Ruang pertemuan kembali seperti semula ketika Reto memimpin kembali pertemuan.
"Sepertinya kita harus lanjut membahas tentang kelompok Sekte Pemuja Iblis! Senior Reto tolong lanjutkan!" Wakil Pemimpin Klan Misuzawa meyuruh Reto untuk melanjutkan pembicaraan tadi.
"Wanita ini!" batin Reto sedikit kesal, karena dirinya merasa direndahkan.
"Ehem! Kita mendapat kabar bahwa Sekte Pemuja Iblis melakukan pergerakan, sehingga kita mewakili Klan yang terdekat dengan Kota Yasai mendapatkan perintah dari pemimpin masing - masing Klan untuk menjaga kedamaian di Kota Yasai ini!" ucap Reto sambil menjelaskan.
"Beberapa kelompok perampok banyak melakukan penculikan di beberapa desa, kemungkinan ada kaitannya dengan kelompok Sekte Pemuja Iblis ini!" Reto menambahkan.
"Kakek Hyogoro, kudengar kalian menghabisi kelompok Serigala Hitam, apa kalian mendapatkan petunjuk yang berkaitan dengan Sekte iblis apalah namanya itu!" Shirayuki memotong pembicaraan Reto dan bertanya kepada Kakek Hyogoro.
"Perempuan ini!" batin Reto melihat tingkah Shirayuki, dirinya menelan ludah melihat paras Shirayuki yang begitu cantik dan anggun.
Kakek Hyogoro batuk pelan sambil tangannya merogoh sakunya dan mengeluarkan robekan baju yang dia temukan di Kota Roshima dan menunjukannya kepada para pendekar yang sedang berada di ruang pertemuan tersebut.
Semua orang yang melihatnya terkejut, melihat lambang Sekte Pemuja Iblis. Kemudian Kakek Hyogoro mencoba menjelaskan kepada mereka semua tentang perjalanannya yang bertemu dengan beberapa kelompok perampok.
"Serigala Hitam yang dipimpin oleh seseorang bernama Amasa menyerang Desa Timun, disana mereka bertemu dengan kami, saat kami berhasil mengalahkan kelompok itu, aku mengintrogasi Amasa, namun ketika pemuda itu ingin berbicara dan memberitahu identitas orang yang menyuruh mereka, lidahnya terpotong dalam sekejap dan dilidahnya itu ada sebuah segel berlambang tengkorak berwarna hitam!" Kakek Hyogoro berbicara dengan tenang sambil mengelus dagunya.
"Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan namun kami terlambat, ketika sampai di Kota Roshima, kota itu telah menjadi lautan api ...satu - satunya yang hidup adalah anak dari wali kota Roshima dan dia adalah temanku, sungguh disayangkan aku tidak berhasil menyelamatkan nyawa temanku itu, namun aku akan menjaga anak semata wayangnya itu!" Kakek Hyogoro menambahkan sambil memejamkan matanya karena ada penyesalan tidak dapat menyelamatkan Kota Roshima.
"Di Kota Roshima kami menemukan lambang ini, dari yang kami lihat di tempat kejadian mereka melakukan hal keji, tanpa punya rasa kasihan mereka membakar manusia hidup - hidup karena ketika kami sampai di kota itu, bau daging begitu menyengat, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan dan kami melihat kereta kuda mewah yang diserang oleh kelompok Serigala Hitam, dan yang diserang mereka adalah Keluarga dari Tuan Shugo!" Kakek Hyogoro berbicara serius sambil memandang Shugo, kemudian Shugo menganggukkan kepalanya karena memgerti maksud dari Kakek Hyogoro.
"Anggota maupun petinggi kelompok itu bukan tandingan kami, bukan bermaksud menyombongkan diri, tapi ada hal yang begitu mengejutkan bagi kami!" raut wajah Kakek Hyogoro berubah bukan hanya dia Azai dan Shugo maupun Haru yang dari tadi mendengarkan juga berubah raut wajahnya.
Melihat raut wajah mereka berubah semua orang yang berada di ruangan itu menjadi penasaran.
"Apa yang terjadi setelah itu Tuan Shugo!" Reto menatap Shugo yang terlihat gemetar ketakutan.
"Senior, cepat jelaskan apa yang terjadi setelah itu?" Hana menatap tajam Kakek Hyogoro.
