Awan bergerak dengan cepat, cuaca seketika berubah, mereka berempat memandang Nagato yang terlihat seperti mengendalikan cuaca di langit.
Petir bergemuruh hebat, suaranya begitu keras hingga membuat awan - awan terlihat seperti terbelah, seketika muncul kumpulan petir besar berbentuk Naga terlihat seperti sedang berenang dibalik awan di atas langit yang gelap.
Suara raungannya terdengar begitu keras, ketika muncul kepala naga dibalik awan, mereka berempat terkejut dan berdecak kagum melihat sosok makhluk yang seharusnya sudah punah selama ribuan tahun lalu bahkan makhluk itu hanya dianggap sebagai sebuah mitos namun kini mereka melihatnya sendiri.
Kepala Naga menatap Nagato sebentar kemudian kembali memasuki lautan awan dan sosok itu seperti sedang mengarungi awan - awan disekelilingnya, terdengar suara petir yang keras dan menggelegar.
Nagato mencabut pedangnya dan mengarahkannya ke langit, seketika kumpulan petir berbentuk Naga meraung dan menatap Nagato kemudian Naga itu menyambar dengan cepat ke arah pedang Nagato, membuat semua orang yang melihatnya terkejut.
Kecepatan petir yang melebihi suara itu, menyambar pedang Nagato dengan begitu cepat.
Ketika petir itu menghilang, rintikan hujan mulai turun dibawah Kota Roshima, hujan turun dengan derasnya.
"Nagato?" Kuina terdiam tanpa kata melihat Nagato, aura yang mengelilingi tubuhnya terlihat berbeda.
"Apa barusan Nagato mengendalikan Petir?" ucap Azai yang juga terkejut dan menatap Nagato.
Kakek Hyogoro berdecak kagum melihat Nagato yang terlihat seperti mengendalikan cuaca, Azai dan Serlin juga begitu terkejut melihat anak dari gurunya memiliki kekuatan yang luar biasa.
"Nama yang bagus bocah, namun tubuhmu tidak akan kuat menahan kekuatanku ini, aku tunggu kau beranjak dewasa dan bertambah kuat hingga kita mampu bertarung bersama suatu hari nanti!" suara itu menghilang, bersama suara rintikan hujan yang membasahi Kota Roshima.
Nagato memejamkan matanya, air mata mulai mengalir membasahi wajahnya, entah mengapa suara tersebut seperti sosok pengganti ayahnya, dadanya terasa sakit, dia berteriak sekeras mungkin, pemuda itu ingin melampiaskan seluruh emosi yang dia tahan selama ini.
Mereka berempat melihat Nagato yang terjatuh sambil tangannya memegang erat dadanya, dirinya terlihat begitu rapuh ketika dalam keadaan seperti itu.
Nagato menggigit bibirnya dengan keras hingga berdarah, namun kesedihannya tidak mampu untuk ditahan, air mata terus mengalir dipipinya, hujan semakin deras hingga suara Nagato tidak terdengar disekelilingnya.
Kakek Hyogoro mengajak Azai dan yang lainnya untuk memeriksa keadaan di Kota Roshima.
Azai dan Serlin beranjak pergi bersama Kakek Hyogoro, mereka ingin menghibur Nagato namun mereka seperti tidak sanggup melihat Nagato yang menangis, sementara Kuina melangkah ke tempat Nagato, gadis itu memeluk Nagato, melihat pemuda didepannya menangis, Kuina juga ikut meneteskan air mata.
Nagato mengingat beberapa bulan yang lalu, ketika dia hidup bersama orang tuanya namun kini hanya tinggal sebuah cerita, kini yang tertinggal hanya cerita dan angan, jarak antara dirinya dan kedua orang tuanya terpisah oleh dua dunia yang berbeda, terpisah oleh sebuah jarak, jarak yang memisahkan rindu yang berserak.
Kesepian perlahan mulai menyeruak masuk kedalam seluruh sel tubuhnya, Nagato memeluk tubuh gadis didepannya dengan erat, dia menumpahkan seluruh air matanya, dia memejamkan matanya, dirinya menikmati suasana itu, suasana yang membuatnya ingin menjerit.
