Sementara itu di ruang tengah Azai sedang mencari meja yang kosong, namun kebanyakan sudah diisi orang - orang yang telah saling mengenal satu sama lain atau berkelompok, kemudian dia memeriksa tempat yang masih kosong disana ada seorang kakek yang sedang makan sendirian, Azai kemudian menghampiri kakek itu untuk duduk di sebelahnya.
Azai menyapa kakek yang sedang meminum arak dengan sepuasnya kemudian dia melihat Azai yang sedang menatapnya.
"Silahkan duduk, anak muda!" Kakek itu mempersilahkan pemuda didepannya untuk menikmati makanan di meja yang sama dengannya.
"Terima kasih kek." Azai duduk dikursi kemudian memesan makanan dan minuman yang sama dengan kakak didepannya. Kakek yang sedang meminum arak menatap tajam Azai.
"Anak muda, apa kamu juga meminum arak?" Kakek itu bertanya kepada Azai kemudian dia merasa bahwa umur Azai belum cukup untuk meminum minuman yang sedang dirinya minum.
"Jadi itu arak? Kupikir itu air putih biasa!" Azai tertawa kecil merasa bodoh karena dia mengira minuman yang diminum kakek didepannya adalah air putih biasa.
Beberapa saat kemudian pelayan datang membawakan makanan dan minuman yang dipesan Azai. Kemudian dia memesan air putih 1 gelas.
"Kakek, ini pemberian dariku karena kakek terlihat sangat menikmatinya." Azai memberikan arak yang dia pesan kepada kakek didepannya.
Kakek itu menerimanya kemudian dia meminum arak yang dipesan Azai wajahnya terlihat menikmati setiap tegukan arak yang memasuki lehernya.
Azai tersenyum kecil kemudian dia menyantap hidangan yang telah disediakan, kualitas makanan yang disediakan penginapan kincir angin termasuk lezat.
"Saatnya menguping pembicaraan orang - orang di sekitar." Azai berbicara dalam hati sambil menikmati makanan.
"Anak muda, maaf belum memperkenalkan diri Namaku Hyogoro!" Kakek itu memperkenalkan diri, kakek yang bernama Hyogoro meminum arak dengan jumlah banyak bahkan dimejanya terlihat puluhan gelas yang sudah dia minum.
Azai mengerutkan dahi mendengar nama asli dari kakek yang berada didepannya.
"Maaf atas kelancangan saya, seharusnya saya yang memperkenalkan diri terlebih dahulu nama saya Azai."
"Azai?" Kakek Hyogoro mengerutkan dahinya, dia seperti pernah mendengar nama itu disuatu tempat. Azai juga mengingat Tatsugoro ketika mendengar nama Hyogoro.
Tiba - tiba beberapa orang mulai membicarakan kejadian minggu lalu tentang kematian Pandu beserta pengikutnya maupun tentang gejolak yang sedang terjadi di Benua Ezzo.
"Orang yang bernama Kazan adalah penjahat terbesar yang ditakuti dunia, bukan?" seorang pria dengan rambut yang diikat memulai pembicara dan yang lain mulai bercerita dengan teman satu mejanya.
"Aku membacanya di koran dia juga termasuk lima penguasa yang membuat takut beberapa negara di benua barat maupun selatan!" seorang berjubah merah membalas perkataannya.
"Kerajaan Sihir Azbec telah ditaklukan lima tahun lalu, seminggu yang lalu Tuan Pandu tewas bersama semua pengikutnya!" sahut pria paruh baya yang sedang meminum arak dan berpakaian seperti pedagang yang menginap di Kota Fusha.
Beberapa orang terus membicarakan nama Pandu dan Kazan yang terlibat pertarungan seminggu yang lalu.
"Kekaisaran Kai merupakan salah satu kekaisaran yang memiliki wilayah yang luas di Ezzo ... belum tempat yang kita tinggali ini memiliki banyak klan pendekar!" sahut seorang pria paruh baya menjawab perkataan orang yang lainnya.
Sementara itu Azai terus mendengarkan pembicaraan kemudian dia melirik ketiga orang yang berasal dari Klan Kuromachi yang merupakan klan yang tergabung dengan kelompok klan barat itu, mereka masih terlihat tenang dan tak lama seorang pria yang sedang meminum arak membanting gelasnya ke meja.
