Jay.
Sandra langsung mengernyit ketika Jay membuka pintu besi. Nether jahat langsung menyeruak keluar dari kamar merah. Mencoba tidak mempedulikan energi nether jahat, Sandra mencoba mengamati ada apa di dalam Kamar Merah. Karena bola-bola cahaya buatan Putra tidak mampu menjangkau seluruh kamar merah, Sandra hanya bisa melihat separuh kamar merah saja.
"Sesuatu yang jahat ... atau apapun itu ... berada di ujung ruangan," kata Sandra pada Jay, "Energi nether jahat ini bergerak."
"Ya," kata Marcell, "Aku juga bisa merasakannya."
Jay menghentikan langkahnya dan matanya menerawang ke ujung ruangan. Matanya memang tidak melihat apapun. Tapi dia merasakan memang ada sesuatu di sana. Sesuatu yang hidup dan menyeramkan. Jay berpesan pada murid-muridnya agar tetap perlahan-lahan dengan apapun yang menjaga kamar merah.
"Putra, tolong ...," kata Jay dan murid-muridnya melewati pintu besi.
Putra memindahkan bola-bola cahaya dari lorong ke kamar merah sehingga semuanya menjadi terang. Tidak ada makhluk apapun di sana. Mendadak energi nether jahat menghilang dengan sendirinya. Putra dan Sandra semakin bingung ketika mengetahui bahwa tidak ada makhluk apapun di sana.
Di dalam Kamar Merah ini semuanya serba merah. Persis seperti yang ada di foto milik Nino Panjaitan. Dinding Kamar Merah dicat merah. Entah itu cat asli atau dengan darah, Sandra tidak mau membayangkannya. Bagian kanan dan kiri ruangan adalah rak-rak buku dan meja-meja kecil. Ada sedikit buku di dalam rak-rak itu. Di ujung ruangan, meja batu pengorbanan masih kokoh seperti yang ada di dalam foto. Lukisan sepasang wanita kembar cantik juga masih ada. Di tengah ruangan, ada sebuah meja berbentuk persegi panjang dengan lima kursi besi di tiap kedua sisinya. Meja itu ditutupi oleh kain berwarna merah. Ada lambang aneh di kain itu. Lambang berada di dalam lingkaran yang bertuliskan "OROBAS".
Entah dimana aku pernah mendengar nama Orobas, pikir Sandra.
"Bukankah kemarin Kak Tari bilang bahwa semua barang-barang ini sudah dipindahkan ke SID? Dan ruangan ini bukannya sudah dinetralkan oleh SID?" tanya Marcell.
"Berarti ada seseorang yang merestorasi Kamar Merah," jawab Jay.
"Kurosawa???" tanya Putra.
Jay mengangkat bahu dan menjawab, "Bisa jadi. Mata kalian sudah aktif kan?"
"Dari tadi, Jay!!" jawab para murid Jay kompak.
Tim Jay mengelilingi dan memeriksa semua yang ada di Kamar Merah. Mereka mencatat tingkat energi jahat semua barang-barang yang ada di sana. Sandra dan Putra memeriksa di ujung Kamar Merah sementara Jay dan Marcell memeriksa rak-rak buku yang jaraknya tidak begitu jauh dari pintu.
"Nether jahatnya parah, ya?" kata Putra.
"Benar. Energi jahatnya menjijikkan," Sandra menggelengkan kepalanya, "Baru pertama kali aku mengalami yang seperti ini."
Marcell menghampiri Sandra dan berkata, "Aku heran, bagaimana bisa ..."
Kalimat Marcell langsung terhenti karena tiba-tiba pintu tertutup. Tiga murid Jay langsung menatap ke pintu. Terdengar suara Jay yang berteriak-teriak dari luar pintu. Trio murid Jay langsung berlari menuju pintu. Dengan sekuat tenaga, Sandra, Putra dan Marcell berusaha mendobrak pintunya dari dalam. Dari luar, Jay dan Choky juga berusaha membuka pintunya. Percuma saja, pintunya tidak bergeming.
