Malam harinya, Peter masih terus bersandar pada dinding kamar tempat Cindy di rebahkan selama pingsan. Peter tak beranjak meninggalkan Cindy sedikitpun sejak Cindy berada disitu.
Cindy pun akhirnya tersadar dari pingsan.
Mengerjapkan mata.
"Hah?" Reflek mengangkat kedua bahunya karna terkejut.
"Peter, Kau kah itu??" Pandangan Cindy masih sedikit kabur.
"Akhirnya anda sadar juga Nona, bagaimana keadaan Nona, apakah ada yang terasa sakit?" Sambil menuangkang air minum yang ada pada nakas samping ranjang, kemudian memberikannya pada Cindy.
"Trimakasih," Cindy menerima gelas berisikan air lalu menenggaknya sampai habis.
"Apa Nona lapar?" Tanya Peter sambil mengambil gelas dari tangan Cindy dan kembali meletakkannya di atas nakas.
Cindy Mengangguk.
"Iya, Aku merasa lapar." Cindy berkata sambil mengerucutkan bibirnya.
Gadis ini imut sekali. Seperti anak kucing yang sedang kelaparan. Haiiiis.. apa yang sedang kupikirkan!
Peter merutuki pada apa yang terlintas di pikirannya.
"Apa yang ingin Nona makan? koki kami akan menyiapkannya."
"Apa saja boleh yang penting enak. Kemana dua sepupuku sekarang berada Peter?" Tanya Cindy yang mulai menyadari ke tidak beradaan Melissa dan Vivi.
"Mereka ada di tempat yang aman. tadi Nona cukup lama tidak sadarkan diri, nanti setelah makan malam akan saya jelaskan dimana sepupu Nona sekarang berada."
"Baiklah Peter."
Cindy tidak bertanya pada Peter, sedang dimana dirinya sekarang. Karena Cindy menganggap bahwa dirinya sedang berada di sebuah penginapan atau sejenisnya. Tempat mereka akan menginap selama liburannya.
Peter pamit untuk menyiapkan makan malam Cindy, sementara Cindy bersiap untuk membersihkan diri.
Dua puluh menit kemudian Cindy telah selesai membersihkan diri. ia mengenakan bathdrobe putih yang tersedia di kamar mandi.
dengan kepala yang masih berbalut handuk Cindy berjalan kesana kemari seperti memikirkan sesuatu, sesekali menggigit ujung kuku telunjuknya.
Rupanya ia sedang mencari dimana baju gantinya.
Cindy memeriksa lemari pakaian yang ada di dalam kamar, namun tak menemukan apapun.
Bersamaan dengan itu terdengar bunyi ketukan pintu dari arah luar.
"Ya.." Cindy mendekati pintu kamar, mengintip pada lubang pintu untuk melihat siapa yang datang karena dirinya hanya mengenakan Bathdrobe saat ini.
Rupanya yang datang adalah seorang pelayan perempuan dengan membawa kotak besar bersama seorang lelaki bertubuh bongsor, perutnya agak buncit penampilannya juga sedikit nyentrik.
Satu tangan Cindy membuka pintu kamar, satu tangan lainnya menggenggam kerah Bathdrobe nya agar tidak terbuka. Cindy menjulurkan setengah badannya keluar.
"Permisi Nona, kami diutus Tuan muda untuk membantu Nona bersiap makan ma ...." Belum selesai pelayan itu memyampaikan maksudnya, lelaki buncit di belakang pelayan itu sudah menyela.
"Haaai Nona Prinsyes perkenalkan saya Coco Lee, mulai hari ini saya akan membuat kamuh syantik setiap hari.
"Hmm ulala.. bukankah lebih baik kita mengobrol di dalam?" Pria feminim itupun mendorong Cindy perlahan dan langsung masuk ke kamar tanpa permisi.
Cindy hanya memandang heran memperhatikan tingkah lelaki yang lemah gemualai itu pasalnya mereka belum saling mengenal. Kemudian Cindy pun menutup pintu kamar setelah keduanya masuk.