"Kematian pengkhianat yang telah membantai seluruh klannya memang pantas mati ditangan penjahat itu! Apanya yang jenisu muda? Apanya yang berbakat? Pandu tidak lebih dari orang pembunuh berdarah dingin!" seorang pria bernama Take dari Klan Kuromachi terlihat mabuk dan mengejek nama Pandu dengan keras hingga suaranya membuat orang - orang diruang tengah menjadi diam.
"Take jaga bicaramu!" Soerang pria bernama Shin menegur Take karena kebanyakan minum dan mulai berbicara sesuka hatinya.
"Tapi Tuan Shin, sudah seharunya kita merayakan kematian Pandu dengan meminum arak!" Take tertawa sambil meneguk araknya dan suasana di ruang tengah menjadi tegang.
Seorang pemuda yang seumuran dengan Azai, mengeluarkan buku hitam disitu terlihat ada wajah Pandu, Tatsugoro dan beberapa pendekar maupun penyihir dari Azbec yang mengungsi ke Kekaisaran Kai.
"Andai aku yang membunuh Pandu! Maka namaku akan semakin terkenal!" Pemuda itu menancapkan pisau ke arah foto Pandu yang ada dibuku hitam. Melihat hal itu Azai mulai emosi namun dia berusaha menenangkan dirinya, karena dia sadar kedatangannya ke kota ini bukan untuk mencari masalah.
"Ohta, kau bukanlah tandingan jenius itu dia adalah anak kandung Kaisar Genki, dikabarkan bahwa pandu adalah jelmaan dewa api! Jadi jangan terlalu berharap dengan hal yang tidak pasti!" Shin mulai angkat bicara ketika melihat Ohta sedikit emosi karena dia melihat pemuda itu mulai mabuk karena arak.
"Ironis, anak dari Kaisar menjadi seorang pengkhianat bahkan pembunuh terkeji sejarah kekaisaran!" Ohta tertawa keras membuat orang - orang disekelilingnya geram tapi mereka tahu kalau pemuda itu merupakan pendekar dari klan Kuromachi.
Azai berusaha untuk tetap tenang kali ini tetapi ketika dia melihat ke wajah Kakek Hyogoro didepannya, wajah yang dipenuhi amarah sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali Kakek Hyogoro melempar botol arak dan gentongnya kearah wajah Ohta dan Take.
Seluruh orang yang berada diruangan menatap Kakek Hyogoro dengan penuh keheranan tetapi Azai menatap Nagato yang mendengar pembicaraan tersebut.
Nagato yang sedang berdiri di dekat pelayan perempuan di ruang tengah menghampiri rombongan dari Klan Kuromachi dengan tatapan dingin dia melangkahkan kakinya penuh percaya diri.
"Nagato, apa dia berniat memukul ketiga orang ini?" Azai berdiri dan hendak menghentikan Nagato tetapi semua terlambat ketika Take dan Ohta berdiri menatap Kakek Hyogoro.
Ketika Take hendak mengeluarkan pedangnya tangannya dipegang erat oleh Nagato. Perhatian semua orang di ruang tengah mengarah ke arah Nagato yang mendekati rombongan Klan Kuromachi.
Kakek Hyogoro dan Azai terdiam melihat Nagato yang memegang tangan Take dan menggenggamnya dengan erat setelah itu Nagato memutar tangan Take hingga terdengar suara tulang yang hampir patah.
"Bocah, apa maksud tatapanmu itu, apa kau berniat menantangku hah!" Take yang sedang mabuk menatap tajam Nagato dan memegang kerah baju pemuda itu.
Nagato menatap Take dengan penuh amarah kemudian dia mengingat wajah Kazan yang terlihat mirip dengan Take.
"Wajah orang seperti harus kuberi pelajaran!" Nagato tersenyum sinis kemudian memukul wajah Take hingga hidungnya berdarah.
Belum sempat Take bereaksi wajahnya terus dipukul Nagato hingga Ohta datang membantu dan hendak menendang tubuh Nagato tetapi tubuhnya berhenti bergerak.
Nagato berdiri kemudian menatap wajah Take yang babak belur karena telah dipukul olehnya.
"Berdiri!" Nagato menatap dingin Take.
Ohta berkeringat dingin melihat Nagato bahkan Shin kesulitan untuk bergerak karena ada sesuatu yang membuatnya sakit ketika menghirup udara disekitar Nagato.
