Nagato menghela nafas panjang ketika melihat Azai kian menjauh dari pandangan matanya kemudian Nagato menatap dingin pertarungan didepannya.
"Sebaiknya aku mengamati pertarungan itu." batin Nagato sambil menatap Kakek Hyogoro yang sedang melawan perampok Serigala Hitam.
"Na-Nagato ... aku takut." suara Litha terdengar begitu pelan dan lirih, tubuhnya bergemetar dengan mata yang berkaca - kaca Litha menatap Nagato.
Nagato mengusap rambut Litha dan berusaha menenangkan gadis kecil itu tangan kanannya memegang tangan Litha dan menggenggamnya. Litha juga menggenggam tangan Nagato dengan erat, wajah gadis kecil itu memerah, dua gadis kecil kembar melihat Nagato dan Litha dari balik badan ibunya.
Dari hutan muncul tiga orang yang terlihat kuat dan berpangkat tinggi dari kelompok Serigala Hitam, karena aura yang keluar dari tubuh mereka bertiga benar - benar berbeda dari anggota kelompok Serigala Hitam yang lainnya.
"Sepertinya mereka berempat yang menghabisi anggota kita, Ketua!" seorang pria berumur dua puluh tahun keluar membawa tombak, senyumannya yang terlihat licik itu membuat Azai sedikit merasa terganggu.
Dibelakang mereka bertiga terlihat orang yang berbadan besar yang terlihat paling kuat diantara mereka kemungkinan dia adalah ketua dari kelompok perampok Serigala Hitam.
Tatapan mereka tertuju pada Kuina dan Serlin yang sedang menatap mereka. Kakek Hyogoro tersenyum tipis kemudian sambil mengolah pernapasan dia menatap tajam dua orang perampok didepannya.
"Aku akan mengatasi kedua orang ini, sisanya kuserahkan pada kalian bertiga!" Kakek Hyogoro menghadang satu orang jendral dan ketua dari kelompok Serigala Hitam dengan harapan dia bisa menggali informasi tentang Sekte Pemuja Iblis kelompok yang sedang dia buru selala beberapa tahun kebelakang.
"Tua Bangka, apa pedangmu itu termasuk senjata kuno?" Ketua dari kelompok Serigala Hitam yang bernama Kurowata melirik pedang yang digenggam Kakek Hyogoro yang tak lain adalah pedang milik anak buahnya yabg telah mati.
"Ini hanya pedang biasa?" Kakek Hyogoro menjawab singkat dan tidak menyangka bahwa kelompok perampok yang selalu berbuat onar terlihat bodoh karena menganggap pedang ditangannya sebagai senjata kuno.
"Ketua, sepertinya pedang itu termasuk tipe langka?" sahut seorang pria paruh baya bernama Kuroichi tersenyum dan sedikit tertarik dengan pedang ditangan Kakek Hyogoro.
Kakek Hyogoro hanya menggelengkan kepalanya dan tidak menyangka para atasan kelompok Serigala Hitam terlihat begitu bodoh karena mengira pedangnya itu istimewa.
Kuroichi maju menyerang mengayunkan pedangnya pada Kakek Hyogoro, serangannya mematikan dan kualitas pedang milik Kuroichi jauh berbeda dengan pedang yang digenggam Kakek Hyogoro.
Kurowata juga ikut menyerang Kakek Hyogoro karena dia berniat menghabisi Kakek Hyogoro secepatnya agar bisa membunuh Bangsawan Kita. Kuroichi memakai jurus tebasan pedangnya, membuat Kakek Hyogoro terdesak selama beberapa saat, kemudian kedua orang itu mampu membuat Kakek Hyogoro mundur beberapa langkah kebelakang.
"Setelah kami membunuh tua bangka ini, kami akan memenuhi tugas untuk membunuh keluarga Bangsawan Kita!" Kurowata tersenyum mengejek Kakek Hyogoro, kemudian dia menjulurkan lidahnya, membuat Kakek Hyogoro terkejut dengan tanda segel dilidahnya.
Kakek Hyogoro mengerutkan dahinya kemudian dia menatap tajam mereka.
