Kakek Hyogoro menggendong tubuh Nagato kekamar yang dipesan Serlin dan Kuina kemudian merebahkan tubuh anak muda tersebut ke kasur yang ada ruangan kamar. Wajah Nagato terlihat pucat dan tubuhnya terlihat sangat kelelahan.
"Bukankah waktu itu Guru Pandu juga menyegel kekuatan kutukan ini agar tidak keluar?" Azai berbisik pelan ke telinga Kuina, gadis itu hanya menggelengkan kepala karena dia tidak tahu tentang Kutukan Kuno.
"Mereka dari klan kuromachi, bukan?" sahut Serlin duduk mengelus dahi Nagato kemudian Azai menjelaskan situasi yang terjadi ketika dirinya mendengar percakapan mereka.
Kuina dan Serlin terkejut setelah mendengar penjelasan Azai yang menjelaskan tentang buku hitam yang ada wajah Pandu dan Tatsugoro ditangan pemuda yang bernama Ohta.
"Buku ini berisi wajah para penjahat yang tersebar di Benua Ezzo dan dianggap membahayakan Kekaisaran Kai!" Kakek Hyogoro melempar buku hitam kepada Azai.
Kuina dan Serlin mengerutkan dahinya karena orang yang membuat Nagato pingsan sedang berdiri dihadapan mereka.
"Dia Kakek Hyogoro, yang tadi makan bersamaku." Azai menperkenalkan Kakek Hyogoro kepada Kuina dan Serlin karena mereka berdua terlihat waspada.
"Tenang, aku bukanlah orang yang mencurigakan!" Kakek Hyogoro mengangkat kedua tangannya ketika melihat tatatapan tajam Kuina dan Serlin.
"Jadi ini anaknya Pandu ..., tetapi jika dilihat dengan seksama wajahnya yang tampan memang mirip dengan Pandu." Kakek Hyogoro tersenyum menatap Nagato sambil mengelus dagunya.
"Kakek siapa? Bagaimana bisa kakek mengetahui kalau Nagato anak dari Guru Pandu?!" Kuina merasa curiga dengan Kakek Hyogoro begitu juga dengan Azai dan Serlin.
Kakek Hyogoro tersenyum kecut sambil menggelengkan kepalanya dia menjelaskan bahwa kedatangannya ke kota ini hanya untuk membuang perasaan sedihnya dengan meminum arak tetap tak disangka dirinya akan bertemu dengan Nagato dan yang lainnya.
"Bisa dibilang kakek ini adalah ayah dari Tatsugoro ..." Kakek Hyogoro tersenyum namun wajahnya terlihat berduka karena dia juga telah mengetahui kondisi Tatsugoro hanya dengan melihat mereka bertiga.
Azai, Kuina dan Serlin terkejut mendengar perkataan Kakek Hyogoro karena tidak disangka kakek tua pemabuk ini adalah ayah dari Tatsugoro.
Kemudian Azai menjelaskan tentang pelarian mereka dari Azbec hingga ke Kota Fusha dan Azai juga menjelaskan pada Kakek Hyogoro tentang rencana mereka kedepannya.
"Aku adalah guru yang gagal, membiarkan Pandu menderita bahkan aku kehilangan murid dan anak yang sangat berharga bagiku itu!" Kakek Hyogoro terlihat seperti ingin menangis namun dia sadar didepannya ada orang yang sedang melihatnya, malam ini dia berniat melupakan semuanya dengan meminum arak namun takdir berkata lain dia dipertemukan dengan empat orang yang memiliki hubungan dengan Pandu dan anaknya itu.
Kemudian Kakek Hyogoro bercerita sedikit tentang kehidupan dan penyesalannya selama ini, kemudian dia menawarkan kepada mereka bertiga untuk ikut dengannya karena menurutnya tidak aman setelah Nagato memukul salah satu anggota Klan Kuromachi.
Tempat kediaman Kakek Hyogoro adalah salah satu dari tiga hutan tersembunyi di Kekaisaran Kai yang bernama Hutan Cakrawyuha sehingga tempat itu adalah tempat yang paling aman untuk menyembunyikan identitas Nagato.
