Nagato yang mendengar perkataan Shirayuki tersedak kemudian meminum air putih didepannya.
Seluruh orang diruangan itu juga terkejut mendengar perkataan Shirayuki kemudian mereka mencoba mengingat wajah Pandu dan membandingkannya dengan Nagato.
Nagato menatap Shirayuki karena tidak menyangka ada orang yang mengetahui identitasnya.
"Suatu saat kalian akan mengetahuinya, aku tidak ingin membahas hal itu sekarang?" suara Nagato terdengar dingin kepada Shirayuki membuat Iris sedikit terganggu karena ada anak muda yang terkesan tidak sopan pada ibunya.
Shirayuki yang mendengar perkataan Nagato lebih memilih diam, namun Reto justru memberanikan diri bertanya.
"Anak muda, sepertinya kau terlihat emosi, kau terlihat begitu yakin dengan kekuatanmu itu karena kau dilindungi oleh keempat pendekar hebat ini, bukan?" Reto tersenyum sinis menatap Nagato membuat Azai, Kuina dan Serlin hampir berdiri tetapi tangan Nagato memberi kode pada mereka bertiga agar tetap tenang.
Nagato sedikit kesal dengan tatapan sinis Reto membuatnya mengingat wajah Kazan dan Petinggi Disaster.
"Jujur aku paling tidak suka jika ada orang yang meremehkanku, melihat tatapan dan senyuman itu saja membuat darahku ini mendidih!" suara Nagato yang dingin membuat Reto diam karena dia bisa merasakan tatapan Nagato berbeda dengan anak seumurannya.
"Demi mendapatkan kekuatan yang besar aku rela mengorbankan nyawaku sebagai gantinya, aku tidak peduli dengan yang lain jika aku kuat maka aku dapat dengan mudah membungkam semua orang yang memandangku dengan tatapan menjengkelkan sepertimu itu!" Nagato tersenyum sinis menatap Reto namun semua orang yang melihat tatapan dinginnya sadar bahwa mata Nagato terlihat seperti dua orang karena mata kiri Nagato mengeluarkan darah dari matanya, sedangkan mata kanannya mengeluarkan air mata yang terlihat begitu sedih, Litha memandang wajah Nagato dengan perasaan cemas dan gadis itu memegang tangan Nagato dengan lembut, tatapan Litha yang penuh makna padanya membuat dirinya kembali tenang.
"Maaf, sepertinya aku tidak enak badan." Nagato mengusap mata kirinya kemudian dia berdiri dan masuk ke kamar diikuti Litah dari belakang.
Ruangan yang sedang mengadakan jamuan makan malam menjadi begitu canggung.
Setelah berada dikamar Nagato berdiri menatap jendela dan terlihat disana ada bayangan wajahnya yang membuatnya ingin menangis.
"Nagato, apa yang membuatmu menjadi seperti ini? Kau selalu tampak kuat tetapi ketika aku melihatmu sedang melamun terkadang lamunanmu itu terlihat begitu menyedihkan, apa yang sebenarnya terjadi?" Litha menghampiri Nagato dan berdiri disamping pemuda itu.
"Nagato yang tampak kuat namun juga terlihat rapuh disaat bersamaan ini merupakan sesuatu yang membuatku tidak ingin membiarkannya sendirian, entah mengapa aku merasa nyaman berada didekat pemuda yang baru kukenal ini!" batin Litha sambil mencoba menenangkan Nagato.
"Bukankah kamu yang bilang kepadaku bahwa di dunia ini kamu tidak sendirian!" Litha tersenyum lembut pada Nagato kemudian dia memegang pipi Nagato, gadis kecil itu mengikuti perkataan Nagato sambil membuat ekspresi wajah yang lucu.
"Darah?" batin Litha ketika melihat mata kiri Nagato.
"Litha, aku sama sepertimu tempat tinggalku telah direnggut, kedua orang tuaku telah tiada dan yang tersisa pada diriku hanyalah sebuah kebencian yang menganga dihatiku!" Nagato menangis lirih kemudian Litha memeluk Nagato dan membenamkan wajah pemuda itu pada dadanya.
Litha menangis pelan, gadis kecil itu menahan suaranya dan isakan tangisannya, dirinya kembali mengingat rasa sakit yang ingin dia lupakan. Mendengar Litha yang menahan tangisannya, Nagato mengusap air matanya dan memeluk Litha entah mengapa dirinya merasa begitu tenang ketika memeluk tubuh gadis kecil yang sedang didekapnya.
"Betapa bodohnya diriku, bukankah ibu selalu berkata padaku bahwa seorang lelaki tidak boleh membuat seseorang perempuan menangis!" batin Nagato dengan tangannya yang mengelus rambut halus Litha untuk menenangkannya.
"Maaf Litha, aku lelaki yang lemah bahkan aku membuat menangis karena aku telah mengingatkanmu pada masa lalu yang ingin kamu lupakan." Nagato berbisik lirih ditelinga Litha sambil mencoba menenangkan diri karena dirinya tidak menyangka akan sedekat ini dengan Litha.