"Aku ... aku ... merasakannya, teman-teman," kata Sandra sambil melirik ke meja batu pengorbanan.
"Tenang," kata Putra, "Aku dan Marcell akan melindungimu."
"KENAPA??" teriak Marcell, "APA YANG TERJADI???"
"Ada sesuatu yang mengusirku dari kamar ini!! Dia menarik dan menghempaskanku!!" kata Jay, "Mundur! Akan kuhancurkan pintunya dengan listrikku!"
Sandra, Putra dan Marcell menjauh dari pintu bercat merah itu. Tiba-tiba pintunya menyala merah dan muncul beberapa aksara yang sulit dikenali. Cahaya merahnya mampu menerangi seluruh ruangan. Saking terangnya, Sandra melihat sesosok siluet hitam yang berada di dekat meja pengorbanan. Beberapa detik kemudian, pintunya kembali menyala dengan cahaya merah.
"TIDAK BISA!!" kata Jay, "PINTUNYA DISEGEL DENGAN SIGIL OROBAS!! SIHIRKU TIDAK MAMPU MENGATASINYA!!"
"Apakah cara satu-satunya harus mengalahkan makhluk brengsek sialan ini?" kata Marcell. Ya. Penunggu Kamar Merah ini sudah memperlihatkan dirinya.
Jay terdiam dan matanya terbelalak. Di kepalanya terbayang kematian tiga muridnya. Jay segera membuang jauh-jauh pikiran ini. Sebenarnya ada beberapa cara untuk menghancurkan pintu yang disegel dengan sihir satanis ini. Pertanyaannya hanyalah waktu. Apakah murid-muridnya masih bertahan hidup ketika pintunya berhasil dibuka.
"APA YANG KALIAN HADAPI????" teriak Jay.
"Seorang wanita yang tidak memiliki mata, memakai baju putih dan rambutnya panjang hingga menyentuh kaki," jawab Sandra, "Sekarang dia tersenyum pada kami. Apakah ini sejenis White Lady?"
Jay menghembuskan nafas lega, "Bukan. Namanya adalah Eyeless ... syukurlah. Kalian bisa mengalahkannya. Kemarilah, Putra! Biarkan Sandra dan Marcell menghadapinya dulu."
Sandra menembakkan nether-api pada Eyeless. Namun Sandra segera melompat menjauh karena Eyeless mengembalikan api dengan cara mengibaskannya rambutnya. Baru saja Sandra mendarat dari lompatnya, Eyeless sudah ada di depannya dan langsung mencekiknya di tembok. Eyeless membuka mulutnya dan keluarlah lidah berbentuk sulur yang berwarna hijau.
"Jangan ganggu pacarku!!" teriak Marcell sambil melemparkan kursi besi yang dilapisi nether.
Lemparan Marcell tepat mengenai kepala belakang Eyeless. Tindakannya barusan tentu saja memancing kemarahan Eyeless. Eyeless melepaskan cengkeramannya pada Sandra, melesat menembus meja panjang dan menyerang Marcell. Marcell menciptakan dinding pelindung listrik. Karena dinding pelindung listrik buatannya terlambat, dirinya dan Eyeless sama-sama terhempas.
"Kelemahannya terletak pada syarafnya!" kata Putra, "Pendengaran atau penciumannya ... salah satu dari itu sangat sensitif! Hancurkan telinga dan hidungnya! Selain itu ... jangan sampai terkena lidahnya!"
Putra langsung siaga ketika kepala Eyeless menghadap pada dirinya. Eyeless terbang mendekati Putra dengan gerakan zigzag. Tangannya yang dingin memukul Putra dan membuat dirinya terhempas. Eyeless merangkak cepat seperti hantu yang ada di film-film horor. Putra melapisi kakinya dengan cahaya-nether dan menendang muka Eyeless. Akibat serangan Putra, Eyeless berlutu dan menjerit mengerikan sambil memegangi mukanya.
