Putra berlari mendahului Marcell dan mengarahkan tangannya ke cahaya senter. Dia mulai menggunakan kemampuannya dalam pengendalian cahaya. Pengendalian cahaya memungkinan untuk memanipulasi cahaya apapun tergantung dengan level pengguna. Dengan kemampuannya ini, Putra mengendalikan cahaya yang keluar dari senter dan menggunakannya seperti tali. Kemudian, dia melilitkan cahaya itu ke tangan si hantu bagaikan ular sanca melilit korbannya. Setelah lilitannya erat, Putra menarik makhluk itu keluar pagar dan terlihatlah wujudnya.
Hantu penunggu gereja adalah seorang gadis muda dengan penampilan menyedihkan. Pakaiannya lusuh dan tercabik-cabik. Yang masih terlihat indah hanyalah rambutnya yang seukuran leher. Dari mukanya, Sandra menaksir kira-kira umurnya delapan belas tahun. Seluruh kulitnya sangat pucat. Hanya dua telapak tangannya yang menghitam dan berkeriput. Warna memar biru terlihat jelas melintang di lehernya.
"Berlindung di belakang kami, bocah!" kata Marcell.
Anak jalanan yang sepertinya tersadar itu segera berlari ke belakang Marcell. Terlihat jelas ekspresi wajahnya yang ketakutan.
"Tenanglah," kata Putra yang menghampiri hantu itu, "Kami tidak akan menyakitimu."
"Bukankah di laporan menjelaskan bahwa hantunya berambut panjang?" bisik Marcell, "Jelas bukan ini."
"Aku tahu," bisik Sandra pula, "Kita akan menanyai hantu ini ada siapa saja di dalam gereja itu. Tentunya setelah Putra menangkapnya."
Hantu itu terisak dan berkata, "Aku dikendalikan! Bebaskan aku, kumohon!! Yang kalian bicarakan tadi adalah hantu yang mengendalikan aku!!"
"Tenang, kami tidak akan melukaimu," kata Putra sambil melonggarkan ikatan cahayanya.
Begitu ikatan cahayanya longgar, hantu itu tiba-tiba melompat dan kabur. Dia mencoba masuk kembali ke dalam gereja. Tidak mau semua rencana ini berantakan, Marcell menembakkan listrik kuning yang digabung dengan nether ke kaki si hantu. Hantu itu langsung terjatuh karena sengatan listrik kuning membuat kakinya lumpuh sementara. Putra sekali lagi menggunakan tali cahayanya dan mengikat kaki si hantu. Pengendali cahaya itu langsung menarik si hantu kembali keluar dari area gereja.
"Tuanku akan membunuh kalian! Mencabik-cabik kalian! Atau ... atau kalian akan dibawa ke alam kami dan tidak akan pernah kembali lagi! Pemburu hantu, busuk!" kata hantu gadis sambil menjerit marah.
Sandra menghela nafas dan berkata, "Jadi isakanmu tadi cuma akting, ya?"
"Kenapa kau kabur dari kami dan siapa yang menyuruhmu menculik anak-anak?" tanya Putra.
Hantu bunuh diri itu tetap diam saja dan menunduk. Putra menanyainya sekali lagi dan hantu itu tetap diam. Hingga Marcell memberinya kejutan listrik beberapa kali, hantu itu baru menunjuk ke pohon mangga dan mengatakan bahwa tuannya ada di sana.
Sandra, Marcell dan Putra langsung menatap ke pohon mangga. Tentu saja sambil mengaktifkan mata Eyes of Ghost Dimension. Karena tidak terlihat apa-apa, Putra mengarahkan cahaya ke pohon mangga. Tetap tidak terlihat apa-apa. Mereka bertiga lalu mengerutkan kening dan kembali memandang si hantu gantung diri yang terduduk mengenaskan di aspal.
"Dia ... sudah ... masuk," jawab hantu gantung diri yang masih memelototi Marcell dengan penuh amarah, "Masuk ke gereja."
"Selain si rambut panjang, ada siapa di sana?" tanya Sandra.
"Tidak ada siapapun," jawabnya ketus.
Sandra mengalihkan pandangannya dari hantu ke Putra, "Bagaimana, Put?"
Putra melihat si hantu gantung diri dengan tatapan tidak percaya, "Aku dan Marcell akan masuk ke gereja," kemudian dia menunjuk hantu gantung diri, "Ajak dia ke halaman gereja."