Nagato menangis, dia mengingat ketika Kazan membakar hutan tempat tinggalnya, dan sesaat dirinya seperti melihat bayangan ketika dia dikejar oleh anggota Disaster yang merupakan bawahan dari Kazan.
"Ibu, kenapa mereka mengejar kita? Mengapa mereka berteriak akan membunuh kita? Apa kita melakukan hal yang salah kepada mereka?" Suara Nagato ketika dirinya dikejar oleh kelompok Kazan terdengar didalam ingatannya sendiri.
"Kita tidak melakukan hal yang membuat mereka membenci kita ... Nagato." suara ibunya yang terdengar lembut dan lirih itu membuatnya menangis, hatinya merasakan sakit yang luar biasa.
"Nagato, ingat bahwa kamu tidak sendiri di dunia ini, suatu saat kamu pasti mempunyai teman yang akan mengerti dirimu, tidak apa jika kelak dirimu merasakan gundah menuntun bersama waktu, tapi kamu jangan biarkan perasaan gundah dan resah merasukimu, jika kau dikalahkan oleh perasaan itu, maka nyalakan api didalam hatimu, dan kamu harus ingat bahwa ibu akan mengawasimu dari dalam hatimu itu." Suara ibunya yang lembut dan terdengar seperti ingin menangis itu membuat Nagato larut dalam kesedihannya dia memeluk tubuh Kuina lebih erat dan membenam wajahnya pada dada Kuina.
"Apa maksudmu ibu? Aku tidak mengerti, dan kenapa ayah juga diincar oleh mereka?" ucap Nagato yang polos saat itu dirinya tidak mengerti perkataan ibunya.
"Ayahmu adalah orang yang hebat, ingat kata ibu Nagato, walau sesakit apapun itu bagaimanapun juga kau harus tetap hidup, suatu saat kau akan hidup dipenuhi rintangan, tetapi sesulit dan sesakit apapun itu kau harus tetap berjalan ke depan Nagato." suara ibunya kini terdengar pelan dan tertahan, Nagato melihat ibunya mengeluarkan air mata.
"Suatu saat kau harus membebaskan negeri ini, Nagato ..."
"Ibu, ingin melihatmu tumbuh dewasa namun ..."
"Ibu!" Nagato melihat tubuh perempuan yang dipeluknya, dia melihat Kuina yang menangis sambil memeluknya.
"Jadi itu semua hanya halusinasi." Nagato berkata dalam hati kemudian dia menutup matanya, dirinya kehilangan tenaganya.
Tak lama kemudian Kakek Hyogoro, Azai dan Serlin datang menghampiri mereka berdua kemudian Kakek Hyogoro mengatakan pada Kuina bahwa tidak ada satupun warga kota yang selamat dan mereka hanya menemukan ibu dari anak perempuan yang diselamatkan oleh Kakek Hyogoro, kemudian mereka telah menguburkannya.
Kuina melepas pelukan Nagato, dia melihat anak dari gurunya sudah tertidur, tubuhnya terlihat begitu kelelahan.
"Ayah .., ibu .. jangan tinggalkan aku sendiri." gumam Nagato pelan yang tertidur, mereka berempat yang mendengar itu menjadi ingin menangis namun mereka berusaha menahannya.
Ketika Kuina mengusap air mata Nagato, perlahan hujan mulai berhenti, di bawah langit malam, tidak ada satupun bintang yang menampakkan diri, langit seperti sedang berduka, pemandangan kota kecil yang kini berubah menjadi Kota Mati yang telah mengering dan membisu hanya meninggalkan cerita yang didalamnya kini telah tiada.
Malam berlalu dengan tenang hembusan angin yang berduka menerpa tubuh manusia yang sedang tertidur dibawah langit yang tak berbintang. Malam yang tenang menghilang secara perlahan ketika sang surya terbangun dari tidur malamnya dan memancarkan cahayanya yang membuat embun menguap lenyap tak bersisa karena kehangatan sinar sang surya.