"Makanlah cahaya ultraviolet," kata Putra seraya memukul muka Eyeless dan membuatnya membentur meja.
Tahu Eyeless akan mendarat di meja, Marcell langsung menembaknya dengan listrik-nether. Membuat Eyeless terlempar ke kaki Sandra. Sesuai saran Putra, Sandra memanaskan kakinya dengan api-nether. Bersiap untuk menginjak muka Eyeless.
"Kenapa dengan sulurnya?" kata Marcell yang terengah-rengah,
"Dia menonaktifkan syarafmu untuk sementara," jawab Putra.
Tidak butuh waktu lama bagi Eyeless untuk memulihkan diri. Wajahnya terlihat sedikit melepuh karena dihajar oleh ultraviolet-nether buatan Putra. Dengan posisi tergeletak, dia membuka mulutnya dan keluarlah sulur merah panjang yang menjilat dua kaki Sandra. Tiba-tiba saja Sandra roboh dan tak bisa merasakan kakinya.
"Marcell! Lindungi Sandra!!" kata Putra.
Masih syok karena lumpuh yang menyerang kakinya tiba-tiba, Sandra baru menyadari serangan berikutnya. Sandra berusaha menghindar semampunya dengan kedua tangannya. Cakar Eyeless berhasil melukai kakinya.
Marcell dan Putra menyerang dari dua arah demi menjauhkan Sandra dari Eyeless. Namun, dua sahabat Sandra itu hanya meninju udara karena Eyeless sudah berdiri di atas meja. Sekali lagi mulutnya terbuka dan keluarlah sulur panjang. Marcell dan Putra berdiri di hadapan Sandra dan bersama-sama menciptakan tameng listrik-cahaya-nether untuk melindungi Sandra.
Bersamaan dengan terciptanya tameng listrik dan cahaya, Eyeless mencambukkan sulurnya ke Marcell dan Putra. Tidak bisa menembus tameng lawannya, Eyeless langsung menarik kembali lidah sulurnya dan melompat mundur turun dari meja. Dia melompat mundur dan menjerit. Eyeless merasakan panas dan sengatan listrik luar biasa.
"au melukainya dengan apa?" tanya Marcell dengan berbisik.
"Ultraviolet ... seperti biasa ...," jawab Putra dengan berbisik pula.
"Kalian melukainya?! Bagus!!" kata Jay dari balik pintu, "Choky sudah menelepon penyihir kenalannya. Salah satu anggota Departemen Sihir sudah berangkat. Bertahanlah sekuat mungkin!!'
Mendengar teriakan Jay, Eyeless mendekat ke pintu. Hantu buta ini memang sangat sensitif dengan suara. Dia berkali-kali menggunakan lidahnya yang panjang untuk menyerang sumber suara. Namun, dia malah merasakan sengatan listrik yang lebih kuat daripada milik Marcell.
"Kenapa kau memisahkan murid-muridku dariku?" tanya Jay.
"Perintah Tuanku, kalahkan dulu yang lemah," jawab Eyeless.
"Aku akan menggempurnya," kata Marcell, "Jagalah Sandra sampai kakinya pulih!"
"TUNGGU!!" terdengar teriakan marah Jay, "SIAPA TUANMU!!"
Marcell menggumpalkan listrik-nether di tangannya dan bersiap menghadapi Eyeless. Dia lalu berlari mendekati meja batu pengorbanan dan meneriaki si hantu. Dia memang biasa menjadi umpan karena dia memang yang terkuat di antara ketiga temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Bintang Calista Putri
Wah keren semangat kak
2021-04-22
1
anggita
Terus berkarya💪., salam dari novel silat 13 Pembunuh.
2021-02-02
1