Sandra dan Marcell sepakat akan keputusan Putra dan berjalan melewati gerbang. Gerbang itu sengaja dibuka lebar-lebar. Agar jika terjadi sesuatu yang tidak terduga, mereka bertiga lebih mudah kabur. Mereka berjalan di atas pavingan dan hantu gantung diri berada di antara mereka. Menjaga agar hantu itu tidak berbuat macam-macam. Hantu gunung diri bisa saja berpura-pura menjadi korban dan merencanakan sesuatu untuk menjebak mereka di dalam gereja.
"Awasi dia, Sandra," kata Putra sebelum dirinya dan Marcell memasuki gereja tua.
Mata Sandra terus memandang punggung Marcell dan Putra. Dua rekannya itu memasuki gereja dan membiarkan pintunya tetap terbuka. Meskipun Sandra berada di halaman, dia bisa melihat Putra mengaluarkan cahayanya sehingga ruangan gereja menjadi sangat terang. Nafas Sandra terhenyak sejenak melihat sosok wanita berambut panjang yang berdiri di atas altar. Kini giliran jantungnya yang terhentak ketika melihat pintu gereja tertutup sendiri dengan suara gebrakan yang sangat keras.
Yang Sandra rasakan hanya jantungnya yang berdegup kencang menunggu teman-temannya bertarung. Hatinya terus berdoa memohon keselamatan kedua rekannya. Suara listrik Marcell yang mirip kicauan burung dan kilatan-kilatan cahaya Putra membuat indra-indra Sandra tegang. Dia terus berdiri di belakang hantu gantung diri sambil menggenggam dengan erat tali cahaya buatan Putra. Ingin rasanya Sandra membantu teman-temannya bertarung. Tapi, begitu mendengar suara gesekan-gesekan logam ayunan yang berdecit, Sandra segera menyadari bahwa dirinya memiliki pertarungannya sendiri.
Dengan mata Eyes of Ghost Dimension yang tetap aktif, Sandra menoleh ke ayunan. Ayunan itu normalnya hancur karena salah satu besi penghubungnya putus. Entah bagaimana sekarang besi penghubungnya tersambung ke atas kembali. Di atas ayunan itu duduk seorang wanita berambut hitam dan berpakaian putih. Ayunan itu masih berayun perlahan-lahan diiringi oleh suara gesekan logam. Sandra menelan ludah. Hati dan pikirannya mengakui bahwa dirinya lengah. Sampai akhirnya ayunan itu berhenti.
Hantu berambut panjang itu melompat dan mencakar Sandra. Sandra yang sedikit terlambat mundur untuk menghindar terkena serangan cakar pada tangan kirinya. Puas melihat luka Sandra, hantu rambut panjang menunjukkan seringai dan wajahnya yang menyeramkan. Gadis pengendali api itu sekarang berdiri di tumbuhan-tumbuhan liar tak terawat setinggi lutut. Baru saja dia menyadari, gara-gara serangan barusan, tali cahaya yang dijaga oleh Sandra tidak sengaja terlepas dari tangannya dan sekarang dia menghadapi dua lawan sekaligus.
Sial! Tahu begini, sih, sama saja kami melakukan penyerangan langsung, pikir Sandra.
Mata Sandra melirik keluar area gereja. Dia tidak mau bertarung di kandang para hantu. Tidak mau berpikir lebih lama lagi, Sandra segera berlari ke luar area gereja. Sayangnya, baru sampai gerbang, Sandra bisa merasakan tangan dingin menggenggam kakinya. Tahu bahwa hantu-hantu itu membuatnya terjatuh, Sandra berusaha meraih besi gerbang. Lagi-lagi dia tertimpa sial. Tangannya hanya mampu meraih rantai besi sehingga tubuhnya mendarat di pavingan dengan keras. Dia diseret kembali mendekati gereja dan melihat gerbang di depannya tertutup dan rantai-rantainya terlilit sendiri disertai suara gemerincing logam. Mencoba melakukan perlawanan, Sandra melapisi kakinya dengan api-nether dan menendang muka hantu yang menyeretnya.
Sandra mau tidak mau harus bertarung. Tidak mungkin jika dirinya harus meminta tolong pada Marcell dan Putra. Satu-satunya penolong adalah rantai logam besar yang ada di tangannya ini. Sandra memanfaatkan sifat konduktor logam dengan cara memanaskan rantai di genggamannya. Ketika salah satu hantu menyereng, Sandra mencambuk hantu itu dengan rantainya. Makhluk itu menjerit dengan kencang karena efek panas yang ada di rantai itu membakar dan melepuhkan kulitnya. Sandra mengepalkan tinju apinya dan menghajar muka hantu yang baru saja dicambuknya. Namun, Sandra didorong oleh hantu yang satunya hingga tangan kirinya membentur tiang ayunan.