Tetapi Azai, Kuina dan Serlin masih sulit untuk percaya dengan sebuah kebetulan yang datang secara tiba - tiba ini sehingga mereka bertiga memilih lebih waspada dan menolah ajakan Kakek Hyogoro.
"Kalian terlalu waspada, tenang saja pasti kalian telah mendengar cerita tentang orang ini dari guru kalian" Kakek Hyogoro tersenyum kemudian menceritka murid Pandu yang sekarang mejadi Jendral Kekaisaran Kai dan orang itu bernama Hawk.
Mereka bertiga terkejut mendengar nama Hawk dan kini mereka percaya dengan Kakek Hyogoro dan menerima ajakan tersebut.
Sementara itu di sebuah ruangan kamar yang dipesan oleh anggota Klan Kuromachi, mereka bertiga seakan tidak percaya bahwa akan dipermalukan didepan umum oleh anak muda yang berumur lima tahun.
"Anak itu benar - benar seorang monster, aku tidak ingin berurusan dengannya lagi!" Ohta terlihat ketakutan ketika mengingat apa yang barusan terjadi, dia tidak menyangka dirinya akan mengalami hal seperti itu.
"Tuan Shin, jika aku tidak salah dengar dia memanggil Pandu dengan sebutan Ayah, jika dia memang anaknya maka dia ...." Pria dengan wajah babak belur berniat menyebarkan informasi tentang Nagato. Sedangkan Shin terlihat masih gemetar ketika mengingat sosok yang tak pernah dia lihat sebelumnya, sosok itu seperti mengingatkan ke seluruh sel tubuhnya jika dia berniat melukai Nagato maka dirinya akan menyesal seumur hidupnya, sehingga dia lebih memilih diam.
"Take, apa kau tidak melihat sosok yang ada merasuki anak itu!" wajah Shin begitu berkeringat, dengan suara yang terbata - bata dirinya berniat menyuruh Take agar tetap diam.
"Tuan Shin, kita masih memiliki banyak pendekar muda yang hebat dan berbakat di kubu kita bahkan Klan Kuromachi memiliki jenius muda anak dari Pemimpin Klan, jadi kita tak perlu begitu terkejut dengan kemampuan bocah itu!" belum kapok Take masih bisa tertawa dengan wajahnya yang babak belur penuh luka sedangkan Shin dan Ohta yang mendengar ocehannya memilih untuk diam.
"Take apa kau masih waras?" Shin seolah tidak percaya dengan Take dan menganggapnya sudah tidak waras lagi akibat dipermalukan oleh anak muda yang berumur lima tahun.
Take mengerutkan dahinya merasa geram denga perkataan Shin.
"Tentu saja, aku masih waras!" Aku akan membocorkan identitas bocah sialan itu di pertemuan!" Take menatap tajam Shin
Shin dan Ohta ingin berkata namun sepertinya mereka berdia tidak bisa berbicara karena seolah itu adalah hal yang percuma.
_____
Nagato telah tertidur disamping Kuina dan Serlin bahkan kedua gadis itu menjadikan tubuh Nagato sebagai guling.
Di kamar sebelah, Azai masih merenungkan tentang sikap Nagato yang berubah drastis, dirinya berpikir bahwa mental Nagato telah hancur dan yang paling membuatnya takut adalah Kutukan Kuno Dewa Kematian yang berada ditubuh Nagato.
"Nagato juga tidak ingin terlahir dengan kutukan seperti itu, andai aku yang ada diposisinya aku juga tidak mungkin mau ..." Azai bergumam kecil sebelum tertidur.
Angin malam berhembus dengan tenang dan bulan yang menampakan dirinya untuk menyinari malam, kunang - kunang berterbangan ketika waktu menunjukkan hampir tengah malam kemudian hembusan angin malam membuat hari berganti menandakan awal dari kehidupan yang baru.
Kuina terbangun, kemudian dia melihat ke luar jendela kamar penginapan dan gadis itu mendapati matahari pagi yang mulai menampakkan diri dengan senyuman cahayanya.
Kemudian Kuina meregangkan badannya setelah itu melihat Serlin yang masih tertidur memeluk tubuh Nagato dengan erat.
"Perempuan ini?!" Kuina mengerutkan dahinya melihat tingkah Serlin yang sedang tidur.