"Mmmm." Litha menggelengkan kepalanya, kemudian dia menatap wajah Nagato dan mengusap air mata pemuda didepannya itu.
Nagato terdiam menatap air mata yang membasahi wajah manis Litha kemudian dia memeluk tubuh Litha kembali karena Nagato tidak ingin Litha melihat wajahnya yang sedikit memerah.
"Ini perasaan apa?" batin Nagato kemudian dia menatap rambut halus Litha yang menyentuh wajahnya.
"Maaf ...aku telah membuatmu menangis." entah mengapa hati Nagato terasa sakit ketika melihat Litha menangis.
Litha kemudian mencoba untuk memandang wajah Nagato, wajahnya memerah melihat Nagato yang terlihat begitu dekat dengannya bahkan pemuda itu sedang mengusap rambutnya.
Pemuda yang sedang ditatapnya itu, mengusap air mata yang membasahi pipinya, dirinya tidak menyangka bahwa Nagato juga peduli padanya, entah mengapa jantung Litha berdegup dengan kencang, gadis kecil itu tidak menyadari perasaan itu sendiri.
"Jantungku? Aku malu kalau Nagato mendengarnya." batin Litha sambil mencoba menjauh dari Nagato tetapi pemuda itu memeluknya lebih erat.
Kembali keruangan jamuan makan malam semua orang yang berada disana terdiam seribu bahasa setelah Nagato pergi kekamar untuk menenangkan diri.
Reto terdiam seribu bahasa bahkan wajahnya pucat karena telah menyinggung perasaan Nagato, kemudian Kakek Hyogoro menyuruh Kuina dan Serlin untuk menjaga Nagato sedangkan dia mengajak Azai untuk mengawasi pergerakan Sekte Pemuja Iblis.
"Pemuda itu mirip dengan Pangeran Pandu!" batin Hana sambil memejamkan matanya.
"Pemuda yang tampan? Dia terlihat begitu gagah ketika marah ..hihihi?" Oichi berbisik di telinga Ichida.
"Oichi, jangan berbisik di telingaku suara tawamu itu membuatku merinding!" ucap Ichida lirih sambil mendorong tubuh Oichi.
Hana menatap Shirayuki kemudian mengajak putri salju itu pergi untuk mengawasi pergerakan Sekte Pemuja Iblis tetapi Shirayuki menolaknya.
"Lebih baik kita menunggu laporan dari pendekar yang berjaga, Senior Hana!" Shirayuki tersenyum kepada Hana.
Hana hanya menghela nafas panjang sambil menikmati teh hangat yang dia minum.
"Baik aku ataupun dirimu, bahkan anakku dan anakmu memiliki kekuatan itu, benar bukan Pandu?" batin Shirayuki sambil memejamkan matanya, pejaman matanya itu terlihat penuh makna.
Diluar Kota Yasai ada ratusan orang yang sedang berjalan menuju kota tersebut.
Ratusan pria yang dipaksa untuk terus berjalan tanpa henti dan tidak diberi makan dan minum itu mendekati Kota Yasai, mereka memakai kalung, gelang dan rantai budak.
"Haus! ...Haus! ...Tuan tolong beri aku air minum!" Seorang anak muda yang berumur tujuh belasan tahun itu terlihat begitu kering tubuhnya.
"Kalian akan kuberi minum jika sudah sampai didepan gerbang Kota Yasai, jadi jangan mengeluh!" ucap X 1 sambil memaksa mereka untuk terus berjalan.
Seorang pria paruh baya terjatuh, X 3 yang melihat itu bukannya menolongnya dia justru menendang pria paruh baya tersebut dengan keras sehingga pria paruh baya itu memuntahkan darah segar dari mulutnya.
"Kita tinggalkan orang ini, kota itu sudah dekat jadi jangan mengeluh, aku akan membagikan minuman ketika sampai disana!" Teriak X 3 dengan keras, orang berbadan besar dan berotot itu terlihat begitu geram melihat ratusan pria yang memakai kalung budak terus - terusan mengeluh.
"Kami akan mentraktir makanan yang dipesan hanya untuk kalian semua, jika telah sampai di kota itu, kalian bisa makan sepuasnya, tapi hanya dengan satu syarat!" X 2 dengan senyum jahatnya menawari makanan kepada ratusan pria yang memakai kalung budak.
"Syarat?"
"Apa, syaratnya!"
Beberapa pria buda tertarik dengan tawaran X 2.
"Hem ...kalian harus meminum air di dalam botol kecil yang akan diberikan ketika sampai di kota itu, setelah itu kalian boleh mengamuk sesuka kalian!" X 2 tersenyum lebar melihat reaksi pria budak didepannya.
"Mengamuk, maksudmu?" Seorang pria yang memakai kalung budak bertanya padanya.
"Memakan sesukamu, maaf aku salah ucap!" X 2 berdalih sambil menatap orang yang bertanya kepadanya.
