Kerinduan Melissa

Malam harinya, Tiffany dan Welly sedang makan malam di meja makan keluarga. Tiffany pun melayani Welly selayaknya Seorang Istri yang baik.

Hari ini Welly pulang lebih cepat dari seharusnya karena ia ingin bersama istrinya yang sudah beberapa hari tidak ia temui karena lebih dulu berangkat ke Jakarta.

"Besok malam akan diadakan pesta penyambutan presdir baru, jadi besok Coco akan membantumu menyiapkan diri.“ Ucap Welly pada Tiffany yang sudah mulai menyantap pencuci mulut nya.

”Baiklah, besok Aku tidak akan mengecewakan suamiku, Aku akan membuat semua orang terpana, dan juga membuat suamiku kagum.“

"Begitu?" Tanya Welly.

Tiffany mengangguk.

"Baik,, Aku akan menunggu penampakan Bidadari Ku." ucap Welly merayu Tiffany namun tetap dengan ekspresinya yang datar dan kaku. entah apa yang ada dalam benak Welly saat itu, dia hanya merasa gemas saja pada Tiffany yang dari siang bersikap manja padanya.

"Sayang!" Ucap Tiffany mencontohkan "Bisakah kau memanggilku juga dengan sebutan itu?" pinta Tiffany dengan nada manja pada Welly.

Blush-

Wajah Welly memerah mendengar Tiffany Yang merengek meminta dipanggil sayang.

“Ss- sayang? Kau mau Aku memanggilmu sayang?" Welly tergagap saat pertama kali memanggil Tiffany dengan panggilan sayang, rasanya Canggung tapi karena itu permintaan dari Tiffany tentu saja Welly akan berusaha mengabulkannya.

Nampaknya mereka berdua telah selesai dengan makan malamnya. Meja makan yang seharusnya bisa diisi dengan 12 orang, Hanya mereka pakai berdua.

Rumah keluarga Liem memang terlalu besar untuk pasangan muda yang belum memiliki keturunan seperti Welly dan Tiffany. Aroma kesunyian sangat terasa seperti hadir di antara mereka.

***

Di sudut sofa kamar, Welly membuka laptopnya memeriksa beberapa file yang ia butuhkan esok hari. Tiffany menghampiri Welly dan mendudukkan diri di sebelahnya.

”Suamiku,“ Tiffany memiringkan wajahnya nya seolah mengintip wajah Welly yang fokus pada layar laptopnya.

"Hem, ada apa Sayang?" Dengan ekspresi datar, Welly menjawab panggilan manja dari istrinya sambil masih terus fokus pada laptopnya.

"Hehe, kau memanggilku apa tadi? Boleh aku dengar sekali lagi? " wajah Tiffany sumringah.

"Apa Sayang,, Kenapa hari ini kau sangat manja?”

"Lihat ke sini!! Kau memanggilku sayang tapi menatap laptopmu? Jadi, yang Kau panggil sayang Aku atau laptopmu?“ rengek Tiffany mengerucutkan bibirnya.

Menyadari istrinya yang terus bersikap manja dan mengganggunya, Welly menutup laptopnya kemudian beralih posisi, menghadap ke arah Tiffany.

Welly menangkup kedua pipi Tiffany, sambil menatapnya lekat, perlahan dipandanginya mata indah Tiffany.

"Kenapa?.. Ada apa Sayang? Hari ini kau begitu manja, Apa ada yang kau inginkan dariku? Ayo, katakan padaku?” Welly sendiri bingung, hari ini Tiffany begitu manja padanya. Penasaran akan tingkah Tiffany Welly memutuskan untuk bertanya langsung.

Tiffany menunduk, tangannya memegang ujung kaos Welly dengan memutar putarkan nya.

"Tidak, Aku tidak ingin apa-apa darimu, aku sendiri tidak tahu apa yang membuatku seperti ini.” Suara Tiffany mengecil.

“Kemarilah!" Welly merentangkan kedua tangannya.

Tiffany pun datang pada Welly, memeluknya. Membenamkan wajah istri manjanya pada dada bidang miliknya, begitu harum dan nyaman itu yang Tiffany rasakan sekarang.

Ada apa denganku? pelukan ini terasa begitu nyaman. Apa aku mulai jatuh cinta padanya. Sungguh, ini begitu menenangkan seperti pelukan Ayah.

ucap Tiffany dalam hati.

Tak ingin ketahuan Welly, bahwa ia sangat menikmati dekapan tubuh Welly, Tiffany pun mengalihkan pembicaraan.

"Besok kau ingin aku berdandan seperti apa? Atau mungkin pakai baju warna apa?"

"Kenapa memikirkan itu? Bukankah sudah ada Coco yang biasa mengatur semuanya untukmu, lagi pula dia yang lebih tahu warna baju apa yang cocok dikenakan olehmu untuk pesta besok."