Kuina menggoyangkan tubuh Serlin dengan cukup keras tetapi gadis itu hanya menggumam pelan sambil terus mendekap tubuh Nagato yang dirinya kira adalah guling.
"Serlin, bangun! Kita akan pergi pagi ini!" Kuina menggoyangkan tubuh Serlin tetapi gadis itu hanya menggumam pelan.
"Aku sudah bangun ..., sumpah aku sudah bangun, Kuina."
Serlin menggumam pelan sambil memeluk tubuh Nagato.
Kuina yang kesal melihat Serlin menutup hidung gadis itu dengan jarinya.
"Hmm ... rasain." Kuina tersenyum jahat melihat wajah Serlin yang memberontak.
"Uhuk .... uhuk .... Kuina ..." Serlin terbangun dan sebal melihat Kuina yang sedang tertawa karena berhasil membangunkannya.
"Jika aku tidak memakai cara ini, kamu tidak akan terbangun." Kuina tertawa melihat Serlin yang masih terlihat kesal dengannya.
Nagato terbangun karena mendengar dua gadis di depannya sedang berbicara, dia menutup matanya dengan tangan kirinya, berusaha mengingat kenapa dia bisa tertidur di kamar ini.
"Aku berniat mengajak Azai kembali ke kamar tetapi di ruangan itu mereka membicarakan ayahku dan ketika berniat memberi pelajaran pada orang itu tiba - tiba datang seroang kakak yang memukulku." batin Nagato ketika mengingat wajah Kakek Hyogoro yang memukul ulu hatinya dan membuatnya pingsan.
"Nagato?" Serlin melihat Nagato yang terbangun dari tidurnya. Kemudian Kuina bergegas mandi menuju kamar mandi yang ada dikamar penginapan.
Nagato masih sedikit mengantuk kemudian dia juga beranjak mandi di pemandian tetapi dia mengambil handuknya yang tertinggal dikamar sebelah.
"Duh, mereka terlalu terburu - buru!" Serlin berdiri kemudian gadis itu menatap langit yang membentang luas diatas Kota Fusha dari balik jendela.
Nagato memasuki pemandian, disana terlihat sudah ada Azai dan seorang kakek yang kemarin malam memukulnya.
"Nak, kau sudah terbangun rupanya?" Kakek Hyogoro tersenyum kepada Nagato dari kejauhan.
Nagato mengerutkan dahinya karena masih sedikit kesal dengan Kakek Hyogoro yang menghentikannya tadi malam.
"Azai, siapa kakek itu?" Nagato berendam sambil menatap Kakek Hyogoro.
"Kakek Hyogoro, dia adalah ayah dari Tatsugoro." Azai memperkenalkan Kakek Hyogoro kepada Nagato.
Nagato terkejut mendengar karena kakek didepannya adalah ayah dari Tatsugoro kemudian Nagato memperkenalkan namanya kepada Kakek Hyogoro.
"Kagutsuchi Nagato? Nama yang bagus!" Kakek Hyogoro mengelus dagunya kemudian menjelaskan padanya bahwa dia mengajak Azai dan yang lain untuk menetap ditempat tinggal yang berada di Hutan Cakrawyuha selama beberapa waktu. Kakek Hyogoro juga menjelaskan pada Nagato bahwa Hutan Cakrawyuha ada hubungannya dengan Klan Kagutsuchi karena hutan tersebut tidak pernah ditemukan oleh orang lain.
Bahkan beberapa pendekar dari Klan Kagutsuchi juga tidak banyak mengetahui tentang Hutan Cakrawyuha.
Nagato tersenyum mendengar ajakak Kakek Hyogoro entah mengapa dirinya merasa bahwa kakek didepannya membuatnya merasa kembali tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
🔥 🅢🅤🅖🅐🅡 🅓🅐🅓🅓🅨 🔥
anak usia 5 tahun?? kenapa tidak dibikin yg agak rasional kira² umur 12 tahun.
anak umur 5 tahun cuma bisa nangis,makan dan pipis coyyy.mana ada umur 5 tahun sudah bisa Mandi di pemandian sendiri.
jalan cerita bagus tapi MC nya dibuat terlalu karbitan.
2021-05-05
1
Muhammad Taufik
ara ara
2021-02-12
0
Logan
mantapp nih
2020-07-12
0