Kelompok perampok Serigala Hitam sedang menyandera beberapa penduduk desa ditengah jalan desa disana terlihat banyak pria desa yang ditangkap kelompok perampok Serigala Hitam tidak pandang bulu menangkap pria yang hidup di Desa Timun dari yang muda sampai yang tua mereka tangkap semua.
"Cepat! Bawa semua lelaki di desa ini kesini!" Seorang pria membawa pedang besar sedang meminum arak dan menatap beberapa anak lelaki dari desa yang disandera.
Beberapa penduduk desa menangis dan memohon kepada para perampok serigala yang membawa anak laki - laki mereka.
"Ampuni anak saya, kumohon! Jangan ambil anak saya!" seorang ibu yang terlihat berumur paruh baya menangis sambil memohon karena dirinya mempunyai anak laki - laki dibawa oleh anggota Serigala Hitam.
Kemudian pria yang sedang meminum arak berteriak lantang agar semua pria yang sedang bersembunyi didesa ini keluar karena anak dan istri mereka yang akan menjadi ancaman. Mendengar peringatan tersebut satu per satu pria keluar dari rumahnya karena melihat anak atau istri mereka disandera.
"Tuan Amasa, sepertinya ini sudah semuanya." salah satu pria menghampiri orang yang sedang meminum arak yang bernama Amasa.
Amasa kemudian menghitung penduduk pria dihadapannya.
"Sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh, enam puluh ... hmm tidak kusangka jumlah lelaki di Desa Timun cukup banyak, enam puluh orang ini adalah jumlah yang cukup banyak belum dengan para bocah - bocah tengik itu!" Amasa tersenyum tipis sambil menjilat bibirnya menatap anak laki - laki yang masih muda. Kemudian Amasa menyuruh bawahannya untuk mengikut penduduk pria dengan rantai.
"Tuan jangan bawa saya, saya mohon tuan karena saya masih mempunyai istri dan seorang anak!" Seorang pria paruh baya memohon, namun dia ditendang oleh salah satu anak buah Amasa.
Amasa menyuruh anak buahnya untuk menjarah dan berbuat sesuka mereka, kebanyakan dari anak buah Amasa ingin bersenang - senang dengan perempuan di Desa Timun.
Ketika mereka ingin menjarah desa tersebut, seorang Kakek muncul dan menatap tajam para anggota Serigala Hitam yang dipimpin Amasa.
"Cukup, sampai disitu aku tidak akan membiarkan kalian semua bertindak sesuka kalian lebih dari ini!" Kakek Hyogoro muncul di tengah - tengah perampok Serigala Hitam.
"Siapa Kakek ini, dia berniat melawan kita apa dia sedang bercanda?" Salah satu anggota Serigala Hitam mengejek Kakek Hyogoro.
"Kakek ini kita jadikan contoh, agar tidak ada yang berani melawan kita?" Seorang perampok dengan berpangkat tinggi di Kelompok Serigala Hitam berseru dengan lantang kepada anggota disekitarnya.
Azai dan Kuina melangkahkan kakinya dengan cepat mereka berdua melihat Kakek Hyogoro sedang dikeroyok namun Kakek itu tidak terdesak justru membuat lawannya berpikir dua kali untuk menyerangnya.
"Lebih baik kalian maju secara bersamaan jika tidak maka akan merepotkan nantinnya!" Kakek Hyogoro berkata kepada rombongan perampok Serigala Hitam di depannya.
"Kakek ini siapa, dia bukan orang biasa?"
"Kita mengintimidasi dia, namun seperti kita yang terintimidasi"
Para anggota Serigala Hitam sedikit ragu untuk menyerang Kakek Hyogoro, seorang pria maju dan menyuruh bawahannya agar tidak menjadi pecundang karena mereka tidak mampu menghadapi satu orang dihadapan mereka.
"Kakek, mereka sepertinya perampok?" Azai datang dan berdiri disamping Kakek Hyogoro, sementara Kuina mengamati para perampok Serigala Hitam.