"Benar juga." Tiffany baru menyadari bahwa dirinya telah memilih topik yang salah.

"Sepertinya kau begitu menikmati pelukan ku? Apa kau sudah siap dengan yang lebih dari ini Sayang?" ucap Welly menggoda Tiffany, yang masih terlihat nyaman dalam dekapan Welly.

Sontak Tiffany merasa malu pada ucapan Welly, tapi mau bagaimana lagi Tiffany pun rasanya masih enggan beranjak dari dada bidang Welly nan harum itu.

***

Kediaman keluarga Pramu Pradjaya.

Melissa sedang memandangi foto Cindy, tanpa sadar ia meneteskan air mata Seraya mengenang masa-masa kebersamaannya dengan saudara sepupunya itu. Tak bisa dipungkiri dirinya begitu merindukan Cindy saat ini.

Ingatannya bergelayut pada masa sesaat sebelum dirinya, Cindy dan Vivi melakukan perjalanan yang na'as baginya.

FLASHBACK ON

Pagi itu Cindy merasa suasana hatinya sedang sangat baik, Pagi-pagi sekali Cindy sudah berlarian menuju kamar Melissa yang berada di sebrang kamarnya. Rumah bergaya kastil itu mempunyai tiga lantai, semua kamar terletak di lantai dua dengan mezzanine atau balkon dalam rumah melingkar.

Sambil menggendong pussy, kucing kesayangannya, Cindy masuk kamar Melissa tanpa mengetuk pintu dengan mengendap-ngendap, apa lagi yang akan dia lakukan selain membangunkan Melissa dengan cara yang absurd.

"Meliiii, bangun!" Cindy menempelkan hidung pussy pada pipi Melissa seperti mencium.

Padahal Cindy tau Melissa akan selalu bersin jika berdekatan dengan kucing.

"Hacih"

"Hacih"

Benar saja, Melissa seketika bersin dan terpaksa bangun.

"Cindy! Kebiasaan ah, ganggu terus," dengan mengucek hidungnya terus menerus dan mata yang masih tertutup Melissa memarahi Cindy."

"Hihi, ayo bangun Meli, ini sudah siang. Mari kita berbelanja untuk keperluan berlibur besok!" ajak Cindy sambil terus mencium-ciumkan pussy ke pipi Melissa.

"Haciiiiih"

"Iya. Iyaa cukup Cindy!"

"Ok, aku beri waktu 15 menit untuk bersiap, jika aku kembali kamu belum juga siap, aku akan bawa pinka juga kemari hihihi."

Pinka adalah kucing peliharaan Cindy juga yang berwarna putih, sedang Pussy berwarna hitam.

Rupanya ancaman Cindy sedikit membuat Melissa khawatir, dengan segera Melissa menuju kamar mandi dalam kamarnya dan mencuci hidungnya terlebih dulu. Saat akan mulai menggosok gigi pada wastafel Melissa melihat pasta giginya sudah habis.

"Yah habis."

Melalui panggilan intercom Melissa menghubungi dapur untuk meminta bantuan asisten rumah tangga membawakannya pasta gigi, namun beberapa kali panggilan, tak ada satupun jawaban.

"Aduh, males banget harus turun," Melissa menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil melangkah keluar kamar.

"Lakukan dengan benar!

Di ujung tangga saat akan turun, tepat di depan kamar Rin. Melissa mendengar Mamanya sedang bercakap di telfon dengan nada marah.

"Mama kenapa? kenapa dia marah-marah sepagi ini?" Melissa mendekatkan telinganya pada puntu kamar Mamanya.

"jangan sampai gagal, jangan sampai kelinci manja itu kembali dengan selamat ke rumah ini, kalian tau aku tidak pernah mentoleransi kesalahan!" Suara Rin dari balik puntu yang terdengar oleh Melissa.

Kelinci manja? siapa maksud mama? pasti ada yang tidak beres.

Batin Melissa bertanya-tanya.

Merasa Rin sudah selesai dengan pembicaraannya, Melissa segera masuk ke dalam kamar Rin.

"Mama, aku mendengar semua percakapan Mama barusan. Apa yang sedang Mama rencanakan? Mama tidak sedang ingin melakukan hal buruk kan Ma ?" tanya Melissa dengan suara pelan, takut ada yang mendengar.

"Eem-aa-em tentu saja tidak nak, Mama hanya sedang memasang strategi bisnis." sangkal Rin pada Melissa.

"Mama yakin? tolong jangan melakukan hal berbahaya yang membuat Mama ikut celaka Ma, jangan sakiti Cindy. Bukankah sudah cukup kehidupan kita yang sekarang ?"

Melissa mulai membaca rencana sang Mama yang selama ini selalu terobsesi pada harta kekayaan keluarga Pramu Pradjaya yang sekarang tentu saja jatuh ke tangan Cindy.