"Siapa yang menyuruh kalian!" Kakek Hyogoro menangkis setiap tebasan pedang kedua orang yang menyerangnya sambil melontarkan pertanyaan.
Kurowata hanya tersenyum sambil terus mendesak Kakek Hyogoro dengan tebasan pedangnya.
"Apa kau ingin mengetahui siapa yang menyuruh kami sebelum kau mati!" ucap Kurowata sambil tersenyum mengejek Kakek Hyogoro, karena dia menganggap dirinya lebih kuat dari Kakek Hyogoro.
"Dia adalah-"
"Ketua, kau akan mati jika mengatakannya!"
Belum selesai Kurowata berbicara, Kuroichi berteriak dengan keras pada Kurowata agar tidak berbicara sembarangan. Kakek Hyogoro mengerutkan dahinya karena sepertinya ada yang tidak beres dengan kelompok perampok didepannya.
Kakek Hyogoro mengambil nafas panjang sambil memejamkan matanya selama beberapa saat, kemudian dia menggenggam pedangnya dengan erat. Melihat aura disekitar Kakek Hyogoro berubah Kurowata dan Kuroichi mundur beberapa langkah kebelakang.
"Sirih." Kakek Hyogoro menarik nafas panjang dalam satu tarikan nafasnya sebelum mengayunkan pedangnya.
"Kilatan Hitam!"
Kedua mata Kakek Hyogoro membuka, tebasan pedangnya yang berwarna hitam melesat dengan cepat ke arah musuhnya.
Kuroichi membalas tebasan pedang Kakek Hyogoro sedangkan Kurowata membuat pusaran angin untuk menahan tebasan tersebut sehingga tebasan milik Kakek Hyogoro terlempar dan melesat dengan cepat ke atas langit.
"Lumayan!" batin Kakek Hyogoro sambil tersenyum melihat tebasan pedangnya ditangkis oleh mereka berdua, kemudian dia mundur beberapa langkah kebelakang sambil menoleh ke arah tiga orang yang sedang bertarung.
Kakek Hyogoro tersenyum kecil karena melihat Kuina dan yang lainnya bertarung tanpa hambatan kemudian dia kembali menggunakan jurus kilatan hitamnya.
Kurowata terkejut melihat Kakek Hyogoro menyerangnya kembali, belum sempat dia mengatur nafasnya yang terengah - rengah, tebasan yang dia tahan mulai menyerangnya kembali.
"Kuroichi, tahan itu!" teriak Kurowata pada bawahannya.
"Siap, Ketua!" Kuroichi mengikuti perintah Kurowata. Tanpa ragu Kuroichi menjadi tameng hidup bagi Kurowata, tubuh Kuroichi tertebas oleh tebasan hitam milik Kakek Hyogoro dan darah berceceran keluar dari tubuh Kuroichi.
Kurowata terlihat panik, sedangkan Kakek Hyogoro terkejut melihat apa yang telah dilakukan oleh Kuroichi yang tidak ragu untuk menjadi tameng hidup dan mengorbankan nyawanya demi Kurowata.
Kakek Hyogoro kembali maju menyerang Kurowata, kedua orang itu berbalas serangan pedang satu sama lain. Kakek Hyogoro sengaja mengulur waktu untuk melihat sejauh mana stamina Kurowata mampu bertahan.
"Sialan kau Tua Bangka!" teriak Kurowata, matanya melebar dan wajahnya dipenuhi kemarahan. Kakek Hyogoro hanya tersenyum kemudian dia menebas lebih kuat dan membuat pedang milik Kurowata patah menjadi dua.
Kakek Hyogoro kembali menggunakan jurus kilatan hitamnya untuk memotong tubuh Kurowata tetapi lagi - lagi ada orang yang menghalanginya.
"Kurodhana! Gunakan tubuhmu untuk melindungiku, cepat!" teriak Kurowata dengan keras kesalah satu anggotanya yang sedang bertarung melawan Azai, Kuina dan Serlin.
Tanpa ragu Kurodhana melangkah dengan cepat membuat ketiga orang yang sedang bertarung melawannya terdiam sejenak.
Kurowata mundur cukup jauh kebelakang, tebasan kilatan hitam jurus pedang milik Kakek Hyogoro mengejarnya namun Kurodhana menahannya, darah berceceran ketika tubuh Kurodhana tertebas oleh tebasan pedang Kakek Hyogoro.