"Ketika aku berniat menghabisi Pemimpin kelompok itu, anak buahnya melindunginya dan menjadi tameng hidup, mereka benar - benar gila dan si pemimpin ini meminum air dari botol kecil yang terlihat seperti Air Suci ketika aku berniat menghabisinya!" Kakek Hyogoro menelan ludah karena yang dari dia dengar mereka mengadakan pertemuan ini karena Sekte Pemuja Iblis berniat menyerang Kota Yasai, tidak terbayangkan jika ratusan Manusia Buas menyerang kota ini entah seperti apa yang akan terjadi.
"Setelah itu tubuh si pemimpin ini membesar setinggi lima meter dan kekuatannya terlihat seperti hewan buas, kekuatannya bertambah pesat bahkan pukulannya mampu meretakan tanah yang dia pukul, dan saat kami berhasil menghabisinya tubuh si pemimpin ini menghilang hanya meninggalkan pakaiannya, yang aku takutkan jika Sekte Pemuja Iblis melakukan uji coba manusia maka itu akan menjadi hal yang mengerikan!" Kakek Hyogoro menatap tajam orang yang mendengarkannya.
"Manusia Buas? Jika mereka berniat menyerang kota ini maka kita kekurangan pendekar!" Reto terkejut mendengar perkataan Kakek Hyogoro.
"Tidak, semua orang ini disini aku rasa cukup, namun jika jumlah manusia buas sampai ratusan maka lain ceritanya!" Kakek Hyogoro tersenyum tipis.
"Jika mereka kuat, aku tidak keberatan melawan mereka!" Shirayuki tersenyum lebar, perempuan berparas cantik itu tetap terlihat begitu tenang.
"Sepertinya ini akan lebih merepotkan dari yang kukira!" Hana menghela nafas panjang. Sedangkan Reto hanya merasa kesal melihat yang lainnya menanggapi cerita Kakek Hyogoro dengan santai.
Setelah mengadakan pertemuan Kakek Hyogoro dan Azai keluar disepanjang perjalanan menuju pemandian air panas Kakek Hyogoro menertawakan Azai yang tidak pandai berbohong bahkan suara tawa Kakek Hyogoro membuat pendekar yang ada diruangan penginapan menatapnya karena merasa terganggu.
Shugo menghampiri mereka berdua kemudian ikut untuk pergi ke pemandian dibelakang penginapan.
"Tuan Shugo, terlihat begitu akrab dengan mereka!" Reto menghela nafas panjang, alasan dirinya bersikap seperti itu karena dia telah kehilangan anaknya dan menantunya empat tahun lalu sedangkan yang tersisa sekarang adalah cucunya yang sedang berada di kediaman Klan Kitakaze.
"Kalian jaga semua pintu masuk gerbang, jika ada gerak - gerik mencurigakan di luar kota, maka segera laporkan itu kepadaku!" Reto menyuruh puluhan pendekar yang dia bawa dari Klan Kitakaze.
"Baik, Guru!" ucap pendekar dari Klan Kitakaze secara serentak kemudian mereka pergi menuju pintu masuk gerbang kota.
"Kalian berdua pimpin pendekar muda dan bimbing mereka, kalian hanya perlu mengawasi luar kota dari setiap sudut dinding, kalian awasi dari atas dinding kota dan jika ada gerak - gerik mencurigakan maka segera laporkan itu padaku." suara Hana yang terdengar dewasa membuat pendekar dari Klan Misuzawa merasa nyaman dan dia mempercayakan tugasnya kepada kedua orang kepercayaannya yang bernama Tsubomi dan Kafun.
"Ichiba, Oichi, kalian berdua cukup temani aku disini, jika kita mendengar laporan dari mereka maka kita juga bergerak!" Shirayuki tersenyum manis membuat semua pendekar lelaki di ruangan penginapan tertegun dengan senyumannya dan pendekar lelaki di ruangan itu hanya menelan ludah melihat kecantikannya.
"Siap, Tuan Putri!" jawab Ichiba dan Oichi secara bersamaan.
Mereka berniat menuju ruangan perjamuan makan malam yang diadakan Shugo dan Haru di ruangan yang sedang ditempati oleh Nagato.