"Tunggu, tunggu!" Ucap Cindy pada keduanya. "Tolong jelaskan padaku sebelumnya,, apa ini? Tanya Cindy yang masih bingung.
"Oh my God, My Prinsyes itu bukan tugas kami untuk menjelaskan secara detil yang jelas kami kemari karena perintah dari sang Maha Raja Untu mendandani mu. Selebihnya, nanti kau akan mengetahuinya sendiri sayangku.. Now, saatnya kamu menjadi Prinsyes sesungguhnya." ucap Coco dengan nada gemulai.
"Lets go! Lets go! Lets go!" seru Coco dengan menepukkan kedua tangan, memutar tubuh Cindy pada cermin dan mendudukannya.
"Cindy tak bisa berkata apapun, dia hanya menuruti apa yang dikatakan Coco sembari meraba dalam pikirnya mencoba memahami apa yang sedang terjadi namun buntu."
Apa lagi ini, apa mungkin ini bagian dari kejutan Bibi Rin? Ah.. ya, aku mengerti sekarang. Mungkin ini adalah termasuk dari fasilitas pengunjung tempat ini, hihi baiklah ini pasti seru.
Coco merias wajah Cindy dengan makeup natural, dari caranya memoles setiap detil wajah Cindy dan peralatan yang ia gunakan terlihat jelas bahwa Coco adalah seorang profesional.
"Pelayan tolong siapkan gaunnya ya, pelan-pelan jangan sampai kusut you know?" perintah Coco pada pelayan Nena, sambil terus merias wajah cindy juga menata rambutnya.
Sekitar satu jam kemudian...
"Finish!" Coco telah menyelesaikan riasan wajah Cindy dan rambutnya. Sekarang saatnya memakaikan gaun Cindy.
"Ayo buka bajumu Prinsyes!" seru Coco.
"Ta-tapi kau?"
"Hei, seleraku seperti Peter bukan sepertimu. Ah,, kemana dia aku jadi merindukannya," seperti paham yang Cindy maksudkan Coco langsung menjelaskan perihal dirinya.
"Tenanglah Nona, kita bertiga sama." Imbuh pelayan Nena dengan menahan tawanya.
"Baiklah," Cindy akhirnya mau menuruti perkataan mereka meskipun dengan sedikit canggung, mereka mulai mengenakan gaun pada Cindy.
"Uh lala, lihatlah betapa cantiknya Prinsyesku ini, tersenyumlah sayang kau akan bertemu pangeranmu," Coco menepuk lembut kedua bahu Cindy. "Cepatlah, di luar sudah ada yang menunggumu." imbuhnya.
Begitu cantik, Cindy terlihat begitu cantik dan anggun dengan balutan gaun putih panjang, rambutnya di gulung rapi dengan aksen pita senada dengan gaun Cindy. Menambah kesan dewasa nan elegan bak putri negri dongeng.
"Mari Nona!" Ternyata Peter yang sudah menunggu Tiffany di depan kamar. Peter pun mengulurkan tangannya yang kemudian di sambut uluran tangan Cindy. Peter meletakkan tangan Cindy pada lengan dalamnya kemudian mulai membimbing langkah Cindy menuju tempat jamuan makan malam.
Akhirnya, Peter dan Cindy sampai di depan pintu yang sangat besar setelah menuruni tangga dan melewati beberapa ruangan, tak lama kemudian pintu itu terbuka, terdengar alunan musik klasik yang lembut dari dalam ruangan.
"Hah kamu?" Cindy terkejut melihat sosok lelaki yang berada di balik pintu, tapi kemudian Cindy berusaha biasa karna melihat ekspresi datar dan dingin lelaki itu padanya.
Peter meraih tangan Cindy yang berada di lengan dalamnya dan menyerahkannya pada lelaki itu "silahlan Tuan," Ucap Peter.
Tuan? Dia memanggilnya Tuan? Apa ini, siapa dia sebenarnya? Bukankah dia yang kuhampiri sebelum aku pingsan tadi? apa dia pangeran yang dimaksud Coco Lee, ah sudahlah nikmati saja fasilitas ini, mungkin ini bagian dari pekerjaannya.
Lelaki itu pun menyambut tangan Cindy dari peserahan Peter, di genggamnya jemari Cindy dengan lembut menuntunnya pada meja makan di tengah ruangan, menarikkan kursi lalu mempersilahkan Cindy duduk. tak sepatah katapun keluar dari mulut lelaki itu.
Cindy pun enggan merusak suasana yang membuatnya serasa menjadi seorang Princess malam ini dengan menyimpan semua rasa ingin tahunya untuk dirinya sendiri.
Sekarang Cindy sudah terduduk pada kursi meja makan panjang yang seharusnya bisa dipakai untuk dua belas orang. Namun tak ada siapapun disitu selain mereka berdua, lelaki itupun juga sudah mendudukan dirinya pada kursi di ujung meja makan tepat berhadapan lurus dengan Cindy.
Set peralatan makan juga sudah tersusun rapi di atas meja dengan lilin cantik menghiasi tengah meja persis seperti jamuan makan malam seorang pangeran pada cerita dongeng yang sering Cindy baca.
Tak lama kemudian seorang pelayan pria berpakaian rapi datang membawa nampan berisikan wine dengan apiknya lalu menuangkan pada gelas keduanya. Setelah pelayan pergi, Lelaki itu menatap ke arah Cindy dengan mengangkat gelasnya untuk bersulang.
Cindy pun segera memegang kaki gelas untuk kemudian mengangkatnya, sedikit memutar wine pada gelas tersebut, menghirup,, menikmati aromanya.
'Ini white wine jenis chardonnay, berarti hidangan malam ini adalah hidangan laut'
Cindy sudah bisa mengetahui jenis hidangan malam ini dari wine yang disuguhkan. Chardonnay white wine, wine jenis ini memiliki rasa citrus kuning, pear, apel, nanas, pisang, cinnamon, butterscotch, dan oak dari barrel-nya memang ini yang paling cocok di padukan dengan makanan laut seperti lobster dan kepiting.
Beberapa menit kemudian hidangan pun tersaji, mereka berdua menikmati makan malam dengan hening, hanya samar terdengar alunan musik klasik dari gramofon atau alat pemutar piringan hitam.
***
"Ya Tuhanku, Nena, kenapa begitu lama untuk sekedar membuka pintu saja?" Coco emosi pada pelayan Nena yang kesulitan membuka pintu utama kastil.
"Sabar Tuan ini sudah bisa, nah silahkan!"
"Untung bisa, kalo tidak aku akan memakanmu ... haum .... " Sambil memperagakan gaya kucing megaum Coco menakuti nena.
Coco dan Nena di tugaskan untuk menyiapkan semua keperluan Cindy, Coco dengan sigap menghubungi kaki tangannya meminta mereka agar mengirimkan baju-baju rancangannya dari cabang butik yang terdekat. Semuanya harus siap sebelum makan malam Cindy berakhir.
Coco Lee adalah perancang busana terkenal yang serba bisa, dalam bekerja dirinya tidak memerlukan banyak team. Ia bisa merangkap sebagai fashion stylist bahkan makeup artist. Itulah sebabnya tarif jasa Coco Lee terbilang sangat tinggi.
***
Makan malam selesai, Lelaki yang bahkan namanya pun belum Cindy ketahui itu mengajaknya berbincang di sky terrace samping ruang makan.
Cindy pun tak menolak, sebab banyak pertanyaan yang ia simpan sejak tadi.
"Cindy Pramudjaya" sebut lelaki itu.
Cindy menoleh padanya yang berdiri di samping kanan Cindy hanya berjarak sekitar setengah meter.