"Ada apa? Kamu pendekar, kan? Ini anak Pandu yang ingin kau bunuh! Apa kau takut! Pecundang!" suara Nagato terdengar seperti petir yang menyambar tubuh mereka yang mendengarnya.
"Tadi aku dengar kau ingin membunuh ayahku!" Nagato berjalan pelan menghampiri Ohta yang melayang diudara kemudian memukul dan menendang wajah pemuda itu hingga semua orang yang melihatnya tidak berani mendekat apalagi membantu.
Darah mengalir dari wajah Ohta bahkan beberapa giginya lepas karena tendangan Nagato.
"Umurmu lebih tua dariku tetapi hanya segini saja kekuatanmu! Jadi pecundang juga ada batasnya!" Nagato tersenyum sinis sebelum memukul wajah Ohta yang melayang diudara hingga terlempar kearah Azai tetapi sebelum menabrak meja Kakek Hyogoro menendang perut Ohta hingga tersungkur ketanah.
Semua orang yang berada di ruang tengah terkejut melihat seorang pemuda yang memukul wajah anggota Klan Kuromachi.
Semua orang di ruang tengah meninggalkan tempat duduknya dan melihat dari pinggir, pelayan penginapan juga terkejut sementara Azai dan Kakek Hyogoro hanya memperhatikan Nagato.
Nagato menatap Ohta yang tersungkur ketanah kemudian dia membunyikan lehernya sambil kedua tangannya meremas dan bersiap memukul pemuda itu kembali.
"Kalian ingin melihat orang yang bernama Kazan, bukan? Aku berikan contoh pada kalian bagaimana iblis itu membunuh orang yang tak bersalah!" perkataan Nagato membuat semua orang yang mendengarnya menelan ludah karena Nagato terlihat serius ingin membunuh Ohta.
Shin menghadang Nagato dan hendak membicarakan semua ini dengan cara yang baik - baik tetapi Nagato menghiraukan perkataan Shin sambil menatapnya dengan tatapan dingin.
"Akhir - akhir ini aku sedang tidak tahu harus berekspresi seperti apa! Mungkin ini waktu yang tepat untuk melampiaskan amarahku!" Nagato hendak memukul Ohta tetapi tangannya ditahan Kakek Hyogoro dengan mudah.
"Siapa kamu? Lepaskan tanganku!" teriak Nagato kemudian seluruh sisi gelapnya yang terpendam keluar sedikit dari tubuhnya hingga aura hitam dan sosok makhluk mengerikan menampakkan wujudnya kepada Kakek Hyogoro dan Shin.
Sesosok makhluk yang mengerikan, dengan wajah seperti iblis, memiliki rambut putih yang panjang dengan dua tanduk berwarna putih, mulutnya dipenuhi gigi yang tajam dan bergerigi serta lidah yang sangat panjang seperti ular, makhluk itu memegang pedang yang berbentuk bulan sabit yang besar dan panjang dan disekeliling tubuhnya di kelilingi aura hitam pekat yang menyebar.
"Apa itu? Itu bukanlah makhluk dari dunia ini, apa makhluk itu yang merasuki tubuh bocah itu?" Shin berbicara dalam hatinya, dia tidak percaya melihat sesuatu yang begitu asing baginya itu.
"Menarik" Kakek Hyogoro tersenyum tipis, ketika melihat penampakan roh dewa kematian di belakang tubuh Nagato yang sedang tersenyum.
"Kakek, ada urusan apa kau denganku?" Nagato menatap dingin Kakek Hyogoro.
Kakek Hyogoro diam selama beberapa saat menatap tatapan dingin mata Nagato.
"Tenangkan dirimu, jangan biarkan emosi mengambil alih tubuhmu." ucap Kakek Hyogoro lembut kepada Nagato.
Tidak Kuina dan Serlin datang ke ruang tengah dan terkejut melihat Nagato yang terlihat sedang terlibat pertarungan.
Kemudian Kakek Hyogoro memukul ulu hati Nagato hingga anak muda tersebut pingsan dipelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
M Haitami
perasan aku aj atau gmna ini dah kok kyk ada kata yg kurang ya di beberapa kalimat
2021-04-18
1
KANG KOMEN
kalau kuat kenapa gak dari awal aja tu iblis keluar jadi nya kan gak banyak yang mati
2021-04-04
0
Ahmad HendraMadona
tolong d perjelas tor antara anak anak sana remaja.ini anK lima th d bilang pemuda
2020-12-23
0