Nagato sedang mengobrol bersama Kakek Hyogoro tentang dunia luar sementara itu di belakang, Haru mengobrol bersama Serlin dan Kuina sedangkan Litha, Chiaki dan Chaika sedang memakan roti sambil bermain.
"Kuina, Nagato itu berasal dari mana?" tanya Haru yang terlihat penasaran.
"Nagato berasal dari negeri yang jauh pernah dengar pulai Ryushima!" Kuina mengarang cerita mengingat cerita Pandu yang menceritakan petualangnya pergi ke pulau Ryushima.
Azai dan Serlin mengerutkan dahinya mendengar Kuina yang mengarang cerita dan mereka berdua hanya tersenyum kecil.
"Ryushima? Jadi pulau berbentuk naga itu beneran ada?" Haru terlihat semakin penasaran dengan cerita Kuina.
"Jika Tante Haru sedang bersemangat sangat mirip dengan Chiaki!" batin Kuina mengerutkan dahinya melihat reaksi Haru.
Serlin tersenyum melihat Kuina yang kebingungan kemudian gadis itu ikut mengobrol kembali.
"Nagato adalah seorang pangeran dari Pulau Ryushima, Tante Haru!" ucap Serlin dengan jelas sambil mengedipkan matanya kepada Haru.
"Nagato, seorang Pangeran? Ryushima?" Litha bergumam pelan ketika mendengar perkataan Serlin.
"Kakak Serlin, jadi Nagato adalah anak dari raja dan dia seorang pangeran, pantas saja dia memiliki wajah yang tampan!" ucap Chiaki dengan polosnya yang membuat Shugo dan Haru tertawa kecil mendengarnya.
"Entah mengapa Nagato ingin menyembunyikan ini dan dia tidak terlalu suka jika ada orang yang mengugkit masa lalunya, tapi aku yakin suatu saat semua orang akan terkejut dengan identitasnya!" ucap Azai yang membuat mereka menjadi semakin penasaran, Shugo yang sejak tadi diam mulai angkat bicara.
"Wajah Nagato mirip dengan Pandu, dulu aku pernah diselamatkan olehnya ketika masih kecil, kami seumuran, tapi jika dilihat sekilas Nagato lebih tampan dari Pandu karena dia terlihat dingin dan begitu tenang, apa jangan - jangan dia anak dari Pandu?" tanya Shugo sambil tersenyum yang membuat Azai, Kuina dan Serlin menjadi bingung ketika ingin menjawab pertanyaan itu.
Kebanyakan dari Kubu Timur mendukung Pandu untuk menjadi Kaisar, karena pada saat itu Pandu merupakan anak paling jenius di masanya bahkan sampai sekarang belum ada orang yang mampu menandingi kejayaannya ketika dia masih muda, prestasi dan bakat yang luar biasa membuat banyak orang menjadi iri kepada Pandu bahkan beberapa klan mencoba membunuhnya, namun sifat Pandu yang terlalu baik membuat dia tetap tersenyum dalam keadaan apapun.
"Suatu saat Tuan Shugo akan mengetahuinya sendiri?" jawab Kuina pelan kemudian dia memalingkan wajahnya kesamping.
Karena sepertinya dia menanyakan hal yang sensitif, Shugo kemudian mengubah topik pembicaraan.
"Aku berharap mempunyai menantu yang seperti Nagato ..! Hihihi." ucap Haru dengan pelan sambil tertawa kecil, membuat Kuina menjadi merinding karena suara tawa Haru yang membuatnya sedikit geli.
Wajar saja jika Haru ingin menjodohkan Nagato dengan salah satu anaknya, karena selain umurnya yang masih belia, Nagato sudah terlihat bakatnya dan dia dapat diandalkan ketika sudah dewasa.
Tapi Kuina terlihat sedih karena hal yang paling ditakutkan gadis itu adalah ketika Nagato dewasa dia akan mencari orang yang mampu memberinya kekuatan untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Tak terasa sudah setengah hari mereka melanjutkan perjalanan sehingga Kakek Hyogoro membiarkan kuda hitam yang menarik kereta untuk beristirahat.