"Apa - apaan mereka ini!" gumam Azai pelan, dia mengerutkan dahinya melihat kedua jendral yang mereka lawan mati untuk melindungi ketuanya, yang membuat mereka lebih terkejut adalah mereka mati hanya karena satu tebasan pedang Kakek Hyogoro.
Kuina dan Serlin terkejut melihat musuh yang mereka lawan hanya menjadi tameng hidup untuk ketuanya hal itu pun membuat Nagato, Litha dan keempat orang Bangsawan Kita juga terkejut melihat pertarungan tersebut.
"Apa aku harus menggunakan ini!" Kurowata merogoh sebuah botol kecil disaku celananya, wajahnya terlihat dipenuhi keringat dingin dia tidak menyangka akan kalah semudah ini.
Kakek Hyogoro mendekati Kurowata, kemudian dia berniat bertanya padanya, namun Kurowata bergumam ketakutan bahkan tiba - tiba dia berteriak sendiri.
"Jangan dekati aku, jika aku tidak membunuh para bangsawan itu, maka dia akan membunuhku!" raut wajah Kurowata terlihat begitu ketakutan, tubuhnya terlihat bergemetar hebat.
"Hah apa katamu tadi? Kau pikir aku akan berkata iya baiklah, jangan bercanda denganku!" Kakek Hyogoro marah melihat sifat pecundang Kurowata yang membuatnya sangat kesal.
"Katakan siapa yang menyuruhmu, maka aku akan membunuhmu tanpa rasa sakit!" Kakek Hyogoro terlihat begitu serius, dirinya yakin ada yang tidak beres dengan kelompok perampok ini.
"Aku tidak bisa mengatakannya, jika aku mengatakan namanya maka aku yang akan mati, kumohon biarkan aku membunuh mereka!" ucap Kurowata tanpa keraguan dia terlihat seperti kehilangan akal sehatnya, dia memohon kepada Kakek Hyogoro agar membiarkan dirinya membunuh keempat orang Bangswan Kita.
"Oi, oi, jangan bercanda, kau ini seorang perampok, berapa orang yang sudah kau bunuh, apa kau tidak sadar akan perbuatanmu itu!" kali ini Kakek Hyogoro meledak emosinya melihat Kurowata yang bersujud meminta ampun padanya.
"Banyak orang yang memohon seperti yang kau lakukan sekarang ini! Aku tanya padamu apa kau mengampuni mereka ketika kau merampok dan membunuh orang yang tidak bersalah!" Kakek Hyogoro tersenyum sinis menatap dingin Kurowata.
Disisi lain Azai, Kuina dan Serlin sedang bertarung melawan salah satu petinggi kelompok perampok Serigala Hitam.
"Kalian berdua maju mneyerang, biar aku yang membantu kalian dari belakang!" Serlin berniat menggunakan sihir pendukungnya kepada Azai dan Kuina.
"Sirih." Serlin mengolah pernafasannya sebelum mengeluarkan sihirnya.
"Magic : Weapon Aura."
Serlin menggunakan sihirnya untuk membantu Azai dan Kuina, pedang milik mereka berdua terlihat seperti dilapisi sesuatu yang tak kasat mata.
"Sihir itu untuk memperkuat senjata kalian selama beberapa saat, jadi kalahkan dia secepatnya!" teriak Serlin kepada Azai dan Kuina sambil terus memperhatikan sekitarnya.
Kuina dan Azai merasa bahwa mereka berdua mampu mengalahkan petinggi Serigala Hitam dengan satu serangan, sehingga mereka berdua saling memandang satu sama lain selama beberapa saat sebelum menyelaraskan gerakan.
"Sirih" Kuina dan Azai mengolah pernafasan secara bersamaan.
"Tarian Sang Mawar Merah."
"Harimau Menanti : Pemangsa Kehidupan!"
Kuina dan Azai menebas petinggi Serigala Hitam yang bernama Kurosana secara bersamaan membuat Kurosana mati dalam satu tebasan mereka berdua.
"Kupikir dia kuat!" Azai terlihat sedikit kesal karena dia terlalu waspada terhadap lawannya itu.