Sembari memandang jauh pada pemandangan malam Heven Island, Lelaki itu berkata.
"Trimakasih sudah bersedia makan malam bersamaku," gaya berbicaranya begitu tenang membuat Cindy merasa di istimewakan.
"Mengapa anda berterima kasih Tuan, saya yang seharusnya mengatakan itu. Terimakasih karna telah menyambut saya dengan baik di tempat ini, malam ini tidak akan pernah saya lupakaan saat kembali ke rumah nanti." Ucap Cindy tulus.
Lelaki itu tersenyum kecut.
"Cih! siapa yang mengatakan padamu jika aku sedang menyambutmu untuk di ingat saat kau kembali pulang Nona Cindy?"
"Apa maksud Tuan?" tanya Cindy yang semakin tidak mengerti.
Lelaki itu berjalan pada meja kecil di sebelahnya dan menungkan dua gelas wine, satu untuknya satu lagi diberikannya pada Cindy.
"Perkenalkan aku Welly Liem pemilik pulau dan kastil ini, keberadaanmu disini adalah bukan sebagai tamuku," Ucap Welly dengan senyum sinis dan ekspresi yang menakutkan bagi Cindy.
Cindy mulai cemas tapi dirinya berusaha terlihat tenang dengan meneguk habis minuman di tangannya.
"Ttt-tolong sampaikan lebih jelas Tuan," pinta Cindy pada Welly dengan terbata karena mulai menyadari ada yang tidak beres.
Bertambah cemas, Cindy malah menuang lagi minuman pada gelasnya hingga beberapa gelas.
Welly mendekat pada Cindy, kini mereka saling berhadapan.
Satu tangan Welly merengkuh pinggang langsing Cindy, menariknya kasar menabrak tubuh Welly kemudian menahannya.
"Ahh!" gelas di tangan Cindy pun terjatuh.
"Kau adalah tawananku Nona, sekali memasuki kastil ini, maka kau tidak akan bisa keluar satu langkahpun." Welly mengatakannya dengan kalimat penuh penekanan.
Cindy mematung memandangi wajah Welly yang sangat dekat dengannya.
Ponsel di saku celana Welly bergetar. Sambil terus menahan pinggang Cindy, Welly mengambil ponselnya. Tertera nama Peter pada layar ponsel itu dan Welly pun bergegas menjawab.
"Lakukan sesuai perintahku sebelumnya dan laporkan setiap perkembangan!" ujar Welly pada Peter beberapa saat setelah terlihat menyimak apa yang Peter sampaikan melalui ponselnya.
Lalu kembali berbicara pada Cindy setelah mengakhiri panggilannya.
"Dengarkan aku Nona!"
"Hem?" jawab Cindy yang hanya diam dalam dekapan Welly memandangi raut wajah Welly.
"Bersiaplah karena besok pagi kita akan menikah!"
"Ckckck, lelucon apa ini pangeran? Ckckck" sambil memukul-mukul dada Welly." Cindy terkikik mendengar perkataan Welly
Ah sial,, gadis ini mabuk rupanya. Percumah saja aku mengatakan apapun dia tidak akan mengingatnya.
Cindy pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang Welly dan malah tertidur pulas. "Hmm Pangeran, kau harum sekali." Igau Cindy.
Welly terkekeh mendengar igauan Cindy ditambah memikirkan seorang gadis dalam tekanan yang justru tertidur pulas, kemudian dengan segera mengendong Cindy ke kamar.
Cukup jauh jarak dari aula tempat mereka makan malam menuju kamar Cindy. Welly masih harus melewati beberapa ruangan dan menaiki tangga tangannya pasti akan patah pikirnya. Akhirnya Welly pun memutuskan membawa Cindy ke kamarnya yang berada tak jauh dari aula.
Bersambung...
Tinggalkan Jejak PLIS ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Nyai iia
hadir kembali..
jangan lupa feed back nya ya..
"i will die in love"
2021-03-18
1