Shugo menyuruh kedua anak kembarnya untuk membawa makanan yang telah dia beli untuk dibawa keluar untuk mereka makan. Litha, Chiaki dan Chaika membawa roti dan makanan kemudian duduk dibawah pohon, tepat disamping kereta kuda berhenti.
Nagato memakan roti sambil memikirkan cara dia untuk bertambah kuat, karena dia masih merasa begitu lemah. Kemudian dia menghampiri Serlin yang sedang duduk disamping Haru, Nagato memperhatikan ketiga gadis yang sedang bermain itu.
"Aku merasa Litha mempunyai sesuatu yang sama denganku?" batin Nagato entah mengapa jika dia melihat Litha, seperti ada sesuatu yang istimewa didalam tubuh gadis kecil itu.
Nagato tersenyum tipis melihat senyuman lembut Litha yang mengarah kepada dirinya.
"Litha, juga butuh waktu untuk terbuka." batin Nagato sambil memperhatika gerak - gerik Litha yang menarik perhatiannya.
Setelah beristirahat yang cukup mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Yasai, pemandangan indah terlihat karena di samping kiri kanan mereka ada ladang bunga lavender dan wisteria yang tumbuh dengan baik di tempat tersebut.
"Pemandangan ini!" batin Nagato yang sedang memandang sekelilingnya itu.
"Litha, kamu belum pernah melihat itu, bukan?" Chiaki terlihat begitu ceria sambil menceritakan bahwa perjalanan menuju Kota Yasai itu sungguh menyenangkan karena mereka bisa melihat ladang bunga di sepanjang perjalanan.
"Mmm ...aku belum pernah keluar kota sebelumnya, jadi ini pengalaman pertamaku melihat pemandangan ini!" ucap Litha dengan lembut sambil melihat pemandangan ladang bunga bersama Chiaki dan Chaika.
"Anu ...Litha ...apa kamu tahu jika bunga westeria ...itu ...be-beracun?" ucap Chaika lirih sambil menunjuk bunga westeria.
"Aku tidak tahu, tapi bunga itu terlihat indah, bukan? Lalu kenapa bunga itu bisa beracun!" Litha menimpali perkataan Chaika, kemudian raut wajah Chaika terlihat begitu senang kemudian gadis kecil pemalu itu bercerita kepada Litha.
"A-Aku ...membacanya di buku, katanya setiap bagian bunga westeria itu beracun!" Chaika berkata dengan pelan namun gadis kecil itu terlihat senang karena dia bisa menjelaskannya kepada Litha.
"Eh ..bunga itu beracun, bahkan setiap bagiannya, sayang sekali padahal terlihat indah ...hmph!" Litha terkejut mendengar penjelasan Chaika, gadis kecil itu mendengus pelan.
***
Di sebuah tempat tersembunyi seseorang yang sedang melakukan uji coba manusia tersenyum lebar, karena dia ingin melakukan uji coba pasukan manusia buasnya untuk menculik kedua gadis kecil kembar, anak dari Shugo dan Haru.
"Kota Yasai, bukan? Ada seseorang yang menghabisi seluruh kelompok Serigala Hitam, apa Pandu yang melakukannya? Tetapi itu tidak mungkin karena orang itu sudah mati di tangan Kazan itulah yang kudengar, bagaimanapun kelinci percobaanku harus menangkap kedua bocah kembar itu, jika tidak! Dia akan mengincar nyawaku!" Seseorang dibalik bayangan tertawa dengan senyum lebar diwajahnya dia adalah Mantan Tujuh Dosa Besar Mematikan dan dia juga adalah Pemimpin dari Sekte Pemuja Iblis.
"Apa orang yang Ketua katakan itu cukup kuat, bahkan membuat Ketua terlihat begitu takut!" Tangan kanan dari Pemimpin Sekte Pemuja Iblis angkat bicara karena dia terlihat begitu penasaran.
"Bisa dibilang aku ini sangat kuat, namun organisasi itu adalah tempat para monster yang mengerikan, pada saat aku keluar dari organisasi, orang itu hampir membunuhku namun dia melepaskanku, dan tiga tahun lalu orang itu datang ke Ezzo dan memberikanku kelinci percobaan yang begitu spesial, didalam tubuh bocah itu ada kekuatan yang luar biasa, Kekuatan dari Sang Biru jika kekuatan sebesar itu mengalami Pembangkitan, maka aku bisa melawan Ratu Iblis Ophys itu!" Ketua Sekte Pemuja Iblis itu tertawa dengan keras, entah mengapa dia terlihat begitu percaya diri.