"Akhirnya kita berhasil menghabisi seluruh anggota kelompok perampok ini!" gumam Kuina pelan kemudian gadis itu menoleh ke arah Kakek Hyogoro.
Kurowata yang sudah sadar jika dirinya tidak akan bisa menang atau keluar dari situasi ini secara hidup - hidup setelah melihat seluruh anggotanya mati, kemudian dia mengambil botol kecil di saku celananya.
"Setidaknya sebelum aku mati, aku akan memberikan perlawanan kepada mereka!" batin Kurowata sambil menelan ludah karena dia juga terlihat takut untuk meminum air di dalam botol kecil tersebut.
Setelah menenangkan diri beberapa saat, dia membuka botolnya dan meminumnya, Kakek Hyogoro yang melihat itu hendak menebasnya namun dalam seketika Kurowata memegang kepalanya dan berteriak kesakitan.
"Argh! Kepalaku sakit!" Kurowata mengerang kesakitan sebelum tubuhnya membesar dan terlihat mengerikan bahkan matanya memerah.
Mata Kakek Hyogoro melebar ketika dia melihat Kurowata menjadi manusia yang terlihat besar bahkan tubuhnya membesar dan tingginya kurang lebih empat meter.
Azai, Kuina dan Serlin yang melihat hal tersebut langsung berlari menuju tempat Kakek Hyogoro dengan cepat.
"Dia membesar?" ucap seorang pria dari Bangsawan Kita terkejut melihat pemandangan didepan matanya itu.
"Bunda! "
"Bun-bunda!"
Kedua gadis kembar yang seumuran dengan Nagato dan Litha memeluk wanita dari Bangsawan Kita.
"Kenapa dia bisa membesar seperti itu? Apa dia juga memiliki kekuatan dari Air Suci?" gumam Nagato lirih, Litha melirik wajah Nagato yang terlihat begitu serius menatap pertarungan didepannya itu bahkan kali ini tatapan Nagato lebih dingin dan dia menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah.
Litha menggenggam tangan Nagato lebih erat untuk menenangkannya.
"Nagato!" teriak Litha ketika wajah Nagato berkeringat dingin.
Lamunan Nagato terbuyarkan oleh teriakan Litha kemudian dia mencoba tersenyum menatap gadis kecil itu.
Kurowata berteriak dengan keras suaranya seperti raungan hewan buas, membuat burung - burung yang ada di hutan terbang karena suara yang dibuatnya.
"Sebenarnya siapa dalang dibalik kelompok ini?" batin Kakek Hyogoro, dirinya mundur beberapa langkah kebelakang karena angin berhembus dari mulut Kurowata.
"Kakek, bagaimana dia bisa membesar seperti itu, apa dia mempunyai kekuatan Air Suci?" tanya Azai yang berdiri disamping Kakek Hyogoro dan menatap tajam Kurowata.
"Dia meminun air tapi menurutku itu bukanlah Air Suci karena itu adalah air dari botol kecil dari rumor yang kudengar air suci itu berada didalam cawan suci, karena kamu tahu sendiri, bukan?" Kakek Hyogoro menjawab pertanyaan Azai dan menyuruhnya untuk tetap waspada.
"Jika orang yang meminum air suci dari cawan suci dan cocok, maka orang itu akan mendapatkan kekuatan yang luar biasa bahkan berbahaya, jika tidak cocok dan orang yang menemukan air suci memaksa untuk meminumnya maka orang itu akan menjadi gila bahkan mati karena ketidakcocokan! Itu rumor yang kudengar, Azai!" Kakek Hyogoro menambahkan.
Kurowata menatap lawannya, wajah maupun matanya memerah, kemudian dia memukulkan tangannya yang besar itu ke arah mereka berdua, namun Kakek Hyogoro dan Azai dapat menghindarinya, pukulan tangan Kurowata membuat tanah bergetar hebat bahkan membuat tanah itu sendiri menjadi retak.
"Kekuatannya bukan main, dia tidak seperti manusia lagi!" ucap Azai sambil melompat menghindari pukulan Kurowata.