Didalam kamar Kuina menemani Nagato yang dari tadi diam dan tidak bergerak dari tempat tidurnya. Tidak lama pintu kamar terbuka dan Chiaki menyuruh Kuina dan Nagato untuk segera keluar kamar.
"Kak Kuina, Nagato! Waktunya makan malam!" Chiaki berteriak kecil menyuruh mereka berdua keluar kamar.
Sebelum keluar kamar Nagato merapikan rambutnya yang berantakan kemudian beranjak keluar.
Diruangan itu ada beberapa orang yang ada diruang pertemuan seperti Shirayuki, Ichiba, Oichi, Hana, Reto dan Miake.
Nagato keluar ruangan bersama Kuina, kemudian dia duduk disamping Serlin dan Litha. Tatapan semua orang yang belum pernah melihat Nagato tertuju padanya.
"Apa dia pangeran yang dimaksud kakek tadi?" ucap Reto sambil melirik Miake yang duduk disampingnya tetapi Miake hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataan Reto.
Reto menghela nafas panjang karena tangan kanannya itu jarang berbicara.
"Tuan Putri lihat pemuda itu bukankah dia terlihat begitu tampan, tatapannya yang dingin membuatku sedikit ingin mengenalnya lebih jauh!" Oichi tertawa pelan disamping Shirayuki. Mata Nagato yang dingin mengingatkan Oichi pada Shirayuki ketika muda maupun Iris.
"Tu-Tuan Pandu? Aku tidak salah lihat, bukan?" Shirayuki bergumam pelan dia tertegun melihat Nagato yang sedikit mirip dengan Pandu hanya saja raut wajah Nagato yang dingin itu sangat beda dengan Pandu yang selalu tersenyum jika ada orang yang melihatnya.
Semua orang yang mendengar Shirayuki bergumam menatap Nagato yang sedang diam mendengarkan Serlin bebicara padanya.
"Litha?" Nagato berbisik lirih ditelinga Litha.
"Apa?" balas Litha lirih dengan pipi yang merah merona Litha melirik wajah Nagato yang begitu dekat dengannya bahkan hembusan nafas Nagato terasa ditelinga dan lehernya.
"Apa ada yang salah diwajahku, kenapa semua orang melihatku!" bisik Nagato pelan di telinga Litha karena merasa risih dengan tatapan semua orang yang mengarah padanya.
"Anu ... wajahmu terlalu dekat!" Litha mendorong tubuh Nagato dengan kedua tangannya karena malu menatap Nagato.
Nagato mengerutkan dahinya melihat Litha kemungkinan sifat Sarah ketika masih muda yang tidak peka menurun pada Nagato.
"Haaah tatapan mereka membuatku risih!" Nagato memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.
Tidak lama Shugo mempersilahkan mereka untuk memakan makanan yang ada didepan mereka, semua makanan yang disediakan terlihat begitu lezat.
Terlihat disana ada rawon ikan bandeng, bebek goreng sambal pedas, pisang panggang ala Yasai, daging asam pedas, sup kepala ikan, dan beberapa roti coklat tersajikan di jamuan makan malam.
Nagato menyantap bebek goreng sambal pedas, daging asam pedas, pemuda itu menyukai makanan yang pedas - pedas.
Iris mengerutkan dahinya melihat Nagato yang memakan makanan pedas bahkan gadis kecil itu merasa bahwa dirinya tidak cocok dengan Nagato karena Iris menyukai makanan yang manis sangat berbeda dengan Nagato yang menyukai makanan pedas.
"Nagato, nafasmu akan mudah bocor jika kamu memakan makanan yang pedas." Serlin menegur Nagato dan gadis itu membersihkan sambal yang menempel di pipi Nagato dengan pelan sambil mengelus pipi pemuda itu sedikit.
"Mmmmm." Nagato menggumam pelan sambil menikmati setiap sensasi yang membuat lidahnya meleleh karena sambal pedas.
Shirayuki menatap Nagato dan melihat pemuda yang sedang makan dengan lahap itu terlihat begitu menggemaskan dan membuatnya ingin menghampirinya.
"Permisi, anak muda apakah kamu anak dari Tuan Pandu?" Shirayuki menggumam pelan dan terus menatap Nagato.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Temu Rose
lanjut lah
2020-06-18
0
Temu Rose
rapat rapat masok wkwk
2020-06-18
1
wiralesmana1234567
ok
2020-05-09
1