"Ketua, aku sudah menyuruh X 1, X 2 dan X 3 untuk melakukan penyerbuan terhadap Kota Yasai dengan bantuan kelinci percobaan Manusia Buas tentunya!" tangan kanannya kembali berbicara.
"Bagus, kau selalu melakukan hal yang tepat bahkan sebelum aku menyuruhmu, kota itu dekat dengan kediaman ketiga klan yang merepotkan, ketiganya termasuk sepuluh klan teratas di Kekaisaran Kai, bukan?" Ketua Sekte Pemuja Iblis menatap tajam tangan kanannya itu, membuat pemuda yang ditatapnya bergemetar hebat.
"Y-Ya Ketua, izinkan aku turu-" dengan terbata - bata bahkan belum selesai mengucapkan sesuatu pemimpin Sekte Pemuja Iblis menyela perkataannya.
"Bodoh!!, kau itu tangan kananku yang berharga aku tidak ingin melihatmu mati konyol, biarkan para kelinci percobaan itu yang mati, lagi pula aku sudah menyuruh manusia gila itu untuk mengawasi mereka!" Pemimpin Sekte Pemuja Iblis tertawa keras sambil menatap bagian tangan manusia yang telah terpotong dan di jari tengahnya ada sebuah cincin.
"Jika orang itu yang pergi maka kita bisa mendengar sampai sejauh mana perkembangan kemampuan kelinci percobaan itu!" ucap tangan kanan dari Pemimpin Sekte Pemuja Iblis.
Sementara itu kelompok rombongan Kakek Hyogoro belum menyadari bahwa tempat yang mereka tuju akan menjadi medan tempat pertempuran.
Nagato duduk dengan tenang disamping Kakek Hyogoro sambil memakan roti, dia menatap langit yang tenang dan berwarna jingga menandakan sore hari menjelang malam.
"Sepertinya malam ini bermalam di tempat ini!" batin Nagato sambil menghela nafas panjang.
Tidak lama setelah Nagato berpikiran sama sepertinya, Kereta Kuda berhenti dan Kakek Hyogoro menjelaskan bahwa mereka akan bermalam di tempat yang dikelilingi ladang bunga ini. Mereka keluar dari kereta kuda satu per satu sambil melihat ladang bunga yang memanjakan mata walau langit sudah hampir gelap.
Pagi hari berikutnya mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Yasai, kemungkinan jika tidak ada gangguan hari ini mereka akan sampai di Kota Yasai.
"Ibu hari ini aku ingin mandi, seharian kemarin aku tidak mandi!" Chaiki mengeluh karena gadis kecil itu tidak bisa mandi selama sehari.
Haru menjelaskan bahwa mereka sudah dekat dengan kota yang sedang mereka tuju yaitu Kota Yasai.
***
Sementara itu di Kota Yasai disana terdapat banyak pendekar yang menjaga kota tersebut, karena berita tentang Kota Roshima yang dibakar hingga menjadi lautan api telah menyebar dengan cepatdi Kekaisaran Kai.
Pemimpin Klan Fuyumi mengirimkan anak perempuannya yang menjadi wakil pemimpin dari klan tersebut untuk datang memantau Kota Yasai, dia adalah seorang perempuan dengan paras yang cantik dengan tatapan yang begitu dingin, kulit yang putih seputih salju, dan rambut berwarna putih yang panjang dan bibirnya biru pucat dia mempunyai julukan Putri Salju.
"Tuan Putri Shirayuki, apa tuan putri yakin mengajak Iris untuk ikut dalam misi di Kota Yasai!" ucap Fuyumi Ichiba salah satu anggota dari Fuyumi Shirayuki.
"Ichiba, aku ingin Iris melihat dunia luar, lagi pula Iris adalah anakku, aku yakin dia akan mendapatkan pengalaman berharga disana!" suara Shirayuki terdengar tenang sambil tangannya memainkan kipas membuat para pengikutnya terpana dengan pesonanya walau pengikut dari Fuyumi Shirayuki semuanya adalah perempuan.
