Dewa Terakhir
@@
Puji syukur kehadirat Ilahi Robbi yang mana dengan kuasa dan kehendak-Nya kita masih diberi nikmat sehat lahir dan batin.
Sekedar pengantar saja,
Cerita ini terilhami dari pertanyaan-pertanyaan sejarah sampai sains.
Seperti,
"Apakah kita (manusia) adalah satu-satunya makhluk cerdas berkebudayaan di bumi ini?"
"Benarkah manusia berasal dari kera?"
"Apakah raksasa itu pernah ada?"
"Apakah Hobbit/kurcaci/tuyul itu juga pernah ada?"
"Apakah perang Baratayudha itu hanya mitos? Atau benar pernah terjadi?"
"Benarkah dulu ada peradaban yang sudah maju namun punah?"
"Benarkah mahluk cerdas dari planet lain pernah berkunjung ke bumi?"
"Bahkan kita masih bertanya-tanya, benar gak sih alien itu ada?"
Cerita ini memang bukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Tapi mari berbagi cerita dan berbagi pendapat sains dan sejarah.
Manusia adalah makhluk pencerita. Bahkan sejak kita bocah, ini boneka aku, itu boneka kamu. Aku jadi ibunya dan itu kamu jadi anaknya.
Jadi, jangan terlalu dianggap serius. Mari kita berbagi cerita,
@@
semoga cerita ini memberikan kesan tersendiri saat di rumah saja,
@@
Jangan lupa komentar, like & share-nya yah (^-^)
@@

1
Seorang Raja berjalan tertatih menuju sebuah ruangan gelap.
"Plarr! Plarr!!" derap kakinya menggema di sepak lorong batu yang gelap. Memecah sunyi.
Hanya ia yang tahu ruang itu. Ruang berdinding batu yang tebal. Lantai batu yang dingin. Hitam, Kusam dan kotor. Seperti sebuah tempat yang lama tidak ditempati atau dikunjungi.
Di luar, di atas arena susunan batu yang luasnya 10 kali Borobudur dan tingginya seratus meter, awan hitam menggulung-gulung seperti air comberan yang di aduk-aduk dengan kasar. Petir dan Guntur menggenapi kesuraman hari.
Seseorang Berlari melewati lorong gelap yang tadi di lewati sang Raja dengan teriak kebencian yang menggema.
Di atas, di lingkungan arena gladiator Orang-orang sibuk menyelamatkan diri, seperti kerusuhan penonton sepakbola atau keseruan segera berubah menjadi bencana alam.
***
13.000 TAHUN KEMUDIAN
***
2
***
Seorang Gadis bernama Della membuka slot kunci jendela kamarnya yang langsung menghadap ke halaman depan. Hari masih subuh dan orangtuanya masih terlelap. Perlahan sekali ia buka slot jendela itu, bahkan bunyi 'klik' pun tidak ingin ia dengar. Di luar, Jordy dan dua teman lainnya sudah menunggu dengan cemas di atas Jeep.
Kaki Della yang sudah mengenakan celana jeans dan sepatu gunung pun nongol. Tidak lama kemudian dengan sangat hati-hati seluruh tubuhnya keluar dari jendela. Della menghela napas. Tapi begitu ia menjauh dari jendela ia tertarik ke belakang, hampir terjatuh.
"Aduh!"
Rupanya ada tali di tasnya yang tersangkut slot jendela. Buru-buru ia buka dan berlari. Teman-temannya menyambut dengan lega dan senyap.
"Yes!"
***
3
***
Seorang mahasiswa semester akhir melakukan pendakian sendiri. Sepatu boot-nya menapak pasti di hutan becek yang penuh akar dan bebatuan. Licin dan penuh dedaunan yang sudah lapuk. Satu dua serangga kecil menghindari langkahnya.
"Ibu sudah putuskan, semua aset Ayahmu ini ibu lelang. Toh demi kamu juga." ucapan ibunya itu terngiang terus di telinganya. Kekecewaan dihatinya begitu besar. Sampai-sampai ia berpikir, kenapa dua manusia bisa bersatu dengan latar belakang yang sangat berbeda dan menghasilkan dirinya. Ia terus melangkah. Ia lebih akrab dengan binatang liar di dalam hutan, daripada manusia-manusia liar di kota sana.
***
4
***
Sebuah helikopter terbang rendah, menyemarakkan dedaunan yang dilewatinya. Hutan hujan tropis yang lebat pun terusik hempasan angin helikopter. Di dalam helikopter itu, Don Lee berpakaian seperti seorang Tentara lengkap dengan peralatan berburu dan berkemah. Ia hanya berdua dengan seorang pilot.
***
5
***
Seorang perempuan bertubuh semampai sedang merawat bunga di tepi sungai. Sungai yang jernih dan tenang dengan air seperti lelehan kaca. Berkilauan. Perempuan itu mengenakan pakaian cemerlang seperti seorang putri, plus mahkota putih bertahtakan batu-batu mulia berwarna-warni. Kupu-kupu beterbangan, bunga-bunga bermekaran. Indah.
***
***
"Della? Della bangun Della! Udah siang ini!" teriak ibunya Della sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya itu. Tapi Della tak kunjung menjawab. Sang Ibu pun habis kesabaran dan memutar daun pintu. Terkunci.
"Della!!! Bangun Della!!!" teriak sang Ibu dengan kekesalan yang memuncak.
"Sabar Bu, cepat tua nanti. Nih," ucap ayahnya Della sambil mengacungkan kunci cadangan pintu kamar Della.
GLEKK!
