Kena Kau!

"Sempurna," Coco merasa puas dengan hasil riasannya pada Cindy. "Pakai sepatumu Prinsyes kau sudah siap untuk ke altar." mendekatkan sepasang sepatu bertabur swarovsky Italia pada kaki Cindy.

"Dua belas senti? ini tinggi sekali Coco" Cindy melotot melihat tinggi hak sepatu nya.

"Hei.. hei.. Gadis cantik, ingat! kau menikah dengan dinosaurus, tidak kah kau lihat seberapa tinggi suamimu itu, hah?"

Cindy mengerucutkan bibir sembari memakai sepatunya dibantu oleh Nena.

"Apa kalian sudah selesai? Tanya Welly yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Astaga! Tuan mengagetkan saja." Welly masuk tanpa suara karena melihat pintu kamar yang terbuka. "Sudah, kami sudah selesai Tuan." Jawab Coco.

"Bisa tinggalkan kami berdua sebentar?"

"Ah, tentu saja, silahkan Tuan." Coco mendorong tubuh Nena berbisik mengajak Nena pergi. "Ayo cepat kita keluar cepat cepat cepat!"

"Jleg" Nena menutup pintu.

Untuk beberapa saat Welly memandangi Cindy dari ujung kaki hingga kepala, Cindy pun hanya menundukkan wajahnya, tangannya memegang buket bunga kecil.

"Ada yang ingin kau tanyakan?" Ucap Welly.

"Dimana kedua sepupuku? apa kau menyakitinya ?" Mata Cindy menatap Welly tajam.

"Mmmh," Welly menghembuskan nafas kasar. "Mereka aman dan sampai rumah dengan selamat bersama dengan berita kematianmu. Ada lagi?"

"Ponselku?"

"Itu ponsel Cindy, kau adalah Tiffany."

***

Welly dan Cindy bergandengan menuju altar, berjalan mengikuti bentangan karpet di atas rerumputan hijau. Keduanya nampak sangat serasi meski usia mereka terpaut jarak cukup jauh Cindy berusia 22 tahun sedangkan Welly 38 tahun.

Cindy sedikit terkejut melihat keadaan di sekelilingnya, ia tidak menyangka pernikahan pertolongan itu akan diadakan seperti layaknya prosesi pernikahan yang sakral.

Tempat itu dihiasi dengan ribuan tangkai mawar putih senada dengan buket bunga yang dibawa Cindy. Semua yang hadir mengenakan pakaian serba putih, Nena yang terus berada di belakang Cindy untuk membantu memegangi ekor gaun Cindy karena sedikit menyapu lantai juga mengenakan gaun warna senada dengannya.

'Bukankah seharusnya ini hanya pernikahan formalitas? tapi mengapa seperti sungguhan? tempat ini begitu ditata indah walau di gelar secara sederhana. Apa sebenarnya yang dinosaurus ini rencanakan?'

Welly memilih taman belakang kastil untuk melangsungkan pernikahan mereka dengan sangat sederhana. Tak ada tamu undangan, kerabat maupun keluarga hanya di hadiri para penghuni kastil sektiar 40 orang terdiri dari para pelayan, penjaga dan supir.

Sampailah mereka pada inti acara, terlihat Cindy tanpa ragu menandatangani akta pernikahan mereka setelah Welly, sebenarnya Welly cukup was-was jika Cindy akhirnya akan menolak rencana Welly untuk menikah.

Namun sepanjang acara berlangsung nyatanya ia sangat kooperatif, Cindy selalu tersenyum dan bersikap sewajarnya seorang pengantin yang tengah berbahagia di hari pernikahannya. Beberapa kali Cindy juga tanpa canggung menatap mata Welly bahkan melemparkan senyum, Walau ekspresi Welly tetap saja datar.

"Bruuuk. Ah, nyaman sekali" Cindy menjatuhkan diri ke ranjang kamarnya.

Saat yang lain sibuk menikmati hidangan yang ada, Cindy diam-diam meninggalkan taman belakang kastil, rupanya menangis sebelum acara pernikahan membuatnya kelelahan hingga tak tahan lagi untuk merebahkan diri.

Sejenak hatinya bergumul membahas tentang kehidupan barunya yang aneh.

Tadinya.. Namaku Cindy, Cindy Pradjaya, usiaku 22 Tahun. Anak semata wayang dari pemilik Pradjaya Group. Setahun yang lalu kedua orangtuaku meninggal bersamaan dalam sebuah kecelakaan lalu lintas saat Ayahku berinisiatif untuk menyetir mobilnya sendiri setelah beberapa tahun beliau selalu memakai jasa supir.

Mungkin saat itu beliau sudah berfirasat akan suatu hal buruk, itulah hari terakhir kami bertiga tertawa bersama sebelum tragedi terjadi hingga menyisakan aku sendiri pada dunia yang seringkali tidak aku mengerti jalan cerita juga tujuannya.

