Perempuan misterius itu duduk persis di samping Raiman. Raiman yang santai menatap jauh gerbang-gerbang batu yang tinggi dan kokoh, seperti pilar-pilar herkules dalam cerita Plato. Air kanal yang bening perlahan bergelombang. Gelombang yang tidak seperti biasanya. Seharusnya air kanal itu hanya memantulkan gelombang dari perahu yang lewat. Tapi aneh, kini ada gelombang yang datang dari arah kejauhan.
Tarji sudah tertidur di bahu Raiman. Raiman yang makin serius memperhatikan gelombang air yang perlahan makin besar itu.
***
BRUGGG!!!
Benteng-benteng dan gerbang batu itu roboh oleh hantaman gada para raksasa. Setelah jalan terbuka, pasukan manusia setengah kera masuk menyerbu, berloncatan dari atap ke atap. Mereka mahir sekali memanah dan membunuh siapa saja manusia yang tidak sempat menyelamatkan diri. Selain pasukan manusia setengah kera yang dipimpin oleh seorang kera Putih. Di setiap gerbang/batas kerajaan yang berhasil dijebol, klan tabib penguasa ilmu Rawarontek juga turut menyerang dengan menggunakan kuda. Meski jumlahnya tidak banyak, tapi mereka lah yang paling sulit dikalahkan. Beberapa penjaga gerbang jelas kewalahan. Komando pasukan banyak dikerahkan untuk mengamankan sayembara dan sama sekali tidak ada persiapan untuk menghadapi serangan serempak dari semua penjuru. Kerajaan Atlantea yang terkenal mustahil untuk dijebol dan dikalahkan segera menjadi sejarah.
Pasukan manusia setengah kera begitu banyak, jumlahnya ribuan dan bergerak dengan cepat, seperti semut-semut hitam menyisakan darah dari tubuh-tubuh manusia yang bergelimpangan.
Ratusan bangsa Hobbit yang menyamar menjadi anak-anak di arena sayembara itu meloncat ke atas secara bersamaan dan menyebarkan serbuk berkilauan berwarna ungu di udara. Kontan para penonton, manusia biasa dari rakyat jelata sampai tamu kehormatan dari berbagai kerajaan yang ada di bangku penonton merasa ketakutan. Bangsa Hobbit terkenal dengan ilmu sihirnya. Dan serbuk berwarna ungu itu? Entah apa efeknya, yang pasti, khalayak berjibaku melarikan diri demi menghindari kejatuhan serbuk berwarna ungu itu.
Pangeran Anggara segera menyusul keluarga kerajaan yang dievakuasi. Perhatiannya adalah sang Putri.
"Tunggu!!" teriak pangeran Anggara sambil berlari. Beberapa pengawal memberikan pengamanan pada Pangeran. Ketua Derg sudah utuh kembali tapi segera di serang oleh puluhan anak panah yang melesat dari berbagai penjuru arena.
JEBBB!!!
JEBBB!!!
Tubuh ketua Derg pun penuh dengan anak panah.
Pangeran Anggara dan sebagian besar tamu-tamu elit berhasil masuk istana. Pangeran Anggara meraih sang Putri dengan kasar dan menghentak. Sang Putri hampir jatuh, kerudung dan cadar-nya lepas. Pangeran Anggara terpana, semua orang yang melihat wajah sang Putri juga tertohon. Itu bukan putri Kemala. Itu Yuning, salah satu dayang.
"Kemana putri Kemala?" tanya pangeran Anggara dengan wajah yang tiba-tiba merah penuh kesal. Cengkeraman tangannya begitu erat.
***
Sementara itu, Raiman merasa aneh, gelombang air kanal kian besar.
"Ada yang tidak beres, jangan-jangan bendungan ada yang jebol," gumam perempuan misterius itu. Raiman di sampingnya mendengar itu.
"Bagaimana kau tahu, riak gelombang ini tanda adanya bendungan yang jebol?"
"Cepat! Menepi!!!" pekik Perempuan misterius itu sambil seketika berdiri. Raiman hanya bengong, ia tidak dianggap sama sekali.
"Kau ini siapa? nyuruh-nyuruh begitu, tidak sopan sekali," sahut sang Nahkoda kapal.
Perempuan jangkung itu pun membuka jubah dan cadar-nya. Ia adalah putri Kemala.
"Ini perintah penting kapten. Kita dalam bahaya. Ayo, segera menepi," ucap sang Putri sambil membuka pedang dari gulungan kain. Semua orang terpana, apalagi si Raiman, dari tadi ia duduk di samping sang Putri tapi tidak menyadarinya.
"Pantesan, bau tubuhnya tadi tercium beda dengan perempuan biasa, hehehe," pikir Raiman, ia jadi mesam-mesem sendiri.
"Siap! siap tuan Putri," jawab sang Nahkoda dan segera ganti haluan.
***
Di tengah pertempuran, Seorang jendral manusia setengah kera bertanya dengan suara keras pada temannya yang juga sedang sibuk menyabit-nyabitkan pedang menangkis perlawanan tentara kerajaan yang menghadang.
"Hei!!! kenapa pasukan raksasa belum juga datang??"
"Entahlah! Pasukan Hobbit juga belum kelihatan! Jangan jangan ini jebakan!"
"Heaah!!!"
SATTT!!!
SATTTT!!!
"Jebakan bagaimana maksudmu!!!?"
***
Beberapa tentara yang tangguh melawan pasukan ketua Derg. Beberapa bisa dikalahkan, tapi yang membuat tentara-tentara kerajaan frustasi dan kelelahan adalah, lawannya selalu utuh kembali.
"Sial!!! Bagaimana ini? Mereka tidak bisa mati! Cepat bawa raja keluar dari istana ini!"
***
Raja Hobbit tampak bersila di atas sebuah bukit yang tandus penuh krikil. Matanya terpejam dan terbuka dengan tubuh seorang raksasa. Begitu juga pendengarannya. Ia menggunakan sihir untuk memata-matai para raksasa yang sedang berseteru di balik bendungan.
"Tunggu dulu! Apa kau yakin, pasukan Hobbit sudah masuk menyerang," tanya seorang petinggi bangsa Raksasa pada seorang temannya.
"Sudah! Kau tidak lihat itu? mereka seperti kutu loncat di gerbang sebelah tenggara, dan kamu tahu sendiri, sebagian mereka menyamar jadi anak anak manusia di dalam sana!"
"Ya sudah, jebol semua bendungannya!" titah petinggi bangsa Raksasa itu.
"Jebol sekarang!!!"
"Siap! Hancurkan semua!!!"
"Sudah ku duga," gumam raja Hobbit. Kini ia mengalihkan perhatian dan melakukan telepati pada para pemimpin pasukan Hobbit di dalam peperangan sengit itu.
"Bersiaplah, kita segera lakukan evakuasi darurat dan rencana utama kita."
***
Pangeran Anggara yang merasa sangat kecewa karena pujaan hatinya kabur entah kemana, kini bersimpuh dengan tubuh berlumur darah. Ia tidak turut masuk ke dalam istana dan bersembunyi. Tapi setelah memastikan keluarganya aman di dalam istana, ia keluar dan turut menghajar para penyerang. Ia bukan pengecut, ia melawan ratusan manusia setengah kera dan klan Rawarontek. Puluhan tentara manusia setengah kera pun jatuh bergelimpangan. Pangeran Anggara bersimpuh kelelahan. Tapi perang masih berlanjut dan ribuan prajurit manusia setengah kera terus berdatangan. Ia sudah tidak kuat melawan lagi. Satu hal yang ingin ia lakukan dan segera tunaikan adalah, membuat pagar gaib agar putri Kemala tidak bisa kemana-mana dan turut dihabisi para penyerang. Ia yakin pujaan hatinya itu belum begitu jauh. Sedetik kemudian ia pun menghimpun kekuatan dan seketika itu pula, seberkas sinar berpendar. Seperti sebuah gelembung sabun yang tiba-tiba membesar dan menaungi bukit-bukit dan lembah-lembah.
SATTTT!!
JEBBB!
Panah yang melesat dari kejauhan menghunus punggung pangeran Anggara tembus sampai ke dada.
JEBBB!!!
JEBB!!
"Kemala, aku mati di tanah ini, kau pun demikian. Kau tidak akan bisa kabur. Kau juga harus mati!!!!"