Nagato terbangun dari tidurnya, dia melihat Kuina dan Serlin yang sedang mengobrol disampingnya.
"Kenapa badanku pegal semua?" batin Nagato menghela nafas panjang sambil berusaha bangkit dari tidurnya.
"Sudah bangun Nagato? Kakek Hyogoro datang menghampiri Nagato, kemudian dia memanggil yang lain untuk berkumpul.
Kuina dan Serlin duduk disamping Nagato, tak lama kemudian Azai juga datang untuk bergabung.
Setelah semua berkumpul, raut wajah Kakek Hyogoro terlihat serius, tak lama dia menjelaskan bahwa pelaku penyerangan Kota Roshima adalah sebuah kelompok yang dibentuk oleh mantan Tujuh Dosa Besar Mematikan.
Kakek Hyogoro menunjukkan robekan baju yang disitu ada lambang tengkorak dan bulan sabit berwarna merah, lambang itu mirip milik Organisasi Tujuh Dosa Besar Mematikan.
Kemudian dia juga menjelaskan bahwa sepuluh tahun yang lalu ada rumor yang mengatakan bahwa salah satu anggota kelompok organisasi tersebut keluar karena terjadi pertengkaran sesama anggota dalam organisasi itu.
"Ini adalah lambang Sekte Pemuja Iblis kelompok yang dibentuk oleh mantan Tujuh Dosa Besar Mematikan, sepuluh tahun yang lalu, Pandu pergi dari ibu kota Kekaisaran dan beberapa hari kemudian muncul kelompok ini mereka menyerang kota dan desa, aku dengar kelompok ini memiliki beberapa markas rahasia di Benua Ezzo!" Kakek Hyogoro terlihat begitu serius, karena dirinya tidak menyangka mereka akan kembali melakukan pergerakan di Kekaisaran Kai, setelah lima tahun mereka tidak pernah muncul kembali.
Nagato terkejut mendengar perkataan Kakek Hyogoro, dirinya merasa menemukan beberapa kepingan petunjuk yang menuju sebuah kebenaran.
"Kemungkinan mereka yang membantai seluruh Marga Kagutsuchi!" batin Nagato dengan senyuman tipis yang menyungging diwajahnya dia juga meihat dengan matanya sendiri kekejaman yang mereka lakukan dengan membakar Kota Roshima menjadi lautan api.
Tak lama kemudian, Kakek Hyogoro menjelaskan bahwa Organisasi Tujuh Dosa Besar Mematikan mengincar seseorang dengan kekuatan yang misterius dan orang dengan tubuh yang spesial atau istimewa untuk melakukan sebuah ritual yang kelompok itu lakukan.
"Kemungkinan kelompok yang didirikan mantan anggota Tujuh Dosa Besar Mematikan juga melakukan hal yang sama, aku berasumsi bahwa kelompok ini yang menyerang Klan Kagutsuchi!" Kakek Hyogoro menatap tajam mereka berempat dan menyuruh Nagato untuk tidak bertindak gegabah ketika dewasa nanti karena kemungkinan besar mereka akan mengincar sesuatu yang ada didalam tubuh Nagato.
Ketika suasana terlihat serius, tak lama seorang anak perempuan terbangun dari tidurnya.
"Ah ... aku berada dimana?" gadis kecil itu berdiri kemudian melihat sekelilingnya dia terkejut melihat kota tempat tinggalnya telah menjadi reruntuhan kota yang hangus terbakar.
Gadis kecil itu menangis dengan keras dia kelihatan begitu syok, mereka berlima menghampiri sosok gadis kecil yang menangis itu.
Serlin memeluk gadis kecil yang sedang menangis itu, Serlin juga merasakan hal yang sama ketika Kazan menyerang Kerajaan Azbec bersama Black Madia dan para penyihir hitam yang berkhianat di Kerajaan Azbec, mereka melakukan pembunuhan massal kepada penyihir kerajaan dan beberapa penyihir dari guild penyihir di Kerajaan Azbec.
