"Oh iya, teman-teman, apakah Jay mengetahui sesuatu soal foto-foto yang ditunjukkan Kak Tari kemarin?" tanya Sandra.
Marcell mengangguk, "Buku itu ... adalah salah satu buku sihir yang sangat jahat. Jika pemujaan Kamar Merah berasal dari Jepang dan buku itu berasal dari Eropa, maka kombinasinya akan menghasilkan sesuatu yang sangat jahat. Buku sihir ini bernama Codex Sacrificarum. Codex Sacrificarum memang sudah diamankan oleh Departemen Sihir. Tapi tidak menutup kemungkinan jika di dalam kamar nanti ada benda-benda jahat yang lainnya. Jay berpesan padaku agar kita tidak menyentuh sembarangan."
"Oke," kata Sandra, "Lalu bagaimana menurutmu soal rencana dan kemungkinan yang sudah disiapkan Jay?"
"Kita akan sial jika kita kebagian bertarung di dalam Kamar Merah," kata Marcell.
"Bertarung di kandang musuh memang merepotkan," timpal Putra.
Sandra, Putra dan Marcell sekarang sedang duduk di teras rumah. Mereka bertiga menunggu Jay menjemput Choky di kampusnya.. Hari ini adalah hari dimana Choky datang dan membantu misi menaklukkan kamar merah ini.
Tiba-tiba Sandra langsung berdiri dengan kedua tangan yang diliputi api-nether. Dia langsung melemparkan api-apinya ke arah tangga. Terkejut melihat aksi Sandra, semuanya segera memandang tangga. Kosong. Tak ada apapun di sana. Putra dan Marcell langsung menatap Sandra kembali.
"Mereka ...," kata Putra yang menyadari kenapa Sandra menembakkan api.
"Bocah sialan itu menguping pembicaraan kita," kata Sandra.
Tim Jay memiliki kelebihan masing-masing. Putra mampu mengambil keputusan dengan baik. Marcell memiliki kemampuan pengendalian terkuat. Sedangkan Sandra mampu merasakan nether lebih sensitif daripada yang lain. Mereka saling melengkapi satu sama lain di setiap saat. Baik saat penyelidikan maupun saat bertarung.
"Sudah. Jangan bicarakan lagi rencana Jay," kata Putra.
Deruman mobil Jay terdengar di depan rumah. Dari mobil, turunlah Jay dan Choky. Choky memakai kemeja bermotif tengkorak dan membawa tas ransel. Sementara Jay memakai kaos dan celana yang nonformal. Begitu masuk rumah, Choky langsung bersalaman dengan Sandra, Putra dan Marcell.
"Tidak bersama tim?" tanya Marcell.
Choky menggeleng, "Yang dua sedang kuliah dan satunya lagi sedang kencan. Mana Kamar Merahnya? Ayo langsung saja," kata Choky, "Jangan lupa bawa pensil atau bolpoin atau spidol atau terserah. Kita gunakan untuk menandai jalan rahasianya."
"Tunggu, Chok," kata Jay, "Apa perlu membawa tas ransel seperti itu?"
Choky diam sejenak lalu tersenyum, "Yaaa ... tidak perlu sih."
"Sini berikan padaku. Aku taruh di mobil. Sekalian mau mengambil HT," kata Jay. Dia meraih tas ransel dari tangan Choky dan berjalan menuju mobil.
Putra, Choky, Sandra dan Marcell segera berjalan ke dapur dan melihat kondisinya. Tambalan dindingnya benar-benar rapi. Bahkan tidak akan ada yang mengira jika di dapur ini ada jalan rahasia menuju Kamar Merah. Tari tidak tahu secara spesifik dimana letaknya. Mereka berlima tidak bisa melubangi dinding dengan cara coba-coba. Mau bagaimanapun tempat ini adalah tempat tinggal seseorang sehingga kerusakan harus diminimalkan. Semuanya mengaktifkan Eyes of Ghost Dimension. Memang ada beberapa hantu yang terlihat, tapi semuanya tidak berhubungan dengan rumah ini. Untuk urusan deteksi, semuanya berharap pada Sandra.
"Ndra, bagaimana?" tanya Putra karena dia tahu bahwa Sandra lebih sensitif akan energi nether.
"Aku tidak merasakan apapun," kata Sandra.
"Masa?" kata Marcell, "Bahkan kau yang lebih sensitif dari Jay yang seorang Immortal ... tidak bisa merasakannya?"
Sandra mengerucutkan bibir dan menggeleng, "Kita harus cari cara lain. Padahal selangkah lagi kita menemukan Kamar Merah. Kita tidak boleh menyerah hanya karena kita tidak bisa mendeteksinya."
"Sial!" umpat Marcell yang melemparkan listrik bernether ke dinding, "Padahal tinggal selangkah lagi!!"
"Dinding!! Jenius kau, Marcell!!" puji Putra tiba-tiba, "Sandra, coba tempelkan tangan-tanganmu ke setiap dinding, konsentrasi dan rasakan."
Walaupun dari hatinya ragu akan ide Putra, Sandra menuruti saranya. Dia mulai mendeteksi dinding di depannya. Sesuai saran Putra, Sandra menempelkan tangannya ke dinding, konsentrasi dan mulai merasakan. Nihil. Kemudian dia terus berjalan ke kanan sedikit demi sedikit. Nihil lagi. Tidak ada energi apapun di sana. Sandra terus bergerak ke kanan. Selama lima belas menit, Sandra tidak merasakan energi nether sama sekali. Hingga tiba di suatu titik, Sandra mulai memejamkan mata dan mengerutkan kening. Dia lalu menempelkan kedua tangan dan pipinya ke dinding. Dua menit kemudian, sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
"Di sini!" kata Sandra sambil mengetuk dinding.
