"Kalian bertahanlah! " teriak Jay dari balik pintu yang menyala merah itu, "Aku percaya kalian bisa!"
"Tenang, Jay!" kata Marcell, "Semua akan baik-baik saja!"
Listrik-nether buatan Marcell menderu dan menyambar Eyeless. Karena jarak antara Marcell dan hantu itu jauh, Eyeless dengan mudah menghindari listrik Marcell dengan cara berpindah ke kanan. Meskipun sebelah kanannya adalah meja, karena dia adalah hantu, dia menembus meja itu. Dengan cara menembus meja panjang, Eyeless mendekati Marcell. Marcell terus mundur dan tanpa disadari punggungnya menyentuh meja batu pengorbanan. Eyeless menggunakan lidahnya untuk mencambuk kaki Marcell. Marcell tidak berhasil mengelak, tapi berhasil menggumpalkan listrik-nether di tangan dan memukul hantu itu. Eyeless mundur beberapa langkah dan berlutut karena tak mampu merasakan kakinya. Marcell dan Eyeless sama-sama tidak bisa merasakan kaki mereka.
Kenapa kakiku lumpuh seperti ini, pikir Marcell, Apa isi lidahnya? Ah tunggu ... hanya kaki kan?
Tanpa banyak berpikir lagi, Marcell mengumpulkan listrik berwarna biru. Listrik biru ini tegangannya lebih tinggi daripada listrik kuning. Setelah voltasenya sudah cukup, Marcell menggabungkan listriknya dengan nether dan melemparkannya ke Eyeless. Serangannya tidak akurat sehingga hanya menghancurkan tangan kiri hantu itu.
Eyeless tiba-tiba bangkit dan mencoba menyerang Sandra dan Putra. Putra berusaha melindungi Sandra namun dia dihempaskan oleh tangan Eyeless. Secara reflek, Sandra menciptakan dinding api-nether ketika cakar makhluk itu mengarah ke lehernya. Eyeless langsung mundur dan menjerit dengan tangan kanan terbakar.
Putra berusaha bangkit sambil memegangi perutnya. Dia menyadari sebuah kesempatan dan mengumpulkan cahaya di jari telunjuknya. Eyeless yang mendengar suara Putra, langsung mendekati Putra dan menendang perutnya. Kepala Putra menghantam pinggiran meja hingga mengeluarkan darah. Belum puas, Eyeless menendang Putra lagi hingga menhantam rak buku. Buku-buku berjatuhan menimbun dirinya. Eyeless berniat mengakhir Putra dengan cakar-cakarnya.
"SANDRA!!! MARCELL!!! LINDUNGI PUTRA!!!" teriak Jay dari luar setelah mendengar erangan Putra.
"HENTIKAAAANN!!!" teriak Marcell dan Sandra sambil menyerang Eyeless dengan pengendalian mereka masing-masing.
Eyeless menghindari serangan Marcell dan Sandra. Sambil membungkukkan tubuhnya, dalam waktu singkat Eyeless menghampiri Marcell dan Sandra. Cakar-cakarnya yang runcing mencoba merobek kulit mereka berdua. Sandra berhasil menghindarinya dengan melompat mundur. Sementara Marcell yang gagal menangkis terkena cakarnya. Reflek Marcell langsung mundur sambil memegangi dadanya yang mengucurkan darah. Marcell melihat lima sayatan besar menggores dadanya. Eyeless mencambukkan lidahnya ke kaki Marcell sehingga membuat pengendali listrik itu lumpuh.
Tak mau temannya terluka, Sandra segera menyerang Eyeless dengan tinju apinya. Sayangnya, tangan kanan Sandra terkena cambukan lidah Eyeless sehingga lumpuh untuk sementara. Tangan kirinya pun mengalami hal yang sama. Sambil menggertakkan gigi karena sebal, Sandra mengumpulkan api-nether di kakinya, melompat dan mendaratkan kakinya tubuh Eyeless. Hantu itu terhempas dan menjerit kesakitan dengan dada melepuh. Meskipun tendangan api Sandra barusan sangat panas, Eyeless perlahan-lahan mencoba bangkit kembali. Namun Eyeless akhirnya tetap berlutut juga setelah tiga garis cahaya putih menembus leher dan kedua telinganya.
Sandra menggunakan kesempatan ini untuk menolong Marcell. Dia membakar luka sayatan di dada Marcell agar lukanya tertutup. Marcell menggunakan listrik kuning bervoltase sangat rendah di sekitar lukanya untuk mengurangi rasa sakit. Sanda terengah-rengah sambil menggeleng ke Putra yang berjalan mendekat.
"Kita sudah menggempur makhluk itu terus-menerus. Kenapa masih saja bisa pulih dari luka-lukanya?" tanya Sandra.
Putra menjawab, "Lidahnya tidak hanya melumpuhkanmu untuk sementara tapi juga menghisap energimu."
"Jadi bagaimana? Kita harus memotong lidahnya?" tanya Marcell.
"Sepertinya begitu," kata Putra, "Kalian berdua jadi umpan ... pancing dia. Biarkan salah satu dari kalian terkena lidahnya. Ketika lidahnya keluar, lumpuhkan dengan listrik kuning. Dari atas meja, aku akan menggunakan cahayaku untuk memotongnya. Aku yakin, begitu dia berdiri, dia langsung melesat menuju kemari."
