Sebelum Azai, Kuina , Serlin dan Nagato meninggalkan penginapan, para pelayan penginapan berbaris mereka tersenyum kepada Nagato.
"Terima Kasih, Tuan Muda atas kunjungannya di Penginapan Kincir Angin."
"Semoga Tuan Muda selalu diberikan kesehatan."
Puluhan pelayan perempuan tersenyum lembut pada Nagato bahkan ada beberapa dari mereka sedikit tertarik dengan ketampanan Nagato .
Namun Nagato hanya tersenyum tipis dan menatap puluhan gadis yang menyapanya dengan tatapan dingin tidak peduli.
Ketika mereka sampai diluar penginapan, Kakek Hyogoro yang sudah menunggu mereka. Kemudian Nagato menyapa Kakek Hyogoro diikuti Azai, Kuina dan Serlin.
"Kita akan pergi ke sebuah hutan yang berbentuk lingkaran tempat itu jaraknya cukup jauh, jadi lebih kita mengisi perbekalan makanan dan sarapan di kedai makan." Kakek Hyogoro mengajak mereka untuk pergi ke kedai makan di pusat Kota Fusha.
"Tuan Muda, tunggu sebentar." para pelayan berteriak mereka masih berbaris di depan penginapan, kehadiran Nagato membuat mereka sedikit kagum kepada anak itu, selain wajah yang tampan tatapan mata Nagato yang terlihat begitu dingin membuat gadis - gadis pelayan penginapan merasa tertantang mendekati anak muda yang berumur lima tahun itu.
"Jangan bilang, mereka juga tertarik pada Nagato?" Serlin angkat bicara, gadis itu berpikir para pelayan jatuh cinta kepada Nagato, kemudian dia menghadang salah satu pelayan yang berlari ke arah Nagato.
"Tunggu, kamu berhenti disitu, aku tidak akan membiarkan kalian mendekati Nagato!" Gadis penyihir itu kembali kumat, Kuina berjalan ke arah Serlin dan memukul pelan kepalanya.
"Bodoh, ingat umurmu penyihir aneh! Apa kau tidak merasa malu bertingkah seperti itu?" Kuina hanya menggelengkan kepalanya kemudian dia meminta maaf pada salah satu pelayan perempuan yang dihadang oleh Serlin.
Pelayan itu membungkuk pelan dan tersenyum tipis kemudian menjelaskan kepada mereka bahwa dia hanya ingin memberikan bekal makanan yang dibuat oleh beberapa pelayan untuk Nagato.
Nagato berjalan mendekati pelayan perempuan tersebut dan mengambil bekal makanan dari genggaman tangannya.
"Terima kasih sudah repot - repot membuatkan bekal makanan untukku." Nagato tersenyum tipis kepada pelayan itu, dan menerima bekal makanan yang diberikan olehnya. Pelayan perempuan tersebut merah merona melihat senyuman Nagato.
"Hati - Hati di perjalanan Tuan Muda, semoga keselamatan selalu menyertai Tuan Muda!" pelayan itu membungkuk kemudian melambaikan tangannya pada Nagato.
Kemudian Nagato berjalan bersama Kakek Hyogoro dan yang lainnya menuju kedai makan. Nagato menyerahkan bekalnya kepada Serlin kemudian gadis itu menerima bekal itu dan membawanya.
Kakek Hyogoro tersenyum melihat tingkah Nagato yang membuat beberapa pelayan perempuan tertarik padanya entah mengapa dirinya penasaran dengan Nagato ketika anak muda itu tumbuh dewasa.
Suasana pagi hari di Kota Fusha terlihat begitu damai dan tenang, ketika mereka hendak memasuki kedai makan seketika muncul orang yang memakai pakaian serba hitam dan di lengan bajunya ada sebuah kain putih yang diikat dan didadanya ada lambang burung gagak.
"Tuan dan Nona, apa kalian tertarik membeli Koran dari Surat Kabar Burung Gagak? Tukang Koran itu menawarkan koran kepada mereka. Kemudian Kakek Hyogoro membeli satu koran seharga dua koin perak, setelah itu mereka baru memasuki kedai makan.
Tempat itu masih sepi belum banyak pengunjung yang datang untuk sarapan pagi di kedai makan pusat kota, Azai dan Serlin memesan makanan dan minuman sedangkan Kakek Hyogoro duduk santai dikursi membaca koran yang barusan dia beli.
Kakek Hyogoro yang hidup di Benua Ezzo salah satu dari Benua Tak Terjamah di dunia hanya bisa bersyukur masih bisa melihat berita terbaru dari dunia luar dengan membeli koran ini.
"Orang ini walau termasuk lima penguasa yang termasuk dalam penjahat terbesar di dunia namun kelompok ini membebaskan beberapa negara yang di jajah oleh Kekaisaran Bahamut, mereka kelompok yang berani menantang salah satu negara adidaya di dunia ini, sedangkan kelompok yang satu ini membuat keributan di wilayah Ratu Iblis!" Kakek Hyogoro menggumam pelan kemudian menikmati kopi yang barusan dirinya pesan.