"Kalian hanya kelinci percobaan dan aku juga termasuk dalam kelinci percobaan itu! Jadi jangan banyak mengeluh sialan!" batin X 2 dirinya tersenyum lebar melihat raut wajah ratusan pria yang menjadi budak kembali semangat karena di iming - imingi makanan oleh dirinya.
Mereka tersenyum lebar karena selama beberapa hari mereka tidak makan dan minum, bahkan mereka dipaksa untuk terus berjalan selama beberapa hari.
"Kita hampir sampai, kita harus bergegas!" X 1 yang sedari tadi diam, mulai berteriak keras menyuruh mereka untuk bergegas menuju Kota Yasai.
Setelah melewati hutan lebat, mereka melihat ujung dari hutan tersebut, mata mereka melebar dan senyuman menghiasi wajah mereka, karena melihat cahaya terang yang menghiasi langit malam di Kota Yasai.
"Tengah malam nanti, kita akan bergerak!" ucap X 1 dengan lantang membuat para pria yang menjadi kelinci percobaan itu menunduk mendengar perkataannya.
"Tengah malam, masih lama ayah!" ucap seorang pemuda yang terlihat berumur lima belas tahun itu kepada ayahnya.
"Sabar nak, sebentar lagi kita akan memakan nasi setelah sekian lamanya, jadi yang sabar ya!" jawab ayah dari pemuda itu dengan lirih, pria itu terlihat berumur lima puluhan tahun.
"Andai saat itu, Pangeran Pandu yang menjadi Kaisar kita tidak akan seperti ini, bodohnya kita mempercayai rumor bahwa Pangeran Pandu berkhianat, ini mungkin balasan untukku karena terlalu memuja Kaisar Hizen dan para pengikutnya saat itu!" batin seorang Kakek yang tua renta, dirinya batuk pelan sambil menyesali keputusannya di masa lalu.
Ratusan pria yang tidak menyadari bahwa mereka akan menjadi kelinci percobaan itu, terus berjalan tanpa henti yang ada dipikiran mereka hanyalah bagaimana mengatasi rasa lapar dan haus maupun lelah yang menerpa tubuh mereka.
Terlihat begitu ironis dengan melihat kondisi di Kekaisaran Kai sekarang.
Seseorang adik yang bermaksud baik namun karena tidak ada yang menyadari dan tidak ada satupun orang yang mendengar penjelasannya dan apa yang telah diperbuatnya, sehingga mereka tetap mengabaikannya dan seorang kakak yang terlalu percaya pada ikatan pertemanan antara dia dan temannya itu membuat dirinya tidak sadar bahwa dia telah dimanfaatkan.
Di suatu hari di sebuah kisah masa lalu, seorang adik yang bernama Pandu begitu menghormati Kakaknya, ketika kecil Pandu belum menunjukkan bakatnya, dia hanya memperhatikan Kakak yang bernama Hizen berlatih bela diri dan belajar pedang, namun ketika dirinya beranjak dewasa bakat Pandu muncul, terlebih Pandu memiliki pengikut dari Klan Kagutsuchi yang begitu luar biasa seperti Satsuma, Chosu, Tatsugoro, Tosa dan Takatsugu. Pandu sebagai seorang Jendral mampu mengalahkan prajurit hebat dari Kekaisaran lain yang ada di Benua Ezzo. Bahkan ketika dirinya mengangkat ketiga murid baru, seluruh muridnya bukan berasal dari keluarga bangsawan dan hanya keluarga petani dan rakyat biasa kecuali Misuzawa Matsuri yang merupakan murid perempuan pertama Pandu dan berasal dari Klan Misuzawa. Ketika sang kakak yang bernama Hizen berjalan keliling ibu kota seluruh rakyat Kekaisaran Kai hanya membicarakan tentang diri Pandu dari ketampanannya, keberaniannya, kecakapannya memimpin pasukan, kemahirannya menyusun strategi dengan baik dimana ia dapat mengalahkan bangsa Canibal dari Benua Utara dan membawa kembali kemenangan di tanah Kai.
Hizen yang selalu dikelilingi oleh para bangsawan sedikit cemburu akan keberhasilan adiknya sendiri, rasa takut akan kehilangan kekuasaan dan kesempatan untuk menjadi kaisar selanjutnya membuatnya jatuh dalam kedengkian sehingga dengan mudahnya dia dihasut oleh teman baiknya itu, Hizen tidak sadar janji yang dia ucapkan bersama Pandu ketika mereka berdua masih kecil.
Ketika mendengar kematian Pandu, Kaisar Hizen menangis karena dirinya mengingat janji yang diucapkan oleh adiknya namun dirinya yang sebagai sang kakak justru memusuhinya dan menganggap adik satu - satunya itu menjadi sebuah ancaman bagi dirinya.
Di masa sekarang kematian Pandu menjadi awal dari gejolak besar yang melanda Kekaisaran Kai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Mas Ujik
20
2021-03-11
0
Ahmad Surya Gumilang
keren
2020-07-22
1
Temu Rose
..
2020-06-18
1