Sebab bukan sekali ini saja Rin berusaha menyingkirkan Cindy. Sebagai wali sementara dari seorang Cindy Pradjaya tentu saja dia yang akan sangat diuntungkan dengan lenyapnya Cindy sebelum usia dan kemampuan Cindy mengelola saham-saham perusahaannya mumpuni.

"Tenanglah sayang, kamu salah sangka terhadap Mama mu ini, kamu terlalu menyayangi Cindy nak. Ini semua hanya rencana kecil, tidak akan melukai siapapun."

"Jadi benar dugaanku Ma?" intonasi Melissa meninggi.

"Ssst! pelankan suaramu, semua Mama lakukan demi kalian. Kalian tidak tau betapa Mama selama ini bekerja siang malam demi Pradjaya Group, tapi apa yang paman kalian berikan pada Mama ? Nothink!"

"Tapi Mama, ini semua bukan hanya soal Cindy, Mama juga dalam bahaya. Itu kriminal Mama!" Melissa mulai meneteskan air mata meyakinkan Rin.

"Tenanglah nak Mama tau batasnya, kamu hanya perlu melupakan kejadian ini, tutup mulutmu jika tidak ingin Mama berada dalam bahaya!" doktrin Rin pada Melissa.

"Hiks!"

Melissa berlari kecil, sambil terisak keluar dari kamar Rin dan kembali ke kamarnya.

Tak lama kemudian, Cindy yang sudah siap dengan gaya casualnya namun tetap cantik menghampiri Melissa di kamar.

"Melii !" teriak Cindy.

"Kenapa belum siap juga? aaah!" Cindy merengek kesal menarik-narik selimut Melissa yang sedang tengkurap di ranjangnya.

Sambil berbalik badan untuk bangun, Melissa balik memarahi Cindy.

"Lihat gara-gara pussymu itu aku tidak berhenti bersin sampai mengeluarkan air mata Cindy."

"Ha?" Cindy terbelalak sambil mengusap mata Melissa.

"Benarkah sampai seperti ini Meli?"

"Menurutmu?"

Cindy mendudukan dirinya di samping Melissa dan mendekapnya dari samping.

"Maafkan aku Meli, aku tidak akan mengulanginya, mari kita ke dokter dulu sebelum berbelanja untuk memeriksakan alergimu," sesekali Cindy menciumi pipi Melissa.

Air mata Melissa kembali ingin tumpah saat mengingat rencana Rin pada Cindy.

"Cindy dengarkan aku!"

"ya?" Saut Cindy.

"Ingat! Jaga dirimu dimanapun kau berada. Dengan maupun tanpa diriku kau harus baik-baik saja! Kau tau aku begitu menyayangimu kan ?" tegas Melissa.

"Meliii hiks.. ucapan apa ini? maafkan aku!"

"Apa kau marah padaku Meli?"

"Kau ingin pergi dari sini?" Cerca Cindy.

Melissa mengacak-acak rambut Cindy, sambil tersenyum kecil.

"Dasar princess b*doh!"

"Kita kan akan pergi liburan jauh, aku tidak mau terjadi sesuatu pada salah satu dari kita disana. Bisa saja salah satu dari kita tersesat atau apa kan?" ucap Melissa.

"Ah, begitu maksudmu. Syukurlah kalau begitu.. Huft!" Cindy menghela lega.

Bagaimanapun Melissa menyayangi Cindy seperti adik kandungnya walau mereka sebaya, tapi dirinya juga tidak kuasa membantah Rin mengingat selama ini Rin begitu berjasa di hidup Melissa.

FLASHBACK OFF

"Cindy ku sayang, Cindy ku yang malang. Dimana kamu sekarang berada? Aku benar-benar merindukanmu. Andai engkau tahu apa yang sudah Mama aku lakukan padamu. Bahkan sekarang perusahaan yang sudah susah payah dibangun oleh Paman beralih ke tangan orang lain.. Maafkan aku, Aku tidak bisa berbuat apapun.

Aku tidak berguna untuk mu. Aku hanya bisa berdoa untukmu semoga kau baik-baik saja di luar sana, keyakinan ku tetap pada semula, bahwa kau masih hidup. Suatu saat nanti aku pasti bisa bertemu denganmu. Aku yakin itu. "

Tak lama, Vivi datang menghampiri Melisa yang sedang menyendiri di kamarnya, " Kak Mel, Ayo makanlah.. aku dan mama sudah selesai makan malam,” Vivi melirik pada foto Cindy yang yang berada di tangan Melissa. Beberapa kali Vivi melihat Melissa mengusap foto itu.

Bersambung ....

Trimakasih sudah membaca.

jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak berupa like dan komen. Ikuti juga supaya mendapatkan notifikasi saat bab baru ter update ya**..

i Love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!