Namun ibuku selalu berkata, bahwa Tuhan ada setiap waktu pada hati kita. Menunggu kita merengek manja padanya kemudian memeluk kita dalam kasihnya.

Untuk ukuran anak seusiaku aku belum terlalu mengerti cara mengelola perusahaan peninggalan Ayah dengan ribuan pekerja, tak pernah terpikir olehku Ayah akan pergi secepat itu dengan membawa Ibu turut serta.

Untunglah ada Bibi Rin istri dari Almarhum adik Ayah yang sudah puluhan tahun bekerja pada Pradjaya Group, untuk sementara waktu beliau lah yang membantuku mengurus Pradjaya Group serta peninggalan Ayah yang lain sedangkan rencananya aku akan fokus pada semester akhir kuliahku yang sempat terbengkalai karena aku yang masih saja terpukul atas kepergian Ayah dan Ibu.

Tadinya aku juga sangat bersyukur atas kehadiran Bibi Rin dan kedua sepupuku Melissa juga Vivi, mereka selalu menemani hari-hariku bahkan sepeninggal Ayah dan Ibu, Bibi Rin, Melissa juga Vivi memutuskan untuk tinggal di rumah bersamaku.

Rumah yang terlalu besar dan sunyi jika harus ku tinggali sendiri hanya dengan beberapa asisten rumah tangga, rumah yang seolah seluruh sudutnya melukiskan betapa aku begitu di sayangi oleh kedua orangtuaku.

Ayah sengaja membangun rumah kami dengan desain semi castle demi anaknya yang selalu terobsesi menjadi seorang princess. Sungguh keluarga adalah rumah sesungguhnya dimana kita bisa berbagi dengan menjadi diri sendiri.

Namun sekarang aku juga belum begitu mengerti, mengapa aku berada disini dan beralih identitas dari seorang anak konglomerat menjadi seorang istri dari pria yang tak ku kenal. Dari Cindy Paradjaya menjadi Tiffany Liem.

Huuuufttt!

***

Tak butuh waktu lama untuk Cindy terlelap. Eh, namanya Tiffany sekarang bukan lagi Cindy kan ya?!"

Welly mulai menyadari jika Istri barunya tidak berada disana. Ia mulai mencari ke dalam kastil menyusuri ruangan demi ruangan tapi belum menemukannya, tak ada yang bisa di tanyai karna semua orang berkumpul di halaman belakang.

'Mungkin dikamarnya, gadis ini benar-benar. Kenapa dia tiba-tiba menghilang?'

Sebenarnya acara itu juga telah selesai, hanya saja Welly merasa cemas tanpa alasan pada keadaan Istri barunya itu.

Mendapati Tiffany sedang terlelap dengan pulasnya. Welly hanya duduk di ujung ranjang nemandangi wajah Tiffany perlahan mulai dari alis, mata, hidung kemudian ke bibir.

Tiba-tiba Tiffany bergerak,membuat Welly kaget dan berdiri takut keberadaannya diketahui. Ternyata ia hanya merubah posisi tidurnya dari terlentang menjadi miring menghadap ke arah Welly.

Welly mendekat lagi sambil melambaikan tangan di depan mata Tiffany, setelah dirasa aman Welly duduk lagi untuk kembali memandangi wajah Tiffany.

Namun fokusnya terganggu, posisi tidur miring Tiffany yang masih mengenakan baju pengantin model Off-shoulder membuat baju itu tersibak tak karuan bagian dadanya, membuatnya menelan kasar salivanya dan mengusap wajahnya yang seketika memerah.

Astaga!

Dengan rasa panik Welly menyelimuti Tiffany hingga batas dagu.

"Aaaaakh, panas!" Tiffany melempar selimutnya ke sembarang arah, gerakannya malah semakin membuat dua benda itu lebih memberontak keluar.

Dengan cekatan Welly menyelimutinya lagi, kali ini hingga ujung kepalanya.

Tiffany menampik selimutnya dengan mata terbuka.

Merekapun akhirnya saling beradu pandang cukup lama.

Dengan tiba-tiba satu tangan Tiffany menangkup sebelah pipi Welly mengusapnya dengan ibu jari. "Apa sayang? Mengapa kau membangunkan tidurku? hmm?" Suaranya terdengar begitu manja dan parau, serak khas orang bangun tidur.

Tentu saja keadaan Welly semakin tak karuan. Wajahnya semakin memerah, jantungnya dua kali lipat berdetak semakin kuat.

"Ayo! Kamarmu bukan disini lagi sekarang," Welly mengangkat badan Tifanny, menggendongnya ala bridal style.

Tiffany tersenyum sinis.

Cih, Kena kau Tuan Dinosaurus.

Tiffany pun mengalungkan tangannya di leher dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang Welly.

Rupanya Welly telah menyiapkan kamar baru untuk mereka, lain dengan kamar lama Welly yang semalam ditiduri Tiffany.