"Iris, kamu harus mendapatkan pengalaman berharga ketika kita berada di Kota Yasai dari misi yang diberikan oleh Pemimpin, kemungkinan Sekte Pemuja Iblis melakukan pergerakan di Kota itu, ibu ingin kamu menjadi orang yang kuat seperti ibumu ini!" Shirayuki mengelus rambut putri semata wayangnya yang masih berumur lima tahun itu yang tidak kalah cantik dengannya. Fuyumi Iris juga tidak kalah cantik dengan ibunya, dengan wajahnya yang manis dan cantik sama seperti ibunya dia juga memiliki kulit seputih salju hanya saja gadis kecil itu berambut hitam panjang dengan jepitan bunga dirambutnya.
Iris ditemani Tika dan Hika yang merupakan gadis kembar dan mereka berdua adalah anak dari Ichiba satu - satunya teman sebaya Iris.
Rombongan pendekar wanita Klan Fuyumi tiba di Penginapan Kitakaze Cabang Kota Yasai, tempat mereka melakukan pertemuan dengan Pendekar dari Klan Kitakaze dan Klan Misuzawa.
****
Rombongan Nagato telah tiba didepan gerbang Kota Yasai.
"Kotanya sudah terlihat!" teriak Chiaki dengan keras.
"Ka-kakak, jangan teriak, berisik tahu!" ucap Chaika dengan pelan dan menarik lengan baju Chiaki.
"Jadi itu kotanya?" gumam Litha dengan pelan.
Kakek Hyogoro maupun Nagato yang duduk didepan melihat bahwa penjaga Kota Yasai lebih banyak dari yang biasanya, ketika kereta kuda mendekati gerbang kota, rombongan mereka disuruh berhenti dan dihadang oleh beberapa penjaga kota bersenjata lengkap seperti sedang bersiap untuk berperang.
Shugo melihat keluar dan turun tangan setelah melihat para penjaga gerbang kota tidak membiarkan mereka masuk.
"Permisi, Saya Kitakaze Shugo, Kepala Keluarga Bangsawan Kitakaze.." ucap Shugo sambil menunjukan Kartu Emas yang menunjukan bahwa dia adalah seorang Bangsawan Besar.
"Maaf atas ketidaksopanan kami Tuan." penjaga itu menundukan kepalanya, kemudian mereka menjelaskan bahwa Sekte Pemuja Iblis mulai melakukan pergerakan sehingga mereka memperketat keamanan Kota Yasai karena berita tentang Kota Roshima yang dibakar menjadi lautan api oleh Sekte Pemuja Iblis telah tersebar di seluruh Kekaisaran Kai dengan cepat, tidak mau terlambat melakukan pergerakan Wali Kota Kota Yasai meminta bantuan dari ketiga Klan terdekat.
Shugo kemudian mengangguk pelan sambil menjelaskan ke penjaga kota bahwa dia dan keluarganya diserang oleh sekelompok perampok Serigala Hitam sehingga mereka membeli kereta kuda yang baru.
Para penjaga kota juga tidak mengenali kereta kuda yang digunakan Shugo karena tidak ada bendera besar dengan simbol angin hijau muda dan bertuliskan Bangsawan Kita yang ada di kereta kuda.
Setelah selesai mengobrol cukup lama dengan para penjaga Kota Yasai, Shugo sudah mengetahui garis besar ceritanya kemudian dia masuk kembali kedalam kereta kuda.
Kemudian rombongan Shugo diperbolehkan memasuki Kota Yasai, bangunan di kota itu memiliki warna yang cukup unik penduduk kota mengecat rumah mereka dengan beraneka ragam warna, tentu mereka mengecat rumahnya dengan warna yang sama seperti sayuran, warna oranye, ungu, hijau, dan lain - lain.
"Litha, lihat kota ini penuh warna, bukan?" Chiaki terlihat begitu senang sambil memamerkan Kota Yasai kepada Litha.
"Hmm ... iya ... iya kota ini benar - benar indah!" Litha tersenyum menatap bangunan warna - warni disampingnya.
"Kakek Hyogoro, terus berjalan kedepan, jika melihat Penginapan yang bertuliskan Kita, maka kita berhenti disitu!" ucap Shugo kepada Kakek Hyogoro.
