Instalasi Cawan Suci

Darah Dul Karim menetes ke lantai batu. Satu tangannya menutup luka agar tak banyak darah yang keluar. Letnan Anwar dengan sigap mengobati Dul Karim, sementara yang lain mengejar Don Lee. Taupan baru datang dari ruangan lain.

"Maaf, tadi saya salah masuk lorong," ucap Taupan.

"Mereka ke sana!" tunjuk letnan Anwar ke arah Gugun dan Abe mengejar. Taupan pun bergegas.

"Kami punya sandera! tempat ini sudah kami pasangi bom! Biarkan kami keluar dari tempat ini?" teriak Carlos lalu menarik Della dan mendekapnya. Kontan Ilham tak terima dan kesal bukan main. Tapi ia hanya bisa meronta dalam dekapan Hendra.

"Tolong!" teriak Della.

Taupan sampai dan segera paham situasinya. Letnan Anwar menghubungi pilot dan memberikan sebuah perintah untuk membuka sebuah kotak di bagasi pesawat.

Don Lee muncul sambil membawa Della yang meringis ketakutan dalam todongan.

Tiba-tiba sesuatu yang bergerak sangat cepat merampas pistol Don Lee dan senapan Carlos. Sontak keduanya kaget dan tangannya hampa secara tiba-tiba. Taupan tidak sia-siakan kesempatan. Ia langsung menerjang dan menghajar Carlos dan Don Lee. Carlos tidak sempat mengelak, ia ditendang dadanya dan terjungkal. Tapi Don Lee bisa mengelak dan melakukan perlawanan. Taupan dan Don Lee terlibat adu jotos dari jarak dekat. Abe berhasil meringkus Carlos. Hendra dan Yono angkat tangan begitu di todong oleh Gugun. Ilham segera mengambil kunci borgol dari Hendra dan melepaskan diri.

Akhirnya Don Lee terjungkal dengan satu pukulan telak dan Gani menodongnya dengan pistol yang dirampasnya tadi dari tangan Don Lee sendiri. Ternyata Gani lah yang jadi penentu kekalahan Don Lee.

"Aku tahu yang kalian cari di tempat ini, tapi sayang, cawan Suci sudah tidak ada. Hancur dan terkubur," ucap Gani dengan seringai menyebalkan.

***

Darah Dul Karim yang menetes ke lantai batu seperti terbakar dan mengepulkan asap. Sontak letnan Anwar dan Dul Karim merasa aneh. Taupan merasakan hawa basah yang berat seperti datang menyerbu dari segala penjuru. Gani blingsatan.

***

Tetesan air mata sang Putri tidak jatuh ke lantai. Bondan menyadari itu ketika ia tak sengaja melihat air mata sang Putri yang jatuh. Air mata sang Putri mengambang dan sepertinya ringan sekali.

"Tuan, tuan Putri, lihat? Air mata tuan Putri tidak jatuh. Tapi melayang," tukas Bondan dan sang Putri yang sudah puas menangis jadi memperhatikan air matanya yang melayang itu.

Sang Putri kaget dan menatap Bondan. Keduanya jadi saling pandang aneh.

Air mata yang melayang dan bergulir di udara itu seperti menuju ke tengah ruangan itu dengan perlahan. Bondan mengarahkan senter dan ternyata, sebuah piala yang terbuat dari batu kristal tertegun di sebuah batu datar yang lembab di tengah ruangan itu. Air mata itu berputar-putar bersama tetesan air yang lain di samping piala/cawan bening itu, mengelilingi cawan itu.

"Cawan Suci?" gumam Bondan dengan kagum.

"Apa ini cawan Suci?"

"entahlah, aku sendiri belum pernah melihat ini sebelumnya," jawab sang Putri.

Bondan juga melihat ke atas. Ternyata, tepat di atas cawan itu sebuah kerucut batu yang sangat presisi. Seperti Piramida yang terbalik dan meneteskan air. Anehnya, tetesan air itu tidak jatuh ke bawah. Tapi melayang dan berputar-putar di sekitar cawan yang sudah penuh itu.