Choky menghampiri Sandra dan berkata, "Kau yakin?"
"Aku yakin," terdiam sejenak lalu Sandra melanjutkan, "Aku yakin ... dua puluh persen. Aku hanya merasakan sedikit energi nether jahat yang merembes keluar di titik ini. Aku tidak merasakan di titik lain."
Choky membuka tutup spidol dan menandai titik yang dimaksud Sandra dengan tanda silang. Tanda silangnya digambar secara tipis karena Sandra hanya yakin dua puluh persen. Kemudian dia berkata, "Coba di titik lain. Nanti kutandai lagi."
"Bagaimana? Sudah ketemu?" tanya Jay yang baru saja kembali dari mobilnya.
Choky mengangguk dan menceritakan proses deteksi pada Jay, "Ada satu titik. Masih kemungkinan, sih. Biarkan Sandra mencoba titik yang lain. Cukup susah mendeteksinya. Jika tidak menempelkan tangan di dinding, energi nethernya tidak terasa."
Sesuai saran Choky, Sandra mendeteksi dan bergerak terus ke kanan secara perlahan. Sepuluh menit kemudian, Sandra bersorak senang karena menemukan energi nether yang sangat kuat.
"Ketemu!" kata Sandra sambil mengetuk dinding, "Aku menemukan energi nether yang kuat di titik ini. Aku yakin seratus persen!"
"Bagus!" sorak Putra dan Marcell.
"Aku juga tiba-tiba merasakannya. Sini kutandai," kata Choky seraya memberikan tanda silang tebal di dinding yang dimaksud oleh Sandra. Kemudian, Choky mengarahkan pengendalian ke tanda silang.
"TUNGGU!!!" kata Jay dengan suara yang sedikit keras, "Kali ini giliranku. Jangan bertindak dulu!"
Jay mengumpulkan energi listrik-nether di tangan kanannya. Dia lalu menembakkan listriknya ke tanda silang tebal. Terdengar jeritan seorang wanita dari dalam dinding. Jeritan barusan terdengar benar-benar menyeramkan dan sangat kencang. Bahkan membuat bulu kudu Choky berdiri. Apapun yang menjerit barusan, pasti adalah hantu. Para murid Jay tidak begitu paham situasinya. Hanya Choky yang paham apa maksud Jay.
"Barusan adalah hantu yang berusaha mengecoh kalian," kata Jay, "Logikanya, jika memang energi nethernya membuat Sandra yakin seratus persen, maka pastinya kita sudah menyadarinya tadi. Bukan energi yang tiba-tiba muncul seperti ini. Tidak cukup jika hanya kuat. Kalian harus lebih teliti dalam menganalisis situasi."
Atas perintah Jay, akhirnya Choky membuka dinding yang ditandai oleh tanda silang tipis. Dinding yang ditandai sebelumnya. Dengan kemampuan pengendalian tanahnya, perlahan-lahan, muncul retakan dari bagian bawah dinding. Retakan itu terus bergerak ke atas sepanjang 1.8 meter. Kemudian retakan tadi berbelok ke kiri sepanjang satu meter. Lalu berbelok ke bawah sepanjang 1.8 meter lagi. Pengendalian tanah Choky mampu menggunting 'dinding' sehingga retakan tadi terbuka dan membentuk pintu. Akhirnya terbukalah jalan menuju kamar merah.
"Gelap, ya," kata Choky.
"Begitu dibuka, energi nether jahatnya langsung keluar," kata Sandra.
"Aku coba cek," kata Putra.
"Berhati-hatilah!" Jay memperingatkan
Putra terhenti di anak tangga ketiga dari sepuluh anak tangga. Jalan menuju kamar merah adalah sebuah lorong yang sangat gelap. Bahkan Putra sama sekali tidak bisa melihat ujungnya. Bola cahaya sebesar kelereng muncul di telunjuk Putra untuk membantu penglihatannya. Dengan bola cahaya itu, Putra mampu sebuah pintu besi berwarna merah yang jaraknya kira-kira sepuluh meter dari posisinya sekarang.
"Sepuluh meter," kata Putra.
Jay lalu berkata pada Choky, "Ambil semua perabotan dapur yang terbuat dari logam. Wajan, panci atau apapun."
Setelah menerima perabotan, Jay memejamkan matanya. Bibirnya merapalkan sesuatu. Kemudia dia menyentuh semua perabotan dengan tongkat kecil yang diambil dari sakunya.
Jay membuka matanya dan berkata pada Marcell, "Lemparkan ke segala arah. Aku ingin mengecek apakah ada jebakan atau tidak."
Marcell melakukan apa yang diperintahkan oleh Jay. Marcell melemparkan semua barang ke lorong. Tidak ada apapun yang terjadi.
Karena tidak terjadi apa-apa selama setengah menit, tim Jay mendekati pintu besi. Bola-bola cahaya buatan Putra menerangi lorong. Sandra bergidik ngeri karena dindingnya yang berwarna hitam dan lantainya dipenuhi bercak-bercak kemerahan. Entah itu darah atau apa, Sandra tak mau berpikir lebih lanjut. Yang harus dia pikirkan hanyalah energi nether jahat yang sangat kuat ini.
Choky menjaga di dapur. Jika terjadi apa-apa, Choky bisa mengontak anggota SID lain dan memberikan pertolongan. Jay memberinya HT untuk berkomunikasi dengan dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 259 Episodes
Comments