"Nagato, kamu jangan melawan mereka sendirian?" Serlin terlihat khawatir, namun Nagato terlihat begitu tenang dan tidak terlihat takut atau merasakan apapun.
"Jika Kelompok Perampok yang tadi menyerang, aku ingin kau bersembunyi di suatu tempat." Serlin mengkhawatirkan Nagato kemudian gadis itu menatap Nagato.
"Hmm ... baiklah." Nagato tidak ingin membuat gadis itu khawatir, kemudian mereka melihat para perampok itu sedang menyandera beberapa para warga pria di Desa Timun.
"Kenapa mereka terlihat seperti hanya menyandera pria dari yang seumuran denganku sampai kakek tua! Ada yang tidak beres disini!" Nagato mengerutkan dahinya menatap tajam puluhan peramapok Serigala Hitam.
Serlin merapalkan mantra sihirnya kemudian dia mengulurkan tangannya pada Nagato.
"Nagato, tanganmu .." Serlin mengulurkan tangannya ke arah Nagato, dan pemuda itu menggenggam tangan Serlin.
"Sirih." Serlin mengolah pernafasan sambil melihat tempat yang aman disekitar penduduk desa.
"Fairy Speed."
Serlin mempercepat langkahnya, dan menyembunyikan Nagato diantara para penduduk perempuan desa yang sedang melihat dari pinggiran rumah, kemudian dia dengan cepat berada di samping mereka bertiga yang sedang berhadapan dengan para perampok. Fairy Speed adalah jurus yang membuat penggunannya dapat menambah kekuatan ketika sedang berlari.
Amasa maju melawan Kakek Hyogoro dengan penuh percaya diri dia tersenyum sinis menatap Kakek Hyogoro yang diam namun bagi dirinya itu adalah tanda bahwa Kakek Hyogoro sedang ketakutan melihatnya.
"Kakek, apa kau tidak memakai senjatamu?" Amasa tersenyum mengejek Kakek Hyogoro.
"Senjataku? Oh iya, senjataku sepertinya tertinggal dirumahku!" jari kelingking Kakek Hyogoro membersihkan telinga kanannya kemudian dia meniupnya, melihat hal itu Amasa menjadi marah.
"Jangan meremehkan aku, Tua Bangka!" teriak Amasa dengan lantang membuat penduduk perempuan desa memejamkan matanya karena takut.
"Jangan mudah terpancing bocah!" Kakek Hyogoro juga berteriak kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat dan memukul perut Amasa dengan keras.
Kuina tersenyum tipis melihat Kakek Hyogoro kemudian dia juga berniat menghabisi perampok didepannya.
"Mereka terlalu percaya diri dengan kemampuan mereka!" gumam Kuina, kemudian gadis itu maju melawan anggota Serigala Hitam.
"Sirih." Kuina mengolah pernapasan sambil memejamkan matanya merasakan detakan jantung cepat dari puluhan perampok.
"Aroma Bunga Melati!"
Kuina menggunakan pernafasan yang diajarkan gurunya dan dikombinasikan dengan jurus pedangnya, permainan pedangnya terlihat indah, membuat anggota Serigala Hitam yang diserang olehnya mematung sejenak.
Sementara Azai yang sedang bertarung melawan puluhan perampok dirinya dengan tenang menangkis setiap tebasan pedang para perampok.
"Sirih." Azai mengolah pernafasan sambil menangkis setiap tebasan pedang perampok kemudian dia maju menyerang balik.
"Harimau Menanti : Pemangsa Kehidupan!"
Permainan pedang Azai membuat beberapa anggota Serigala Hitam menjadi menciut nyalinya, mereka berniat menjadikan penduduk perempuan menjadi sandera.
Nagato yang sedang melihat pertarungan didepannya terlihat kesal melihat perampok yang sedang bertarung melawan Azai.
"Pecundang." Nagato terlihat kesal melihat beberapa anggota Serigala Hitam yang ingin menyandera perempuan, dirinya menatap tajam beberapa anggota Serigala Hitam yang dilawan Azai dan dia maju melangkah dengan cepat.