Kakek Hyogoro hanya mengikuti perkataan Shugo, setelah melihat penginapan milik Bangsawan Kita, Kakek Hyogoro terkejut melihat banyak kereta kuda didepannya. Setelah berhenti didepan penginapan Kitakaze, beberapa pendekar mendekati kereta kuda yang tidak diundang ke Penginapan Kitakaze, sehingga mereka mendekati kereta kuda tersebut.
Shugo dan Haru keluar dari kereta kuda, setelah melihat dua orang paling penting dari Bangsawan Kita, para pendekar dari Klan Kitakaze menunduk dan meminta maaf.
"Tuan dan Nona mengapa bisa memakai kereta kuda seperti ini, apa yang telah terjadi?" Para pendekar bertanya pada Shugo dan Haru karena mereka merasa khawatir kepada mereka berdua.
"Aku akan jelaskan nanti!" Shugo tersenyum sambil melangkah memasuki penginapan kemudian Haru mengajak mereka semua untuk memasuki penginapan.
"Sepertinya kami tidak pantas menginap disini Nona!" ucap Kakek Hyogoro sambil menggaruk kepalanya.
"Kakek, kita pantas menginap, lagi pula Nagato adalah anak dari Tuan Pan-" belum selesai berbicara Kuina memukul perut Azai cukup keras.
"Aduh ..sakit Kuina?!" Azai mengerang kesakitan karena perutnya dipukul Kuina dengan begitu keras, pemuda itu tidak menyadari apa yang akan dia katakan barusan.
Kuina menatap tajam Azai untuk membuatnya sadar apa yang akan dikatakan olehnya barusan.
"Oh, iya hehehe maaf ...maaf!" Azai tertawa kecil sambil mencoba memaksakan diri untuk tersenyum walau sedang menahan sakit karena pukulan Kuina.
"Hehehe ... maaf ...maaf! Kepalamu ...itu ...maaf!" ucap Kuina dengan memasang wajah marah membuat Azai tidak berani menatap gadis itu.
Nagato dan Kakek Hyogoro turun dari kereta kuda, sedangkan Chiaki, Chaika dan Litha sedang menunggu Nagato.
"Ayo, Nagato kita masuk!" Chiaki menarik tangan Nagato.
"Eh ...ka-kakak ....tunggu! Teriak Chaika cukup keras sambil menggandeng tangan Nagato yang satunya, gadis kecil itu tersipu malu karena suaranya yang begitu keras dan tertahan.
"Hmmm ... jadi kalian berdua memperebutkan Nagato, Chaika juga mulai berani menggoda pria ya!" Haru tersenyum sambil memasang wajah bangga melihat anak keduanya yang terlihat mulai lebih berani itu.
Litha hanya mengembungkan pipinya dan memasang wajah cemberut melihat Nagato dikelilingi kedua gadis kembar itu.
"Aku gerah!" ucap Nagato dengan tenang sambil mencoba melepaskan diri dari mereka berdua.
Chiaki dan Chaika melepaskan tangan Nagato, kemudian kedua gadis kembar itu terlihat malu.
Haru kemudian berjalan memasuki penginapan diikuti Chiaki, Chaika dan Litha dari belakang.
"Kita pastikan bahwa kita bertiga akan melindungi Nagato apapun yang terjadi!" ucap Kuina dengan wajah yang serius.
"Huh, aku ingin segera mandi!" Serlin menata rambutnya sambil menatap Nagato didepannya.
"Banyak pendekar di penginapan ini, jadi kemungkinan mereka akan menanyakan identitas kita!" sahut Azai sambil merasakan hawa keberadaan di penginapan itu.
"Jangan terlalu tegang, biasa saja lagi pula aku tidak terlalu peduli dengan mereka!" Nagato berjalan memasuki penginapan Kitakaze. Setelah membuka pintu penginapan disana ada ruangan tengah yang terlihat begitu luas, dan terlihat banyak pendekar.
Ketika Nagato membuka pintu, semua pendekar menatapnya, karena dia terlihat seperti dijaga oleh ketiga orang dibelakangnya dan dirinya terlihat seperti orang penting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Mas Ujik
17
2021-03-11
0
Temu Rose
komen 17
2020-06-18
1
wiralesmana1234567
ren
2020-05-09
2