"Cawan Suci yang mengundang malapetaka, cawan Suci yang membuatku hidup abadi," gumam sang Putri dengan perasaan yang bercampur aduk, antara takjub dan ngeri.

"Aku mau menemanimu hidup abadi tuan Putri, banyak yang ingin aku lakukan di dunia ini," ucap Bondan dengan tatapan lekat ke arah Cawan itu. Cawan yang bening dengan air bersih yang berkilauan.

Sang Putri diam membisu dan tak tahu harus berbuat apa.

***

Perlahan kemudian, dinding batu mulai bergetar, Don Lee dan Carlos sudah di borgol.

Segerombol asap menghampiri Dul Karim dan meresap ke dalam tubuh Dul Karim melalui luka di lehernya itu. Sontak Dul Karim merasakan sakit yang luar biasa. Letnan Anwar hanya bisa menyaksikan keanehan itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Seluruh lorong dan kompleks keraton batu itu bergetar hebat.

"Sepertinya tempat ini akan runtuh! Ayo cepat-cepat!" teriak Gugun sambil menggiring orang-orang itu keluar. Taupan malah berbalik, sesuatu memanggilnya. Ia ingat jalan menuju sosok berjubah itu. Ia pun berlari dan segera sampai ke ujung lorong di mana sosok berjubah itu berdiri. Ternyata kenyataannya, sosok itu ciut dan kecil/jenglot. Tapi aura ilmu Kanuragan kian besar dan berpusara di sekitar sosok itu. Jubah hitam itu Taupan singkap dan berhamburan lah aura-aura kebencian dan jeritan-jeritan ketidakpuasan membuat Taupan kelabakan dan berisiknya membuat Taupan menutup telinga. Dinding batu bergetar hebat dan hampir jebol. Taupan dengan segera meraih sosok jasad yang ciut itu dan membawanya pergi. Dinding batu jebol dan lantai amblas.

***

Bondan meraih cawan Suci itu dan perlahan dengan penuh keyakinan, ia meminumnya.

"Gegabah sekali kau Bondan, kau tidak mengerti penderitaan hidup abadi, kau?"

"Aku tahu yang aku lakukan, aku terima semua konsekuensinya, ayo! Akan aku tunjukkan dunia luar padamu tuan Putri," ajak Bondan. Saat begitu, perlahan sang Putri melihat mata Bondan berkilat, seluruh kulit nya tampak basah segar seperti berembun. Sepertinya air suci itu mulai bereaksi.

Bondan merasakan kesegaran yang luar biasa menyeruak ke setiap sel di seluruh tubuhnya. lantai batu mulai goyah. Sepertinya gempa kembali terjadi.

"Gempa! Ayo kita bawa jasad ayahmu, kita kuburkan secara layak," ucap Bondan. Tapi sang Putri menggelengkan kepala dan meraih Bondan.

"Tidak, biarlah Ayah di sini, ini yang beliau inginkan dan tidak ada waktu," ucap sang Putri sambil menarik Bondan dan membawanya meloncat keluar. Cepat, cepat sekali.

***

Bondan tersadar dalam ruangan redup yang hanya mengandalkan penerangan dari obor bambu kecil yang menempel di dinding tanah. Dari posisi berbaring ia sedikit mengangkat kepala dan mendapati bayangan perempuan yang sedang tertegun.

"Akh, bayangannya saja sudah cantik, aduh," gumam Bondan lantas menyadari jidatnya benjol dan terasa sakit.

"Kamu tertimpa batu dan tak sadarkan diri," suara lembut itu memecah kesunyian. Lantai batu yang dingin, tubuh yang menggigil.

"Terima kasih tuan Putri,"

"Panggil aku Kemala," ucap sang Putri dengan lembut dan tatapan kosong dari duduk bersimpuh di dekat pintu yang sengaja ia buat terbuka.

"Tubuhmu lemah sekali, apa semua manusia jaman sekarang selemah kamu," tanya Putri Kemala tanpa menatap Bondan yang kini perlahan duduk. Pakaiannya lusuh.

Dikatai lemah, jiwa bujangan Bondan protes keras dan meronta-ronta di balik saku celana. Tapi bila dibanding dengan kemampuan loncat sang Putri, memang dia tidak ada apa-apanya.

"Aku mengenal setiap jengkal bukit ini, ribuan tahun, ternyata sudah ribuan tahun aku hidup seorang diri di bukit ini. Sampai kamu datang dengan pakaian aneh, bahasa aneh dan alat-alat aneh. Aku jadi berpikir, untuk apa hidupku ini," ucap sang Putri Kemala dengan nada pilu dan sinis pada diri sendiri.

"Tapi Tuan-"

"Aku mohon! jangan panggil Tuan atau Putri! Panggil aku Kemala!" potong Kemala dengan penekanan makna.

"Maaf, Kemala, kamu tidak sendiri, ada aku, bukan kah sekarang aku juga abadi?" ucap Bondan.

"Untuk apa? untuk apa kau ikut ikutan abadi? Aku saja ingin mati!" ucap Kemala dengan nada emosional yang meninggi.

"Aku bersumpah, bagaimana pun caranya, aku akan membawamu keluar dari bukit ini," ucap Bondan.

"Ada pagar gaib yang yang membuat aku tidak bisa menembusnya!"

"Kalo begitu, aku tetap di sini, menemanimu," ucap Bondan. Kali ini Kemala menatap Bondan. Pria asing yang tiba-tiba menawarkan diri untuk menemaninya di bukit terkutuk ini.

"Apa kau tidak punya keluarga? Hidupmu pasti berarti bagi mereka, mereka yang menyayangimu, mereka menunggu kau pulang" ucap Kemala sambil kembali berpaling.

Sejenak sepi melingkupi.

Bondan mendekati Kemala yang sedang asik bersandar ke pintu.

"Ayahku hilang di benua yang jauh, Ibuku pergi. Ada kabar, beliau sudah menikah lagi. Aku tinggal sendiri di museum," ucap Bondan apa adanya.

"Dari kecil, aku bersemangat sekali, aku bermimpi menemukan benua Atlantis yang hilang. Ayah banyak bercerita tentang kehidupan mewah dan subur makmur negeri Atlantea itu. Kanal-kanal yang indah dan dialiri air bersih sepanjang tahun, udara yang sejuk damai, kekayaan alam yang melimpah, kekuatan armada perang, kemajuan teknologi permurnian logam yang luar biasa. Ternyata sekarang, aku sedang bersama Putri mahkota kerajaan Atlantea itu. Penguasa benua Atlantis ini. Aneh sekali rasanya, tapi ini lah cita-citaku, ini yang aku inginkan dalam hidupku. Dan yah, aku berhasil membuktikan keberadaan benua Atlantis dengan Negari terbesarnya, Kerajaan Atlantea,"

"Tapi untuk apa, tidak ada yang tersisa."

"Tidak, tidak begitu, ini bisa aku kabarkan pada dunia, peninggalan sejarah bisa digali, dipelajari sisi baiknya, demi perbaikan peradaban manusia jaman sekarang. Bagaimana pun, jaman batu dan jaman logam lebih baik daripada jaman plastik."

"Jaman plastik??" ucap Kemala penuh heran. Bondan tersenyum, dan tidak hendak menjelaskan apa itu plastik. Pasti nanti, nanti kalo ada waktu yang lebih baik. Sekarang sang Putri sedang lara, dan entah dengan cara apa dirinya bisa meyakinkan kalo hidup abadi itu pasti menyenangkan.

"Nanti aku jelaskan, apa itu plastik. Oh iya, boleh aku tahu, apa ciri-ciri orang yang berhasil hidup abadi?" tanya Bondan mengalihkan pembicaraan.

"Entahlah, nanti kau juga merasakannya. Sudah malam, apa kau merasa lapar?"

"iya," jawab Bondan.

Ternyata manusia abadi juga merasakan lapar

"Aku punya ikan, ayo kita bakar," ucap Kemala sambil bangkit. Bondan bangun dan mengikuti.

"Dulu, dulu sekali, waktu pertama tersesat di hutan, aku hampir mati kelaparan. Aku makan daun sampai keracunan. Aku makan apa saja, sampai akhirnya aku bertemu ular dan membunuhnya dengan pedang ini dan memakannya mentah-mentah."

"Oh iya Kemala, bagaimana awalnya kamu tahu kalo kamu ternyata abadi."

Kemala duduk dan menusuk ikan dengan panggangan.

"Saat aku coba bunuh diri. Mungkin kamu bisa bayangkan, betapa beratnya hidup sendirian di dalam hutan. Aku coba bunuh diri dengan cara menjatuhkan diri ke dalam jurang."

"Lalu?" sambut Bondan tidak sabar mendengar kelanjutan cerita Kemala.

"Aku tidak apa-apa. Lecet pun tidak,"

"Wow! Tapi? kok aku masih bisa benjol ya," ucap Bondan sambil menyentuh pelipisnya yang benjol dan memar.

"Mungkin yang kamu minum air biasa," ucap Kemala dengan sedikit senyum lucu pada polosnya wajah Bondan. Bagaimana pun Kemala perempuan dan punya pandangan normal pada lawan jenis. Bondan ternyata tampan dan sepertinya orang baik-baik.

"Atau mungkin, belum sepenuhnya bereaksi. Sepertinya butuh proses,"

***

Dul Karim duduk termenung di atas batu. Lukanya sudah diobati dan berbalut perban. Dul Karim merasakan tubuhnya bertambah segar dan kuat sejak aura aneh itu meresap ke dalam tubuhnya. Ia belum cerita pada siapapun. Begitu juga Taupan, ia merasa tubuhnya dipenuhi kekuatan. Orang-orang mulai berdatangan. Tim SAR, pejabat desa setempat dan undangan khusus letnan Anwar, Badan Arkeologi Nasional.

Tampak letnan Anwar sedang mengobrol dengan keempat muda-mudi itu.

"Kalian sangat beruntung, kami bisa pastikan, kalian akan mendapatkan beasiswa khusus dan bonus tentunya. Timbunan harta Karun yang kalian temukan di bawah sana akan melunasi hutang negara dan menjadi modal bagi bangsa kita untuk menjadi bangsa yang membangun. Selamat ya," ucap letnan Anwar. Ilham dan teman-teman senang bukan kepalang.

"Kalian pahlawan sekarang."

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Dua helikopter dari badan arkeologi Nasional.

Letnan Anwar menyambutnya dengan senyuman. Seorang tua berambut pitak langsung menyalami letnan Anwar dan mengajaknya bicara berdua.

"Kau yakin dengan apa yang kau katakan Letnan?" ucapnya mengandung tatapan ragu dan kecut.

"Yah, kita harus berani menulis ulang sejarah. Aku tahu, dulu kalian tidak melanjutkan penggalian dan hanya menjadikan tempat ini tempat wisata karena takut dunia internasional menentangnya. Tapi kebenaran harus diungkap. Apapun resikonya," ucap letnan Anwar.

"Ah, entahlah, mungkin hanya perasaanku saja, aku percaya padamu letnan."

"Ya sudah, mau aku buatkan teh, perjalanan ke sini pasti melelahkan," ucap letnan Anwar.

Terpopuler

Comments

syafridawati

syafridawati

5 like mampir semangatt

2021-08-17

3

muhammad irvan

muhammad irvan

oke...

2021-05-17

2

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️

lanjutkeun

2021-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 Suatu Puncak Peradaban
2 Keputusan Bondan
3 Pendakian
4 Tenda Tenda
5 Longsor
6 Lorong
7 Putri
8 Burung Besi
9 Kontak Batin
10 Situs
11 Instalasi Cawan Suci
12 Dua Sisi
13 Gani
14 Satu Kekhawatiran
15 Ekskavasi
16 Bondan dan Putri Kesepian Abadi
17 Sayembara
18 Mereka Datang
19 Perang Dimulai
20 Perang Besar
21 Bukit Tertinggi
22 Kau Adalah Dia
23 Bangsa Hannom
24 Menos
25 Kejutan Untuk Jerry
26 Cerita Empoh
27 Jalan Sesat
28 Diu Adalah Pengecualian
29 Kunjungan Tak Terduga
30 Undangan
31 Satu Pesta, Satu Kemalangan
32 Eksistensi
33 Penemuan Gani
34 Niat Untuk Bersatu
35 Kita Tidak Sendiri
36 Konfrontasi
37 Cerita Itu
38 Persiapan Penyerangan
39 Sergap Penyergap
40 Mereka Semakin Dekat
41 Kabar & Bahaya
42 Sekilas Info
43 Mereka yang Butuh Penjelasan
44 Kembali ke Bukit Halimun
45 Negosiasi atau Konfrontasi
46 Tabir Masa Lalu
47 Kemana Mereka Pergi?
48 Taupan dan Fani
49 Kawah Candradimuka
50 Mimpi Taupan
51 Perang Dunia Ketiga, Dimulai
52 Kembali Ke Bukit Halimun
53 Yang Lain
54 Back to Habbit
55 Dias
56 Taupan dan Fani
57 Ajakan Gani
58 Lawan Sesungguhnya
59 Perang Dunia Ketiga Di Mulai
60 Akhir dari Sebuah Pencarian Kesempurnaan
61 Invasi
62 Bondan, Sendiri
63 Seorang Ksatria
64 Awal Mula
65 Awal Mula bagian 2
66 Awal Mula 3 & 4
67 Awal mula 5
68 Persekutuan Baru
69 Para Pejuang
70 Dul Karim tidak Tinggal Diam
71 Seperti Wabah
72 Jerat
73 Sebuah akhir yang akan menjadi awal bagi yang lain
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Suatu Puncak Peradaban
2
Keputusan Bondan
3
Pendakian
4
Tenda Tenda
5
Longsor
6
Lorong
7
Putri
8
Burung Besi
9
Kontak Batin
10
Situs
11
Instalasi Cawan Suci
12
Dua Sisi
13
Gani
14
Satu Kekhawatiran
15
Ekskavasi
16
Bondan dan Putri Kesepian Abadi
17
Sayembara
18
Mereka Datang
19
Perang Dimulai
20
Perang Besar
21
Bukit Tertinggi
22
Kau Adalah Dia
23
Bangsa Hannom
24
Menos
25
Kejutan Untuk Jerry
26
Cerita Empoh
27
Jalan Sesat
28
Diu Adalah Pengecualian
29
Kunjungan Tak Terduga
30
Undangan
31
Satu Pesta, Satu Kemalangan
32
Eksistensi
33
Penemuan Gani
34
Niat Untuk Bersatu
35
Kita Tidak Sendiri
36
Konfrontasi
37
Cerita Itu
38
Persiapan Penyerangan
39
Sergap Penyergap
40
Mereka Semakin Dekat
41
Kabar & Bahaya
42
Sekilas Info
43
Mereka yang Butuh Penjelasan
44
Kembali ke Bukit Halimun
45
Negosiasi atau Konfrontasi
46
Tabir Masa Lalu
47
Kemana Mereka Pergi?
48
Taupan dan Fani
49
Kawah Candradimuka
50
Mimpi Taupan
51
Perang Dunia Ketiga, Dimulai
52
Kembali Ke Bukit Halimun
53
Yang Lain
54
Back to Habbit
55
Dias
56
Taupan dan Fani
57
Ajakan Gani
58
Lawan Sesungguhnya
59
Perang Dunia Ketiga Di Mulai
60
Akhir dari Sebuah Pencarian Kesempurnaan
61
Invasi
62
Bondan, Sendiri
63
Seorang Ksatria
64
Awal Mula
65
Awal Mula bagian 2
66
Awal Mula 3 & 4
67
Awal mula 5
68
Persekutuan Baru
69
Para Pejuang
70
Dul Karim tidak Tinggal Diam
71
Seperti Wabah
72
Jerat
73
Sebuah akhir yang akan menjadi awal bagi yang lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!