"Kau tidak akan bisa menang," kata si hantu yang di lehernya terdapat bekas gantung diri, "Dua lawan satu dan area gereja sudah kami penuhi dengan nether."
Sandra tersenyum sambil mengusap-ngusap tangan kirinya yang sedikit memar, "Jadi kalian berkata bahwa ini kandang kalian?"
Dua hantu itu mengeluarkan seringai menyeramkan pada Sandra. Jika bukan anggota SID, siapapun pasti akan merasakan kakinya bergetar dan kencing di celana atau bahkan pingsan karena melihat muka hantu-hantu ini. Pucat dan mulutnya berlumuran dengan darah.
Sandra tiba-tiba menyeburkan api ke tumbuhan liar di sekitarnya. Semua tumbuhan itu terbakar api Sandra. Semak-semak yang mulai hangus membuat hantu-hantu itu heran dan menerka-nerka apa rencana Sandra. Para hantu tentu saja tidak terbakar karena api-api itu menembus kakinya.
"Sekarang, tempat ini adalah tempat netral," kata Sandra.
"Kau ... apa yang kau rencanakan?" tanya salah satu hantu, "Ini tidak mengubah apapun."
Sandra menyebarkan energi nether ke hantu yang barusan bertanya pada dirinya. Apinya langsung sanggup menyentuh dan membakar kaki para hantu. Lolongan para hantu kali ini begitu kencang. Salah satu hantu melayang ke pohon mangga. Hantu satunya bergulung-gulung di halaman gereja karena tubuhnya terbakar. Hantu yang berdiri di pohon mangga melayang di udara untuk menyelamatkan temannya. Tentu saja Sandra tidak membiarkannya. Rantai besi panas menghantam punggung salah satu hantu ketika mereka mencoba melayang. Meskipun begitu, dua hantu itu tetap memaksakan diri untuk kabur ke pohon mangga.
"Apa yang kalian lakukan?" ejek Sandra sambil tertawa, "Bagi mangganya, dong! Jangan pelit begitu!"
Dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba dua hantu itu melayang mendekati Sandra. Keduanya memegangi tangan Sandra dan berniat menjatuhkan Sandra di atas api yang berkobar-kobar. Salah satu dari mereka berkata, "Terbakarlah oleh apimu sendiri!"
Sandra hanya tersenyum dan tentu saja mudah bagi Sandra untuk mengendalikan apinya sendiri. Sebelum jatuh ke tanah berapi, dia memadamkan apinya sehingga ketika mendarat dirinya sama sekali tidak terbakar oleh api. Tapi rasa sakit karena kerasnya tanah membuat Sandra menggertakkan gigi. Kini giliran Sandra menyerang lagi, dia mencambukkan besi panas ke dua lawannya. Dua lawannya sudah tak mampu bergerak lagi sehingga mudah bagi Sandra untuk mengikat keduanya dengan rantai.
"Bodoh!" Sandra bangkit lagi sambil meringis kesakitan, "Mana mungkin aku mati karena apiku sendiri. Aku mampu mengendalikan apiku dengan baik."
Dari dalam gereja terlihat kilatan cahaya terang berwarna biru. Cahaya itu muncul sesaat kemudian suasana menjadi hening. Apakah pertarungannya sudah selesai? Sandra bertanya-tanya apa yang terjadi di dalam dan bagaimana nasib teman-temannya. Kekhawatirannya atas cahaya biru terjawab setelah pintu dibuka oleh Marcell dan Putra. Mereka menyeret seorang wanita berambut panjang dengan perut berlubang.
"Wah, wah," kata Marcell sambil menyerang dua hantu dengan listriknya, "Kau berhasil menangkap dua ekor."
"Yap! Mereka menjebak dan mencoba mengeroyokku. Namun, mereka terlalu mudah bagiku," kata Sandra yang mengalihkan pandangannya ke Putra, "Hubungi Jay, Put."
"Sudah selesai," kata Putra sambil menelepon Jay, "Gereja ini aman."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments
Rianoir⏳⃟⃝㉉
kali ini penggambaran hantunya yg bikin begidik. mantap senpai...
2022-10-06
0
imah umaraya
ikut tegang aku..👍👍
2021-09-20
0
anggita
mulai bertarung dgn 💀👻😈👹👺👏👏💪💪👍👍
2021-02-02
0