Pelayan kedai makan datang membawa makanan dan minuman, tanpa basa - basi mereka memakan makanan yang sudah mereka pesan, Kakek Hyogoro menaruh koran itu di meja kemudian Nagato mengambilnya karena penasaran dia membaca koran tersebut.
Nagato juga kagum dengan kelompok yang setara dengan Kazan namun kelompok itu terlihat seperti memusuhi Kekaisaran Bahamut karena mereka hanya menyerang wilayah yang dijajah oleh kekaisaran tersebut, bahkan mereka secara terang - terangan menantang beberapa negera di dunia yang mempunyai pengaruh besar di Aliansi Bangsa - Bangsa.
"Nagato, makan yang banyak kita akan melakukan perjalanan yang cukup jauh." Kuina memberikan saran kepada Nagato, sambil makan dirinya membaca koran dan membuka lembar berikutnya ketika membaca artikel yang ada di koran tersebut dia tersedak. Nagato membaca artikel koran tentang Kazan, dirinya benar - benar terkejut melihat poster buronan anggota Kazan yang rata - rata dari mereka memiliki kekuatan yang mengerikan.
"Rata - rata dari mereka memiliki kekuatan tipe bencana bahkan mereka berniat melakukan uji coba Air Suci untuk menambah jumlah pasukannya!" Nagato hanya tersenyum dingin sebelum menaruh koran tersebut diatas meja.
Setelah selesai sarapan pagi, Serlin hendak membayar namun Kakek Hyogoro sudah membayar makanan mereka, kemudian mereka melanjutkan perjalanan untuk meninggalkan Kota Fusha. Nagato memandang Kota Fusha sebelum dirinya meninggalkan kota tersebut.
Penjaga yang melihat rombongan Nagato hanya tersenyum dan membungkuk memberi salam kemudian membiarkan mereka melewati gerbang Kota Fusha.
"Kita akan melakukan perjalanan yang cukup jauh, aku ingin lihat apakah kalian berempat mampu mengejarku?!" Kakek Hyogoro mengelus dagunya sambil memandang keempat orang di depannya.
Nagato hanya tersenyum tipis sambil menatap langit yang membentang luas diatas dirinya merasakan perasaan hangat yang menghampiri dirinya.
Sebelum pergi Kuina memberikan pedang milik Pandu kepada Nagato kemudian gadis itu menjelaska pada Nagato tentang orang misterius yang memberikan pedang ayahnya.
Nagato hanya tersenyum kemudian menaruh pedang milik ayahnya dipingganngnya setelah itu mereka berlari mengikuti Kakek Hyogoro yang berlari melangkahkan kakinya dengan cepat. Walau langkah kaki Kakek Hyogoro tidak terdengar suara pijakan tanah dari sendalnya tetapi Nagato bisa mengerti bahwa Kakek Hyogoro bukanlah orang yang sembarangan.
Nagato juga menyadari bahwa langkah itu benar - benar terlihat lembut namun juga begitu cepat, sementara Azai, Kuina dan Serlin hanya berdecak kagum melihat Kakek Hyogoro mereka bisa merasakan kalau kakek didepannya memiliki kekuatan yang luar biasa namun entah mengapa dia menyembunyikannya.
"Nagato, apa kau merasa lelah?" Azai melirik Nagato disampingnya sambil dia memperlambat langkah kakinya.
"Tidak, ini belum seberapa." Nagato tersenyum dia mempercepat langkahnya, di pinggangnya pedang milik ayahnya terlihat jelas, pedang yang memiliki bilah yang unik dan tidak terlalu besar itu adalah bukti peninggalan terakhir dari ayahnya maupun Klan Kagutsuchi.
Mereka terus berlari hingga sampai di sebuah hutan, kemudian mereka melihat Kakek Hyogoro melompat ke pohon yang tinggi dia terlihat seperti menatap sesuatu dari tempat itu.
"Desa?" Kakek Hyogoro melihat sebuah desa dari kejauhan dia berniat ingin pergi ke desa itu walau berbeda arah dengan tempat yang dituju olehnya, firasatnya seolah mengatakan ada sesuatu yang terjadi di desa tersebut.
"Ayo kita lanjutkan perjalanan kita!" Kakek Hyogoro melompat kemudian berlari dengan cepat, mereka berempat mengikuti Kakek Hyogoro dari belakang. Serlin juga merasakan di depan meraka ada beberapa orang dengan nafsu membunuh yang cukup kuat, gadis itu merasa sedikit mengerti dengan tindakan Kakek Hyogoro.
Kakek Hyogoro berhenti, dia menatap puluhan orang didepannya, mereka memakai senjata tajam seperti pisau kecil dan pedang, ada beberapa orang yang bersembunyi dibalik pepohonan menggunakan busur panah.
"Kakek, apa kau ingin pergi kedesa itu? Kuperingatkan sebaiknya kau jangan pergi ke arah sana! Jika kau masih sayang dengan nyawamu!" Seorang pria yang terlihat berumur tiga puluhan tahun membawa sebuah pedang menghampiri Kakek Hyogoro sambil tersenyum merendahkan.