"Bocah ini, sejak kapan?!" salah satu perampok yang hendak menjadikan penduduk desa sebagai sandera terkejut dengan kehadiran Nagato.
Nagato memukul titik lemah lawannya, beberapa perampok tidak sempat bereaksi saat Nagato maju menyerang dia tidak menggunakan pedangnya melainkan memukul titik lemah lawan - lawannya beberapa dari mereka mengalami patah tulang, pemuda berumur lima tahun itu menggunakan kuncian dan bantingan kepada lawannya.
"Pernafasanmu bocor, paman?!" Nagato menatap perampok yang dipukul ulu hatinya, perampok itu terlihat marah karena diremehkan pemuda didepannya dia hendak menebas Nagato, namun dengan mudah tebasan itu ditangkis dan dihindari Nagato.
Nagato menendang kaki perampok tersebut hingga terjatuh, perampok itu mengerang kesakitan, beberapa dari mereka bertanya - tanya mengapa pemuda itu tidak membunuh mereka namun membuat mereka terluka parah dan membiarkan mereka begitu saja.
"Tuan Amasa kita tidak mungkin menang melawan mereka!" salah satu bawahannya mendatanginya kemudian Amasa melihat sekelilingnya, seluruh bawahannya sudah dihabisi ole Kakek Hyogoro dan yang lainnya. Amasa berniat menjadikan Nagato sebagai sandera tetapi tindaknnya itu diketahui oleh Kakek Hyogoro.
"Kakek ini!" Amasa menahan pukulan Kakek Hyogoro dengan pedangnya.
"Pukulan Langit!" Kakek Hyogoro memukul pedang Amasa hingga pedang itu patah menjadi dua, dirinya terlihat begitu panik karena tidak ada harapan untuk menang melawan Kakek didepannya.
"Katakan padaku siapa orang yang menyuruh kalian?!" Kakek Hyogoro terlihat emosi, dia mematahkan tangan Amasa hingga pria itu mengerang kesakitan.
Amasa yang melihat raut wajah Kakek Hyogoro berniat memberitahukan seorang yanf menyuruh kelompoknya melakukan perampokan.
"Seseorang yang berkedudukan tinggi di Kekaisara-" tiba - tiba lidah Amasa putus dalam seketika ketika berniat mengucapkan nama tersebut. Kakek Hyogoro terkejut dan tatapan matanya tertuju pada potongan lidah yang terdapat lambang tengkorak hitam.
"Apa - apaan ini?!" Kakek Hyogoro mengerutkan dahinya, sepertinya ada sesuatu yang tidak dia ketahui. Kemudian Nagato dan yang lainnya menghampiri Kakek Hyogoro dan melihat lidah Amasa yang telah putus.
Nagato menatap Amasa yang sudah tergeletak mati dibawahnya tetapi tatapan matanya juga tertuju pada lidah Amasa yang terdapt lambang tengkorak berwarna hitam.
Nagato tersenyum tipis karena dirinya mendengar sedikit pembicaraan antara Kakek Hyogoro dengan Amasa dan dirinya cukup yakin bahwa banyak petinggi di Kekaisaran Kai yang mengetahui kejadian insiden malam berdarah Klan Kagutsuchi.
Penduduk desa bekerja sama menguburkan mayat perampok keluar desa dibantu Azai dani yang lainnya. Beruntung tidak ada korban jiwa dipihak penduduk Desa Timun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Ibrahim Rusli
Thor si Nagato bocah apa pemuda sih sebenernya kalo liat dari segi umur kan harusnya bocah bukan pemuda trus pola pikir bocah masak udah kayak pemuda aja apa jangan2 si Nagato bocah ajaib ya ..🤔
2023-02-26
1
ARSY ALFAZZA
salam persahabatan dari penduduk bunian Thor 😇 saling mendukung ya 🙏👍👌
2020-08-15
1
Ahmad Surya Gumilang
ternyata keren ya
2020-07-21
1