Panah panah itu pun semakin banyak dan pangeran Anggara pun mati dalam keadaan melotot.
***
Ketua Derg berhasil menembus perlawanan berlapis di lorong-lorong batu yang tebal dan gelap. Ia yakin, sang raja Hima Dedawa melalui lorong itu.
***
Perahu berhasil menepi dan sang Putri membantu para penumpang naik ke tepi kanal. Terakhir Raiman. Bukannya buru-buru naik, Raiman malah cengar-cengir pada sang Putri.
"Seperti mimpi, akhirnya kita bertemu lagi tuan Putri."
"Sudah! Bicaranya nanti saja, cepat naik," ucap sang Putri dengan tegas. Raiman pun naik dan terakhir sang Putri loncat dari perahu itu. Tubuhnya seperti ringan dan kakinya seperti pegas yang sangat lentur namun kokoh.
"Celaka! gawat!!! gawat!!! Kita di serang!!!" teriak seseorang yang berlari dari arah depan. Beberapa orang dari kejauhan juga berlarian.
"Kita diserang pasukan manusia setengah kera!!"
"Apa? Diserang?" gumam sang Putri. Tarji dan Raiman yang tidak mau jauh-jauh dari tuan Putri jadi turut bingung melihat orang-orang berlarian dari kejauhan.
Putri Kemala malah membuka pedang dari sarungnya dan hendak melangkah berlawanan arah dengan orang-orang yang berlarian itu.
"Tuan Putri? Sebaiknya kita menyelamatkan diri!" Sergah Raiman. Mendengar itu putri Kemala jadi berpikir, menyelamatkan diri atau meminta bantuan tentara kerajaan lebih masuk akal, daripada melawan serangan manusia setengah kera seorang diri.
"Ikuti saya, ayo!" putri Kemala pun berbalik dan di ikuti semua orang.
Di persimpangan jalan kemudian, rombongan putri Kemala berpapasan dengan puluhan tentara kerajaan bersenjata lengkap.
"Prajurit, apa yang terjadi?" sergah putri Kemala pada seorang pemimpin pasukan itu.
"Tuan Putri? Semua orang mencari tuan Putri, bagaimana bisa? Tuan Putri ada di sini?" heran prajurit itu.
"Jawab saja pertanyaan saya! Apa yang terjadi???"
"Gawat! Kita diserang oleh bangsa manusia setengah kera dan bangsa Hobbit."
"Bagaimana keadaan Raja dan istana?"
"Kacau tuan Putri, mereka sudah ada di arena dan masuk istana. Kami kewalahan. Kita di serang dari segala penjuru.
"Tenang, tenang. Bicaralah pelan-pelan."
Sementara itu, air kanal makin bergelombang dan tiba-tiba meluap.
"Sial! mereka juga menjebol bendungan," ucap sang Putri. Sontak Kapten dan pasukannya yang tidak seberapa banyak itu jadi tambah gentar. Mereka tahu betul, apa yang akan terjadi kalo bendungan jebol.
"Tapi bukankah bendungan bendungan itu sangat tebal, kokoh dan tinggi?" tukas seorang prajurit.
"Yang bisa menjebol bendungan hanya pasukan Gada. Pasukan gada Bangsa Raksasa." Mendengar itu, Raiman bergidik ngeri. Terbayang sudah tubuh besar dan kuat itu. Ia pernah bertemu seorang dari bangsa Raksasa. Di hutan, saat ia mendaki.
"Celaka, habislah kita," ucap seorang warga dan disambut tatapan kecut para warga yang turut mendengar ucapan putri Kemala itu.
"Saya tahu! Ayo tuan Putri. Saya tahu satu tempat yang tidak akan terendam walaupun semua bendungan berhasil mereka jebol," ucap Raiman dengan penuh percaya diri.
Saat penuh kegamangan begitu, sebuah anak panah melesat dan mengenai punggung seorang warga.
JEPPP!
"Mereka datang! lindungi tuan Putri!!!" teriak komandan pasukan itu. Putri Kemala tidak punya pilihan lain, selain mengikuti Raiman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Reo Hiatus
Lanjut💗💗💗
2021-03-26
1
Azam Azam
mantulll
2021-03-26
3
Kodim Kribo
seru lanjurkan thor
2021-03-26
1