Seperti Anak-anak

"Baiklah, aku pamit dulu. Kau tenanglah Welly dia akan baik-baik saja. itulah akibatnya jika menikah tidak mengundang sahabat yang lebih tua." Ucap Dokter Frank dengan meninju pelan bahu Welly.

"Hei, jaga bicaramu! aku mengundang mu. Kau yang tidak bisa hadir saat itu."

"Haha, relaks kawan. kenapa semua hal kau buat tegang. Baik-baik lah.. adik iparku masih sangat muda, jangan sampai kau lebih bertambah tua lagi."

"Wah, keterlaluan. Bagaimana jika besok rumah sakitmu ku ganti menjadi panti jompo agar kau selalu ingat umur?"

"Wow seram, ampun boss!" jawab Dokter Frank pada ejekan Welly, sambil menyatukan telapak tangan, memohon.

Keesokan paginya,

Tiffany mengerjapkan mata, mulai terbangun dari tidurnya yang seperti orang mati dan lebih merasa segar, menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk meregangkan pinggangnya. Masih dalam posisi terduduk pada tempat tidurnya, namun dirinya tak mendapati Welly suaminya berada di ranjang itu juga.

Perlahan pandangannya menyisir ke setiap sudut kamar.

"Bukankah ini akhir pekan? kemana dia, apa di akhir pekan dia tetap bekerja? ah, ntah lah terserah saja." ucap Tiffany tak perduli.

Rupanya kejadian semalam sama sekali tidak terekam dalam otaknya. Tiffany tidak sadar akan keributan yang ia cipatakan semalam.

Dari arah pintu kamar mandi, Tiffany di kejutkan dengan suara pintu yang terbuka. Welly keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai boxer ketat sambil

mengusap rambutnya dengan handuk untuk mengeringkannya.

"Astaga! dia hanya memakai boxer." Tiffany terperangah dengan morning view yang ada di hadapannya saat ini. dada bidang di balut dengan kulit putih juga semerbak aroma maskulin yang sesekali terhirup karna terbawa angin membuatnya hilang fokus.

Dengan tak berdosa ia mengamati tonjolan tengah paha Welly yang sedang mengenakan boxer brief hitam. Benda sialan yang amat ketat itu membalut pinggang hingga setengah pahanya membuat Tiffany menggigit bibir.

"Puas sudah membuat keributan semalam? hmm ?" Tanya Welly santai dengan gerakan teraturnya menggosok kepala dengan handuk.

Tiffany bergeser pada ujung ranjang duduk dengan menggelantungkan kakinya ke bawah. Mendekatkan diri ke arah dimana Welly berdiri.

"Keributan? apa maksudmu?" tanya Tiffany, mengerjapkan mata bingung.

Welly memghentikan aktifitasnya.

"Jadi kau benar-benar tidak ingat?" menoleh heran menatap Tiffany.

"Apa penting, hingga di wajibkan mengingat?" dengan nada malas, meremehkan dan acuh Tiffany menjawab membuat Welly kesal.

Kini Welly memegang kaki Tiffany yang bergelantungan di lantai, di seretnya kedua kaki Tiffany dengan paksa agar Tiffany pergi dari ranjang.

"Mandilah, guyur kepalamu dengan air es agar kau ingat apa yang kau buat semalam!"

Namun Tiffany tak mengalah begitu saja, merasa ia tidak melakukan kesalahan Tiffany berniat melawan. Menaikkan pantatnya lagi ke ranjang dengan kedua tangannya menggenggam sprei kuat-kuat berharap Welly menyerah dengan usahanya.

"Apa sih kamu, aku tidak mau mandi air es, kau tidak akan berhasil memaksaku ... wlue ...." Pekiknya sambil mengejek.

Welly semakin kuat menarik Tiffany turun dari ranjang. Tiffany juga tak mau kalah begitu saja.

"Baiklah kebetulan sekali aku juga suka bermain kasar" Bagus Tiffany, mulutmu harimaumu! Welly langsung menekannya, tubuh Welly mengunci pergerakan Tiffany, tatapannya berubah.

"Apa perlu ku suruh Peter untuk prever borgol? atau.. cambuk?" Welly mengucapnya penuh tekanan membuat Tiffany ketakutan. Tapi menurut Welly itu menggemaskan dan semakin ingin melakukan lebih.