"Ya, semoga saja dugaanku salah jika ada kelompok yang sedang melakukan uji coba manusia, ini akan menjadi berita besar semoga saja kelompok itu tidak berada di negeri ini!" Kakek Hyogoro mundur beberapa langkah kebelakang, dirinya berharap bahwa Organisasi Tujuh Dosa Besar Mematikan tidak berada di Kekaisaran Kai.
Mengingat Kekaisaran Kai berada di Benua Ezzo, jika ingin mencapai benua ini, mereka harus melewati lautan dengan ombak yang mengerikan, bahkan Kekaisaran Bahamut tidak pernah berhasil menjajah negeri yang ada di Benua Ezzo karena cuaca yang begitu mengerikan di lautan.
Kurowata menatap Kuina dan Serlin yang sedang berlari kemudian dia mengayunkan pukulan tangannya untuk menghabisi kedua gadis itu.
"Sirih." Serlin mengolah pernafasan sebelum dia melepaskan sihirnya.
"Protection!"
Serlin menggunakan sihir pelindung membuat kedua gadis itu selamat namun dampak serangan itu begitu besar, tanah yang mereka pijak masih utuh namun disekeliling mereka tanahnya berlubang besar.
"Kekuatan yang mengerikan, tapi dibandingkan dengan Kazan ini masih terlihat lucu!" Serlin tersenyum tipis sambil mengatur nafasnya.
Tak lama kemudian Kakek Hyogoro berada disamping kedua gadis itu dan mengajak mereka berdua untuk bekerja sama mengalahkan Kurowata.
Kakek Hyogoro menjelaskan rencananya pada mereka bertiga, karena dirinya belum pernah melawan manusia dalam bentuk seperti itu dan tidak ada salahnya jika lebih waspada mencoba mengalahkannya secara bersama - sama.
Mereka bertiga menyebar, Kakek Hyogoro melindungi Serlin dan menyuruh gadis itu untul menggunakan sihirnya membantu mereka bertiga. Kuina berada disisi kiri dan gadis itu mengamati kaki Kurowata yang besar itu. Sementara itu Azai berada di sisi kanan sambil bersiap menunggu aba - aba dari Kakek Hyogoro.
Serlin mengatur nafasnya yang terengah - rengah, setelah kembali normal gadis itu memejamkan matanya dan mengolah pernafasan sambil membaca mantra sihir.
"Sirih." Serlin menarik nafas panjang dalam satu tarikan nafasnya.
"Magic : Weapon Aura!"
Ketika Serlin menggunakan jurus sihirnya untuk membantu mereka bertiga, Kakek Hyogoro menatap tajam Kurowata untuk memancing amarahnya tidak lama Kurowata terpancing oleh tatapan dingin mata Kakek Hyogoro tanpa pikir panjang dia memukul Kakek Hyogoro.
"Sekarang!" Kakek Hyogoro berteriak dengan lantang pada Azai dan Kuina yang sudah bersiap menyerang.
"Sirih." Azai dan Kuina mengolah pernafasan secara bersamaan sebelum menyerang Kurowata.
"Harimau Menanti : Pemangsa Kehidupan!"
"Tarian Sang Mawar Merah!"
Azai dan Kuina menebas kedua kaki Kurowata secara bersamaan, tebasan mereka melesat dengan cepat hingga membuat kaki Kurowata terputus.
Melihat rencananya berhasil, Kakek Hyogoro tersenyum melihat pukulan yang mengarah kearahnya.
"Sirih." Kakek Hyogoro memejamkan matanya dan mengolah pernafasan.
"Usia Membabat Masa Muda!"
Kakek Hyogoro menghilang dalam sekejap, belum sempat Kurowata menyadari keberadaan Kakek Hyogoro, kepala Kurowata sudah terlepas dari tubuhnya.
"Tergeletak Sunyi." ucap Kakek Hyogoro pelan sambil membuka matanya secara perlahan.
Kakek Hyogoro menatap Kurowata yang telah tewas, kemudian dia mengibaskan pedangnya yang berlumuran darah setelah itu dia melihat Kurowata yang telah mati tergeletak ditanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Azzahra
Up 14
2020-07-06
0
Temu Rose
lanjut
2020-06-18
0
wiralesmana1234567
sip
2020-05-09
1