Kakek Hyogoro yang merasa ada sesuatu yang tidak beres dia dengan santai melangkah maju namun dirinya ditahan dengan pedang oleh pria yang memberi peringatan kepadanya.
"Kakek, bukankah sudah kuperingatkan!"
"Sepertinya kita harus melakukan pekerjaan kita!"
Puluhan orang berdiri menghampiri Kakek Hyogoro, mereka semua mengelilinginya, sadar akan dirinya yang ingin dibunuh oleh kelompok didepannya Kakek Hyogoro hanya tersenyum tipis sambil mengelus dagunya.
Beberapa orang maju mengayunkan pedangnya ke arah Kakek Hyogoro namun mereka semua terjatuh ketika Kakek Hyogoro mendaratkan pukulan telak keperut mereka, gerakan yang begitu cepat dan gesit setiap langkah gerakannya dipenuhi seni membuat orang yang hendak menyerangnya tidak bisa mengikuti kecepatan Kakek Hyogoro.
" Kakek ini bukanlah orang biasa!"
"Kita bunuh dia secara bersamaan!"
"Sirih." Serlin mengolah pernafasan sambil merapalkan mantra sihir gadis itu menatap puluhan pemanah yang sedang bersembunyi.
"Wahai leluhur hutan suci, Sang pembawa takdir, salju putih seputih pegunungan di utara, pinjamkan aku kekuatan sang roh angin, suara dari angin utara, suara yang membawa badai, menghembuskan dan menghancurkan, Musnahkan mereka semua!"
"Cincin Angin Suci."
"Holy Wind Arrows!"
Puluhan panah muncul seketika diatas orang yang hendak menyerang Kakek Hyogoro dan pemanah yang sedang bersembunyi terkena panah ditubuhnya sehingga mereka keluar mengerang kesakitan kemudian Serlin datang dan menggunakan sihirnya untuk menciptakan hujan panah.
Kakek Hyogoro mengelus dagunya sambil tersenyum tipis dia melihat permainan sihir dari Serlin.
"Ada seorang penyihir!"
"Sial! Kakek itu tidak datang sendirian!"
Mereka terlihat panik, beberapa orang hendak melarikan diri namun mereka dihadang oleh Kuina dan Azai dan dalam sekejap kedua orang yang menghadang menyerang mereka. Azai maju dan menyerang mereka menggunakan pedangnya, Kuina juga maju menyerang.
Orang - orang itu bukan tandingan mereka berdua, salah satu orang dari kelompok itu melihat pemuda yang berumur lima tahun sedang mengamati mereka bertarung dari pinggiran pohon.
"Aku akan menjadikanmu sandera!" Seorang pria berteriak lantang ke arah Nagato.
Nagato hanya tersenyum, kemudian dia memegang pedang yang masih tersarung dipinggangnya, ketika orang itu hendak menangkapnya, Nagato sudah dibelakang orang tersebut, dia menyentuh punggung orang yang menyerangnya, kemudian dia melompat dan memukul lehernya.
Kakek Hyogoro sedikit terkejut, begitu juga dengan mereka bertiga, tak lama kemudian Kakek Hyogoro memeriksa tubuh orang - orang yang menyerangnya, ketika dia membuka baju salah satu orang yang mati karena pukulan telaknya, dirinya terkejut melihat lambang serigala yang ada di badan orang tersebut.
Serlin menghampiri Kakek Hyogoro kemudian dirinya mendengarkan penjelasan kelompok orang yang barusan dia bunuh adalah kelompok perampok Serigala Hitam.
"Mereka adalah sekumpulan perampok yang menyerang desa - desa kecil di Kekaisaran Kai, kelompok ini dikenal dengan julukan Serigala Hitam, entah mengapa perampok kelompok ini akhir - akhir ini selalu menculik warga desa namun yang mereka culik bukan gadis - gadis desa seperti para perampok pada umumnya, kelompok ini hanya menculik lelaki diseluruh desa yang ada di Kekaisaran Kai!" Kakek Hyogoro menunjukan lambang yang ada ditubuh orang yang sedang diperiksanya.
Kuina dan Azai menghampiri Kakek Hyogoro untuk melihat lambang Serigala Hitam.
Mereka berempat merasakan bahwa kelompok perampok ini sedang berada di desa terdekat, sehingga mereka bergegas pergi menuju desa terdekat dan Nagato hanya mengikuti mereka berempat dari belakang.
Kakek Hyogoro melangkah dengan begitu cepat, dirinya terlihat begitu sangat tergesa - gesa karena dia tidak ingin terlambat untuk menyelamatkan warga desa.
"Kakek Hyogoro, sepertinya dia terlalu tergesa - gesa!" batin Azai kemudian dia ikut mempercepat langkah kakinya.
Nagato juga ikut mempercepat langkahnya, kemudian diikuti dua gadis yang berada disampingnya.
Nagato tersenyum karena dirinya ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri sesuatu yang dilindungi oleh ayahnya yaitu seluruh Kekaisaran Kai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 341 Episodes
Comments
Temu Rose
haha
2020-06-18
0
Temu Rose
komen 8
2020-06-18
0