"Cepat ganti pakaianmu dan beristirahatlah, masih ada satu acara lagi nanti malam!!" Ucap Welly menurunkan Tiffany pada ranjang yang lebarnya mncapai tiga meter.

"Hah, acara apa lagi?" tatap Tiffany penuh tanya merapatkan alisnya.

"Nanti juga kau akan tau, aku tak punya waktu menjelaskannya padamu." Welly melirik ke arah jam tangannya lalu pergi meninggalkan kamar seperti sedang memburu waktu, entah ia akan kemana.

Sejenak Tiffany memperhatikan sekeliling kamar. Dirinya melihat ada meja rias besar pada satu sisi dinding dan mendekatinya, membuka semua laci satu persatu.

"Masih kosong, tidak ada apapun disini lalu dimana baju-bajuku tadi sepertinya dia menyuruhku agar berganti pakaian tapi disini aku tidak melihat lemari pakaian hanya ada disitu meja makan kecil, disitu sofa pintu keluar, lemari pendingin, area kerja, pintu kamar mandi kemudian pintu ke balkon." sambil menunjuk setiap sudut ruangan Cindy berusaha mencari dimana lemari pakaian

Telepon kamar yang terletak pada nakas di samping ranjang tempat Tiffany berbaring berbunyi.

"Ya?"

Tiffany menjawab panggilan tersebut.

"Nona Tiffany?"

"ya, benar"

"Nona, saya Nena,, saya hanya ingin memberi tahu jika masih ada waktu empat jam untuk beristirahat sebelum kita mulai bersiap untuk acara nanti malam, lalu apakah ada yang Nona perlukan sekarang?"

"Bisakah kau kemari membawakanku makanan Nena? aku sangat lapar."

"Makanan apa yang Nona inginkan?"

"Terserah padamu saja Nena."

"Saya segera datang Nona."

"Cepatlah Nena, trimakasih." Pagi tadi Tiffany hanya memakan sup jagung buatan Bu Anah dan belum sempat memakan apapun lagi. Perutnya kini merasa sangat lapar hingga terus saja mengeluarkan suara.

Tak lama Nena datang bersama seorang pelayan lain yang membawa meja dorong berisikan beberapa piring makanan berbeda pada tiap piringnya.

"Silahkan Nona makanan anda sudah siap," sementara Nena mempersilahkan Tiffany untuk makan, pelayan lainnya menata makanan pada meja makan kecil yang hanya cukup untuk dua orang di dalam kamar itu.

"Nena!" panggil Tiffany.

"Ya Nona?"

"Apa kau tau dimana baju-bajuku disimpan?"

"Mari saya tunjukkan Nona."

Tiffany beranjak dari tempat tidurnya mengikuti Nena yang berjalan mendekati bevel kaca cermin dengan lebar 2 meter dan tinggi 5 meter mengikuti tinggi ruangan pada satu sisi dinding.

Nena menggeser bevel kaca itu hingga terlihat penuh ruangan di balik bevel kaca tersebut. "Disini semua barang anda Nona, silahkan."

"Oh, jadi disini rupanya. Baiklah, terimakasih Nena kau bisa kembali bekerja." Tiffany tersenyum.

"Saya permisi Nona," berpamitan dengan sedikit membungkuk.

Dasar dinosaurus, dia menyuruhku berganti pakaian tapi tidak menunjukkan padaku dimana tempatnya bagaimana aku akan tau jika Nena tidak memberitahu, untung saja aku pintar. Huh!

Tiffany mengelilingi walk in closet, membuka setiap lemari dan lacinya untuk mengetahui juga menghafal letak barangnya. Sisi kanan adalah milik Welly sedangkan sisi kiri yang lebih luas milik Tiffany lengkap dengan baju, tas, sepatu bahkan perhiasan serta aksesoris baru lainnya.

"Semua barang untukku disini tidak ada yang ku kenal, dia mengganti semua identitasku bahkan termasuk underwear. benar-benar memang lelaki itu." gerutu Tiffany pada ulah suami dinosaurusnya.

"Hah. Ini?” Tiffany melotot saat membuka salah satu lemari. "Ini kenapa semua baju tidurku mini begini?” Sebenarnya itu ulah Coco, ia sengaja memilihkan gaun tidur yang serba mini dan sedikit transparan untuk Tiffany tapi dirinya justru salah mengira bahwa Welly yang menginginkan itu semua.

"Baiklah jika itu maumu Tuan dinosaurus, ku terima tantanganmu dan lihatlah betapa kau akan bertekuk lutut padaku." senyum licik Tiffany mengembang.

BERSAMBUNG ...

JANGAN LUPA LIKE YA ...

TEKAN FAVORIT JUGA AGAR KALIAN DAPAT UPDATE BAB TERBARU DARI AUTHOR

I LOVE U

Terpopuler

Comments

Wavira

Wavira

seru

2021-03-17

1

Heny Oktafrizal

Heny Oktafrizal

penasarannnnnnn

2021-03-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!