Pintu pun terbuka. Alangkah kagetnya kedua orangtua itu mendapati anak gadisnya tidak ada di kamar. Selimut acak-acakan dan bantal-bantal bergeletakan tak beraturan. Keduanya saling pandang heran. Sebuah jendela di kamar itu tampak menganga.
***
Della sudah on the way, ia duduk di bangku belakang mobil Jeep yang dikendarai Jordy. Di samping Della ada Tessa. Tessa pacarnya Jordy, Ilham duduk di depan, di samping Jordy. Jadi ini seperti Dobel date.
"Anak kita baru kelas 2 SMA Pah!!! Kok bisa-bisanya dia kabur dari rumah??"
"Bukan kabur, kan Ibu sendiri bilang kalo kemarin dia minta izin ikut kemping sama temen-temennya?"
"Bukan kemping! Tapi mendaki Pah, mendaki! Hik," ucap ibunya Della di teruskan dengan tangis terisak.
"Anak kita perempuan Pah! Bapak ini bagaimana sih, gak ada khawatir-khawatirnya," ucap ibunya Della kemudian sambil berjingkat dari hadapan suaminya itu.
***
"Gue jamin, kalian pasti betah, tempatnya Instagrammable cuy! Mantap," tukas Jordy.
"Awas aja kalo tempatnya jelek dan bikin bete," celetuk Tessa santai sambil membetulkan posisi kacamata hitamnya.
"Tempat ini baru dibuka. Jadi masih benar-benar asli. Cuma ya gitu, seperti gue bilang, tempatnya agak jauh. Kalian sudah siap kan?"
"Oke! Aku siap!!!" jawab Della setengah loncat membuat Tessa terganggu. Ilham hanya menyunggingkan senyum. Seperti senyuman binatang liar yang senang karena segera masuk ke dalam hutan dengan membawa mangsa hasil buruan. Hutan liar, khayalan yang juga liar.
***
Bondan kedatangan ibunya. Pagi yang lemah dengan embun yang masih betah di kedung daun dan cuaca mendung. Sejak ibunya itu bekerja di luar kota, Bondan tinggal berdua dengan ayahnya di museum itu. Dan, sejak sebulan lalu ayahnya dikabarkan hilang di luar negeri, Bondan tinggal sendiri di museum itu.
"Kamu udah sarapan?" ucap sang Ibu sambil melangkah masuk begitu Bondan membukakan pintu. Ibunya selalu berpakaian necis seperti konglomerat yang melihat-lihat galeri seni.
"Udah," jawab Bondan singkat. Hubungan keduanya renggang sejak sang Ibu memilih bekerja dan tinggal di luar kota.
"Ibu sudah putuskan, semua aset Ayahmu ini ibu lelang, toh demi kamu juga." ucapan ibunya. Bondan mengerti. Ibunya itu menawarkan museum itu kesana-kemari dan kini?
"Maaf Bu, Bondan kan udah bilang, Bondan tidak bisa putuskan, kita tunggu Ayah," ucap Bondan sopan.
"Bondan, ayahmu sudah dinyatakan hilang lebih dari sebulan yang lalu
Ini demi biaya kuliah kamu juga."
"Museum ini lebih dari sekedar uang Bu," akhirnya Bondan bangkit. Hidung Bondan mendengus menahan amarah. Bagaimanapun itu ibunya. Hampir ia membentak ibunya. Bondan pikir, ibunya itu sudah keterlaluan. Alih-alih mencari suami yang hilang, ibunya itu malah nekad menjual museum itu.
"Iya Ibu ngerti. Ini tentang sejarah, ini tentang ilmu pengetahuan. Tapi apakah dengan sejarah dan ilmu pengetahuan semua tagihan kita lunas? Begitu??" ketus ibunya Bondan. Bondan sangat kecewa dan tidak tahu dengan cara apalagi mempertahankan museum itu. Bondan beranjak pergi.
"Bondan! Ibu belum selesai bicara. Bondan??"
***
Della cs sudah sampai pos pertama pendakian. Jordy menitipkan mobil dan menurunkan semua perlengkapan dibantu Ilham. Tanpa sengaja Ilham melihat sepatu Tessa. Subuh tadi mereka tidak sempat memperhatikan sepatu masing-masing. Tessa mengenakan sepatu hak tinggi warna merah.
"Tes, gak salah lu pake sepatu?" tanya Ilham sambil menatapi Tessa dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tessa mengenakan sepatu boot warna merah, rok mini warna hitam mengkilap dan jaket ketat warna merah.
"Apa sih?" Tessa merasa risih dengan tatapan aneh Ilham.
"Lu mau pesyen show?" tukas Ilham dengan tatapan kecewa.
"Aduh say, kan udah dikasih tau. Pake sepatu gunung?" timpal Jordy.
"Gue gak punya. Ya ini, sepatu gue kayak gini semua."
"Ya udah, yang penting kamu nyaman oke? urusan terpeleset? Tenang, kan ada abang Jordy. Ya kan? Hehehe!" ucap Jordy sambil menggerak-gerakkan alis tebalnya. Jordy keturunan Arab kalo sudah dewasa pasti brewokan.
"Ya udah ayo!" sela Della. Della tampak sudah tidak sabar untuk segera mendaki.
Tepat di hadapan mereka, sebuah bukit besar dan tinggi menjulang siap mereka hadapi. Bukit yang hijau dan kelabu. Hijau penuh dengan pohon-pohon besar dan akar-akar berlilitan. Kelabu, karena puncaknya selalu dilindungi kabut dan halimun sepanjang tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
mampir 🤗🤗🤗
2021-10-20
2
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
Hai Thor mampir ya
2021-07-13
1
RayY_n
like done y
2021-05-15
3