Setelah mengutarakan rencananya, Putra segera naik meja untuk memulai rencana. Eyeless juga mencoba bangkit setelah diserang sedemikian rupa oleh para SID. Tiga murid Jay bisa melihat kulit-kulit Eyeless yang beregenerasi. Seperti yang sudah diduga, Eyeless langsung melesat mendekati para murid Jay. Dia menggunakan kombinasi antara lidah dan cakar-cakarnya dengan membabi-buta ke segala arah. Sandra sekali lagi berhasil menghindar namun Marcell tetap berdiri di tempat. Begitu lidah Eyeless menyentuh tubuh Marcell, Marcell langsung lumpuh juga. Namun anehnya, Eyeless juga lumpuh. Eyeless tidak bisa menarik kembali lidahnya. Tak tahu apa yang terjadi dan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Putra menembakkan cahayanya dan memotong lidah Eyeless.
Eyeless jatuh tersungkur dan menjerit kesakitan. Meskipun hantu itu sudah terluka parah, dia tetap mencoba bangkit sesegara mungkin sambil gemetaran. Begitu bangkit, Eyeless sekali lagi menyerang dengan membabi-buta ke segala arah. Sandra langsung lompat mundur. Sementara, Putra melindungi Marcell yang masih lumpuh dengan dinding cahanya. Eyeless terus berputar-putar dengan cakarnya hingga dia kelelahan sendiri dan berlutut sambil terengah-rengah.
Sanda dan Putra saling berpandangan dan mengangguk. Mereka mengumpulkan api dan cahaya, meningkatkan potensialnya dan menembakkan ke muka Eyeless. Kepala Eyeless langsung hancur dan tubuhnya roboh.
"Selesai ...," kata Marcell sambil bernafas lega, "Selesai ... kita berhasil mengakhirinya ..."
"Kami berhasil mengalahkannya, Jay!!" teriak Putra.
"Syukurlah!" kata Jay dari luar, "Kerja bagus, teman-teman."
"Bagaimana cara kami keluar?" tanya Sandra.
"Sabar," kata Jay, "Departemen Sihir sedang dalam perjalanan."
"Biasanya di game, kalau aku mengalahkan bos, pintu yang terkunci akan terbuka sendiri," kata Marcell.
"Enak saja! Ini dunia nyata, sobat!" jawab Jay.
Sandra, Marcell dan Putra mengobrol dengan Jay sambil menunggu Departemen Sihir datang. Tentu saja dengan suara yang agak keras karena terhalang pintu. Mereka berempat membicarakan pertarungan barusan dan rencana-rencana penyelidikan yang akan dilakukan setelah ini. Masih ada Kamar Merah lagi di suatu tempat di Jakarta dan tentunya perlu disterilkan dari energi jahat. Jay melarang ketiga muridnya untuk melakukan apapun terkait penyelidikan karena khawatir ada jebakan-jebakan yang dipasang oleh para pemuja setan.
"Jay! Aku baru ingat!" kata Sandra, "Ada dua hantu lagi. Hantu anak kecil dan seorang wanita."
"Choky sudah membereskan salah satu dari mereka," jawab Jay, "Pengendali tanah itu menyegel si bocah di media mereka sendiri ... di piano tua."
"Berarti tinggal si wanita berkaki buntung, ya?"
"Benar. Kita akan segera menangkapnya."
Sepuluh menit kemudian, tiga orang Departemen Sihir akhirnya datang juga. Pintu yang menyala merah pada awalnya ini perlahan-lahan meredup. Pintu dapat dibuka setelah cahaya sihir yang menyala merah ini benar-benar mati.
"Beristirahatlah di ruang tamu, teman-teman," kata Jay seraya mengantar mereka ke ruang tamu.
"Bagaimana dengan Tuan Park?" tanya Sandra ketika semuanya sudah duduk di ruang tamu.
"Tentunya aku akan memberitahukan hal ini padanya," kata Jay sambil menggeleng, "Setelah melihat tempat pemujaan setan yang tersembunyi di rumahnya, tentunya dia akan pindah. Walaupun Paladin sudah mensucikan total tempat itu."
Pendapat Jay barusan memang benar. Mana ada orang awam mau tinggal di rumah yang pernah digunakan untuk pemujaan setan. Meski Jay berkata tempat ini sudah disucikan atau jaminan bahwa SID akan datang lagi jika gangguan muncul. Orang-orang awam hanya ingin hidup tenang.
"Mungkin rumah ini akan dibeli Paladin atau entah bagaimana nantinya. Tergantung keputusan akhir Tuan Park."
"Masih ada hantu yang lepas, ya?" kata Marcell
Jay mengangguk, "Ya. Si wanita berkaki bntung itu. Tapi tenang saja. Dua medianya, piano dan Kamar Merah akan segera disucikan. Jadinya dia tidak akan kembali ke sini."
"Aku khawatir jika pianonya mampu pulang sendiri ke rumah," kata Putra.
"Tidak perlu cemas," kata Jay, "Memang dari awal sebaiknya kita menitipkannya pada SID. Bukan Arthur. Agar piano tolol itu tidak pulang kembali. Lagi pula dua hantunya sudah dikalahkan. Mana mungkin wanita berkaki buntung itu mengangkatnya kembali ke mari? Bahkan seorang binaraga pun akan kesusahan membawanya. Dia perlu menyewa jasa pindah rumah jika ingin memindahkan piano itu."
Sementara rekan-rekannya mengobrol, Sandra melihat orang mencurigakan di seberang rumah Tuan Park. Dia bersandar di pagar depan rumah milik tetangga Tuan Park. Orang itu memakai kemeja hitam yang ditutup oleh jaket hoodie. Kakinya dibalut oleh celana cargo berwarna hitam yang sedikit pudar. Dia memakai kacamata hitam dan terus menunduk. Namun Sandra yakin matanya mengarah ke rumah ini. Orang mencurigakan itu dari Asia Timur. Terlihat jelas dari warna kulit dan matanya. Tangan kanannya membawa sebuat tabung reaksi kosong. Sepertinya orang mencurigakan itu sadar bahwa dirinya diawasi sehingga dia segera naik sepeda motor dan berjalan menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments