The Prince'S Labirint (Istri Tawanan)

The Prince'S Labirint (Istri Tawanan)

Siapa Dia

Mini bus yang ditumpangi Cindy, Melissa dan Vivi mulai melambat.

"Baiklah, perhatikan semuanya," Peter Whang memberi instruksi.

"Di depan sana adalah batas utama dari Accident Streak Area, Apa itu? ASA adalah wilayah terjadinya insiden kecelakaan beruntun di pulau ini yang menelan sekitar 370 korban 360 meningal dunia dan satu orang anak berusia 10 tahun selamat, hingga sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana kronologi dari kecelakaan tersebut. Nah.. di balik pagar itu sepanjang jalan sekitar 1500 Km kalian akan disuguhi pemandangan mobil-mobil yang ringsek akibat kecelakaan itu."

"Apakah masih ada mayatnya?" sela Vivi pada Peter. Peter pun tersenyum kecil mendengar pertanyaan Vivi.

Cindy sedikit bergidik mendengar apa yang disampaikan Peter, begitu juga Melissa. Mereka hanya saling melirik sembari saling meremas tngan satu dengan yang lain.

"Meli, tempat apa ini?" bisik Cindy lirih.

Melissa hanya diam dan menggelengkan kepala seperti kelu. Begitu juga Vivi yang seketika memegangi ujung baju Melissa.

Peter yang membaca reaksi kepanikan mereka mencoba menenangkan, "Tenang! tidak semenakutkan yang kalian pikirkan." Senyum simpul dari pria tampan itu pun turut membantu menenangkan hati mereka.

"Nanti pada kilometer 620 di sebelah kiri jalan juga terdapat gedung monumen yang berisikan dokumentasi tragedi tersebut, kita akan berhenti sejenak disana karena di samping monumen itu juga terdapat rest area, Untuk kalian yang ingin pergi ke toilet atau membeli sesuatu bisa mencarinya disana."

Mereka bertiga masih terdiam berjibaku dengan pikirannya masing-masing.

Tuhan ... pulau apa ini mengapa terdengar mengerikan, ok

tarik nafas hmmm..

buang,huuft.

tarik nafas,hmmm..

buang,huuft

lupakan Cindy, ayo lupakan, lupakan !! ingat saja bahwa di ujung sana ada seorang pangeran tampan seperti beast yang sudah berubah menjadi tampan.

Ucap Cindy dalam hati.

"Berehentilah berhayal Cindy! Beast mu itu masih jadi monster sebelum kau menciumnya, mengerti?"

"Wah, Aku kan hanya membatin. Rupanya kau bisa membaca pikiranku Melissa ?" Cindy terheran dengan mulut menganga memandangi Melissa.

"Bagaimana aku tidak tahu, sedangkan isi otakmu selalu saja itu sejak dari rumah."

"hihi.. aku tidak sabar lagi Melli, tapi bisakah Beast itu berubah tampan dulu sebelum menemuiku?"

"Kalau begitu ganti saja hayalanmu dengan putri salju!" jawab Melissa yang sudah mulai jengkel dengan Cindy.

"A aah.. aku tidak suka itu Melli, aku takut dengan kurcacinya!" rengek Cindy sambil perlahan menghentakkan kaki.

"Ya sudah, tanggung resikomu jika tidak mau." Jawab Melissa ketus.

Perdebatan konyol mereka pun seketika terhenti dan berubah menjadi suasana tegang saat Peter mengisyaratkan bahwa mereka sudah mulai memasuki Accident Streak Area. Benar saja baru beberapa meter mereka sudah di suguhi dengan pemandangan mobil-mobil yang berjajar sedikit tak beraturan, ringsek akibat kecelakaan.

Sejenak memandangi sekitar, Cindy menemukan keanehan.

"Aneh, kenapa semuanya mobil mewah ya? dan cuma ada dua jenis, itu sedan Cadillac tipe Fleetwoo, yang itu Jeep Charokee XJ ?" Gumam Cindy menyatukan alisnya sembari menunjuk mobil yang disebutkannya.

Ayah Cindy gemar mengoleksi mobil terutama mobil klasik, itulah sebabnya ia begitu hafal dengan merek dan tipe mobil mewah.

Sebagai anak satu-satunya acap kali Ayah Cindy juga memberikan mainan dan memperkenalkan hobi yang seharusnya lebih cocok untuk anak lelaki. Namun itu semua tak lantas menjadikannya tomboy sebab jiwa princess seorang Cindy yang terlalu mendominasi.

"Apa jenis mobil disini semuanya sama Peter?" tanya Cindy sambil terus menengok ke kanan dan ke kiri mengamati bangkai-bangkai besi di sekitarnya.

"Begitulah, entah bagaimana kronologinya. Konon mereka adalah rombongan para konglomerat keturunan kekaisaran Cina, namun cerita selebihnya tidak ada yang tahu. jawab peter.

Peter Whang, dari nama dan fisiknya bukankah seharusnya Peter juga keturunan Cina ? pikir Melissa yang sedari tadi mencermati percakapan Cindy dan Peter.

***

Akhirnya mereka hampir tiba di rest area namun sepertinya pintu masuk mobil pada monumen yang jadi satu dengan pintu rest area sedang ditutup.

Peter segera keluar dari mobil, terlihat jelas dari dalam mobil Peter sedang bercakap-cakap sembari beberapa kali menekan earpiece pada telinganya.

"Tuhaaan, apa dia manusia? bukankah lebih cocok jadi malaikat?" celetuk Vivi yang tak henti memandangi Peter daru dalam mobil.

Cindy hanya terkekeh mendengar perkataan Vivi.

Tapi malah membuat Vivi marah, "kenapa tertawa? apanya yang lucu? awas ya Cindy, dia milikku!" Vivi memasang muka antagonisnya dengan melipat kedua lengannya kedepan.

"Baiklah baiklah." timpal Cindy.

"Kemana perginya Peter?" Cindy menoleh ke kanan dan kiri mencoba mencari keberadaan Peter di sekitarnya namun tak ia ketemukan.

"iya, kemana dia?" Melissa pun juga ikut mencarinya.

"Mungkin dia masuk ke monumen," sahut Vivi.

Tak lama kemudian supir mobil yang mereka tumpangi juga seperti hendak turun dari mobil.

"Lhoh, bapak mau kemana pak ?" Tanya Melissa.

Tetapi supir itu tidak memberi jawaban,

"bhuug" menutup pintu mobil dan pergi begitu saja ke arah monumen.

"Haruskah kita juga kesana?" ucap Cindy yang melipat tangannya kedepan dengan menaikkan kedua bahunya sperti ketakutan.

"Hei gadis manja, diam tunggu saja disini kalau penakut!" ucapan Vivi pada Cindy sontak menyulut emosi Melissa.

"Vivi jaga ucapanmu pada yang lebih tua!"

"Adikmu aku atau dia Melissa?"

"Dia juga kakakmu. Berhentilah brsikap buruk pada Cindy atau akan ku tinggalkan kau disini!?" Melissa sudah benar-benar kehilangan kendali emosinya, sejak kemarin hatinya sudah menyimpan kecemasan tentang apa yang akan dilakukan Mamanya pada Cindy.

"Jika ada yang harus tertinggal disini itu adalah dia orangnya!" Vivi menunjuk ke arah Cindy.

"Jangan sampai aku mendorongmu keluar Vi!"

"Sudah.. Sudaaah Cukup jangan bertengkar lagi," Cindy menaikkan nada bicaranya dengan kedua tangannya menepuk-nepuk kedua pahanya bersamaan.

Hampir setengah jam menunggu, Peter dan supir itu pun tak kunjung kembli, Melissa sudah mulai resah. Dirinya mulai curiga jika Peter adalah orang suruhan Mamanya, dia terus berdoa di dalam hati.

Tuhanku, aku mohon selamatkan adikku Cindy. Jangan biarkan Mama mencelakainya dia anak yang baik.

Saat Melissa sedang sangat cemas dengan nasib Cindy, Cindy justru tengah asyik memandangi seorang lelaki yang menurutnya sedikit membuatnya terkagum.

Wih, Pria itu ... Mengapa aku seperti mengenalnya ya?

Eh eh, mau kemana dia ? mengapa berjalan ke arah mobil ringsek yang ada di ujung tebing? tapi bukankah mobil lamborghini gallardo? berarti kejadian yang itu belum lama terjadi. Mata pria itu begitu teduh. Batin Cindy.

Pikiran Cindy menyeruak pada seorang pria, ia berjalan keluar dari monumen, menghampiri mobil yang berada di ujung tebing. Belum terlalu tua, tapi juga tidak muda. Mungkin usianya sekita 38 hingga 40 tahun.

Pria itu terlihat sedang mengelus mobil bekas kecelakaan itu, lalu merundukkan kepalanya dan berjongkok. Seperti ada penyesalan besar di hatinya, seperti ada duka yang sangat dalam.

Cindy terus mengamatinya, tiba-tiba air matanya terasa memberontak ingin menetes seakan dia ikut merasakan duka yang lelaki itu rasakan.

"Kenapa pulau ini sepi sekali ya? aku seperti tidak melihat siapapun melintas di jalan ini, kecuali hanya beberpa mobil di tempat parkir monumen. Berarti kan tidak akan begitu banyak orang juga di dalam sana? apa ini pulau angker?" Vivi terus berbicara sendiri sambil menyusutkan badanmya pada kursi mobil.

Tiba-tiba Cindy membuka pintu mobil.

"Cindy mau kemana kau?" tanya Melissa sambil menarik lengan Cindy yang sudah menjulurkan satu kakinya keluar.

"Tunggulah disini jangan kemana-mana!"

"Bhuug" Cindy menutup pintu mobil dengan langkah cepat.

"Cindy!"

"Cindy!!" Panggil Melissa.

"Kakak, sudah biarkan dia! apa kakak mau meninggalkanku disini sendiri?" Vivi menghalangi Melissa yang hendak mengejar Cindy. tidak mungkin pula ia akan meninggalkan Vivi seorang diri juga pikirnya.

Melissa sedikit merasa lega karna sejauh mata memangdang, Cindy masih dalam jangkauannya.

Siapa yang sedang Cindy hampiri? apa dia mengenalnya?

Tanya Melissa dalam hati.

Melissa terus mengawasi Cindy dari dalam mobil.

Cindy mulai mendekat pada pria yang setengah berjongkok dan merunduk itu,, tangan kanan nya mengusap pintu mobil sedangkan yang kiri memainkan rerumputan yang ada di bawahnya.

Cindy semakin dekat tapi pria itu belum menyadari keberadaan Cindy.

Semakin dekat lagi, kini Cindy hanya berjarak dua langkah di belakang pria itu.

Apa itu?

Cindy melihat cairan merah.

Apa yang masih mengalir dari celah pintu mobil? darah? benarkah darah? iya sepertinya itu darah.

Seketika tubuh Cindy gemetar, lututnya melemah.

"Ayah, Ibu da_rah?" ucapnya pelan.

Cindy memucat, menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

FLASHBACK ON

Dalam perjalanan, Sebuah SUV Cullinan, Rolls-Royce hitam melaju dengan kecepatan normal. terdengar suara gelak tawa yang bahagia di dalam mobil itu.

"Jadi Cindy, apa kah kau bersedia muali membantu Ayah di perusahaan nak?" tanya Pramu Pradjaya pada anaknya yang duduk di kursi belakang.

"Ayah, jangan desak Cindy!" Ibu Cindy dengan suara lembutnya mengingatkan dengan menepuk lembit paha sang Ayah yang sedang mengemudi.

"Akan ku usahakan Ayah, sebelum aku di jemput pangeranku biarlah aku sedikit berguna untuk Ayah."

"Dasar anak nakal" timpal Ayah Cindy.

"ha ha ha" mereka bertiga tertawa bahagia bersama.

Tiba-tiba, sebuah truck peti kemas dengan muatan keluar dari jalurnya dan menabrak dengan sangat keras bagian depan mobil keluarga Cindy hingga terdorong pada tembok pembatas sebuah pabrik.

Semua berhamburan dan tak ada yang sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian.

Cindy tersadar setelah dan melihat kedua orangtuanya sudah berlumuran darah. Ia shock lalu kembali tak sadarkan diri.

FLASHBACK OFF

"Ayaah!!" Cindy berteriak histeris dan langsung pingsan. Pria di depan Cindy pun sontak terkejut.

"Cindy!!" Teriak Melissa. Melissa yang mengamati Cindy dari dalam mobil terperanjat saat Cindy terjatuh.

"Kenapa dia?" tanya Vivi. Semakin erat memegang lengan Melissa. "Jangan tinggalkan aku Kak, Dia pasti akan ditolong Pria itu."

Benar saja, dengan sigap Pria itu mengangkat tubuh Cindy. Dari arah monumen. Peter yang hendak kembali ke mobil pun melihat kejadian itu dan segera menghampiri si Pria Asing untuk membantu.

"Biarkan aku saja, kau uruslah mereka!" Pria asing itu menunjuk ke arah mobil yang di tumpangi Melissa dan Vivi dengan gerakam kepalanya. kemudian segera menuju ke arah rest area.

Sementara Peter membawa pergi Melissa dan Vivi entah kemana.

Bersambung...

JANGAN LUPA LIKE YA

Terpopuler

Comments

HIATUS

HIATUS

Mampir bawa like thor ❤

2021-03-17

1

₵ⱨɽł₴ ø₭₮₳vł₳

₵ⱨɽł₴ ø₭₮₳vł₳

ku tunggu feedback mu thor di novel aku.

CEWEK CULUN BERUBAH MENJADI CEWEK CANTIK.

2021-03-15

0

Nyai iia

Nyai iia

hai salam kenal..
aku mampir bawa like neh, saling dukung yuk..
jangan lupa feed back nya ya☺

"i will die in love"

2021-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!