"Ayah ..., Ibu ... semuanya telah tiada!" suara dari gadis kecil tersebut terdengar begitu menyakitkan, tangisannya terdengar begitu sendu, dari ribuan orang hanya dia yang bertahan hidup kenyataan yang begitu menyakitkan membuat semua orang yang melihat anak perempuan itu turut berduka.
Mendengar tangisan dari gadis kecil yang menangis didepannya, Nagato membulatkan tekadnya untuk membasmi para kelompok yang melakukan penyerangan seperti ini, dirinya tidak ingin melihat orang lain merasakan perasaan yang menyakitkan seperti ini lagi.
"Harus ada orang yang mengotori tangannya untuk membasmi manusia yang memiliki sifat seperti iblis!" batin Nagato yang sedang menatap tajam gadis kecil didepannya.
Gadis kecil tersebut memeluk tubuh Serlin dengan begitu erat, dia menangis sekeras - kerasnya, air mata mengalir dengan deras di pipinya.
Setelah beberapa saat kemudian perlahan gadis kecil itu mulai terlihat tenang, Serlin mengusap air mata yang membasahi pipinya. Tak lama kemudian gadis kecil itu berdiri dan menatap Kota Roshima yang telah hangus terbakar.
Mereka membiarkan gadis kecil tersebut untuk menyendiri, dia pergi menuju makam ibunya yang telah dikuburkan oleh Kakek Hyogoro, dia menangis didepan makam ibunya dan setelah beberapa menit dia mendoakan ibunya yang telah tiada agar tenang di alam sana. Dengan langkah yang pelan dan tertatih gadis kecil itu menghampiri Serlin dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
Kakek Hyogoro mencoba menjelaskan kepada anak perempuan itu dan meminta maaf karena dirinya tidak datang lebih cepat ke Kota Roshima.
Gadis kecil itu mencoba untuk tersenyum, dan berterima kasih kepada Kakek Hyogoro karena telah menyelamatkannya.
"Aku akan menjaga kehidupan yang telah diberikan oleh ibuku ..." gadis kecil itu mencoba tersenyum walau hatinya sedang sakit dan goyah. Karena hanya senyuman yang bisa menyembunyikan perasaan tetapi Nagato yang melihat itu entah mengapa dirinya juga tidak menyangka ada orang yang bernasib sama dengannya.
"Perkenalkan namaku, Novelitha, biasa dipanggil Litha ..." gadis kecil itu memperkenalkan diri kepada mereka berempat, sedangkan Kakek Hyogoro yang sudah mengetahuinya hanya diam dan mendengarkan karena dirinya berteman baik dengan ayah dari Novelitha.
"Namaku Azai ..."
"Namaku Serlin Si Penyihir Cantik." Serlin memperkenalkan diri sambil membuat kembang api kecil dengan sihirnya.
"Namaku Kuina."
"Aku Nagato."
Kakek Hyogoro berniat menanyakan kejadian yang menimpa Kota Roshima kepada Litha namun dirinyaa sadar bahwa ini bukanlah waktu yang tepat.
"Aku akan pergi mencari makanan." Azai beranjak pergi namun Kakek Hyogoro menghadangnya.
"Lebih baik kita melanjutkan perjalanan kembali, sekitar setengah hari dari sini ada kota kecil, kita bisa makan disana!" Kakek Hyogoro menjelaskan kepada mereka yang didepannya.
"Setengah Hari?!" Serlin sedikit terkejut.
"Lebih baik kita sarapan dulu kek?" Kuina berusaha membujuk Kakek Hyogoro.
"Oh iya, bekal yang diberikan Kyla gadis dari Desa Timun masih ada." Serlin mengeluarkan bekal yang ada di sihir penyimpanannya.
"Sihirmu ternyata bisa berguna juga." Azai tertawa terbahak - bahak, Serlin kemudian membagikan secara rata daging ayam goreng kepada mereka namun hanya Azai sendiri yang tidak mendapatkannya.
"Bagianku mana!" Azai mengulurkan tangannya kepada Serlin.
"Anda siapa?" Serlin memalingkan wajahnya, wajah gadis itu cemberut karena Azai mengejek sihirnya.
Litha yang melihat Azai berniat memberikan daging ayam bagiannya tetapi Azai menolaknya. Serlin tersenyum melihat Litha yang peduli pada orang lain.
"Litha, kamu makan yang banyak karena perjalanan kita masih jauh, dan kamu juga Nagato!" Serlin memberikan saran kepada Litha dan Nagato.
"Iya kak." Litha menjawab pelan kemudiam gadis kecil itu memakan daging ayamnya. Nagato hanya diam sambil memakan daging ayamnya dia sedang memikirkan sesuatu tentang kekuatan petir yang menurutnya itu adalah kekuatan yang mematikan dan bisa menjadi senjata berharganya suatu saat nanti.
"Kuina, barusan dia memanggilku dengan sebutan kak." Serlin berbisik ditelinga Kuina, membuat gadis itu tersedak karena mendengar perkataan Serlin. Gadis itu merasa heran dengan sifat temannya itu yang terkadang terlihat begitu senang karena hal sepele.
"Litha, apa kau mau ikut dengan kakek?" Kakek Hyogoro mengajak Litha untuk pergi bersamanya, dirinya telah selesai memakan daging ayam.
Litha hanya mengangguk pelan, gadis kecil itu melirik Nagato yang terlihat tenang dan masih diam di samping Azai.
"Lumayan untuk mengganjal perut, ya kan Nagato?" Azai menggoda Nagato.
Nagato terdiam dan menyantap daging ayam bagiannya yang terakhir. Setelah melihat Nagato selesai makan Azai bertanya pada Nagato karena bagaimanapun dia penasaran dengan kekuatan petir yang Nagato gunakan tadi malam.
"Nagato, mengenai kekuatan yang kau gunakan kemarin, apa kau memiliki kekuatan untuk mengendalikan cuaca?" Azai bertanya kepada Nagato, membuat mereka berempat yang mendengarnya tersedak.
"Bodoh Azai, berbicara tanpa berpikir panjang! Lihat waktu yang tepat jika ingin bertanya!" Serlin mengumpat dalam hati mendengar perkataan Azai.
Nagato terdiam selama beberapa saat sebelum menjawab pertanyaan Azai.
"Oh ... itu adalah roh yang mengaku menjadi rekanku." dengan tenang Nagato mnejawab pertanyaan Azai kemudian dia menatap langit dengan senyuman tipis.
"Nagato kau jangan memasang muka seperti itu, sial! Aku jadi makin penasaran" batin Azai, dirinya terlihat ingin bertanya tapi sepertinya Nagato tidak berbohong soal perkataanya.
"Rekan? Jangan bilang kutukan kuno itu" batin Kuina ketika mendengar jawaban Nagato.
"Kemungkinan itu Sihir pengendalian cuaca, lagi pula dia anak dari Tuan Putri Sarah, jadi tidak mengherankan bagi penyihir sepertiku!" Serlin larut dalam khayalannya.
"Apa kekuatan pedang milik Pandu sudah mengalami pembangkitan, tidak kekuatan kemarin malam itu terlihat berbeda!" Kakek Hyogoro mengerutkan dahinya, sambil mengingat sosok Naga Petir kemarin malam yang membuat mereka penasaran.
Sementara Litha menatap Nagato, gadis kecil itu ingin berbicara dengannya, namun sepertinya Nagato terlihat dingin.
Nagato melihat Litha yang sedang menatapnya, dirinya ingin tersenyum namun justru dia malah menatap dingin Litha, membuat gadis itu jadi salah tingkah karena ditatap Nagato.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Nardo Alknight
semangat thorr
2020-11-04
2
nadia
duh kasihan autornya -____-
uda 300 chapter lebih tp belum ada 1jt view.
padahal tiap chapter aja lebih dari 2rb kata kayaknya..
2020-09-01
1
Temu Rose
komen 11
2020-06-18
0