Tiffany mengenakan hot pants longgar berbahan katun dan kaos over size putih saat itu, Nena yang semalam mengganti pakaiannya.

"Kau tidak memakai bra ya?" Tidak menjawab, Tiffany hanya terdiam, mengalihan pandangannya dari tatapan intens Welly saat menyadari Tangan Welly sudah mulai kemana-mana.

Welly menelan salivanya, berusaha tetap fokus pada rasa takut Tiffany, tapi rasanya sulit.. lekuk tubuh Tiffany seakan menantang imajinasi Welly.

Tiffany sadar ia harus mengendalikan akal sehatnya ia tak mau menyerahkan kesuciannya pada Welly sebelum benar-benar yakin bahwa Welly tak punya niatan jahat pada dirinya dan keluarganya. Lagi pula dia sedang datang bulan..

"Suamiku, sayang ... !"

"Ya?" Suara Welly parau.

HAH!

"Tiffaaaaaany, mulutmu bau sekali."

"Huek ..." Welly menahan nafsu muntahnya.

"Haha, ckckck." Tiffany terkikik parah.

Tawanya pecah saat menyemburkan nafas bau mulutnya, membuat Welly dengan cepat berlari ke sudut ruangan sambil menutup hidungnya. Bagaimana tidak? sejak semalam Tiffany belum menggosok giginya.

"Sikat gigi sana!"

***

Hari ini, Tiffany dan Welly sarapan di meja makan. Tak ingin merasa canggung, Tiffany pun mengajak Bu Anah, Nena juga Peter makan bersama. Mereka sempat menolak namun rengekan manja Tiffany membuat Welly memberi kode keras pada semuanya untuk menuruti kemauan Tiffany.

"Yeay, begini kan enak makan rame-rame." soraknya senang.

Ekor mata Welly hanya melirik pada tingkah istrinya yang seperti anak-anak itu.

Tak berapa lama, pelayan membawa nampan berisikan spaghetti carbonara kesukaan Tiffany. dengan tatapan posesif pada nampan pelayan, Tiffany terus membidik, tak sabar untuk memakannya.

"Hiih, zigong." Bisik Tiffany dengan nada meledek pada garpu yang ia tusukkan ke makanannya.

"Uhuk!" Welly yang telah mulai mengunyah makanannya tersedak. rupanya Welly mendengar gerutu Tiffany pada garpu itu dan langsung teringat aroma bau nafas Tiffany tadi pagi.

"Uhuuuk, uhuuk" seperti mau muntah namun ditahan.

Tiffany bingung dan memukul-mukul punggung suaminya. "Pelan sayang, tidak ada yang mau merebut makananmu.."

bhug!

bhug!

"pelan! minum, ini minum lah."

Welly meminum air dalam gelas yang disodorkan Tiffany. Kemudian menelungkupkan sendok garpunya.

"Aku ke kamar dulu. Peter, temui aku di ruang kerjaku setelah menyelesaikan makanmu."

Peter hanya mengangguk, karena Tuannya tidak suka ada yang berbicara saat sedang makan.

"Tapi kau belum menghabiskan makananmu sayang" ucap Tiffany pada Welly yang mengacuhkannya dan tetap berlalu pergi.

Bu Anah dan Nena yang tak mendengar gerutu Tiffany juga bingung. Apa yang sedang terjadi pada Tuannya. Tidak biasanya Welly menyisakan makanan, ia adalah orang yang sangat menghargai apapun pemberian Tuhan termasuk makanan, itu yang mereka tahu.

Begitu juga Tiffany, sambil meneruskan kegiatan makannya, perlahan ia memikirkan..

Apa yang salah dariku? kenapa dia tiba-tiba seperti kehilangan selera makan?

Membelalakkan mata dan membingkam mulutnya dengan tangan saat sudah mengingatnya.

Ckckck.

Dasar bodoh, tentu saja dia tidak selera makan.

"Kenapa Nona? Kenapa tertawa sendiri. tanya Nena."

"E-em, tidak Nena. Lanjutkan makanmu. aku hanya teringat sesuatu."

To be Continue...

JANGAN PELIT LIKE DONG PLIIIS.

Trimakasih sudah membaca, mohon dukung author dengan Vote ya, jangan lupa favoritkan untuk mendapat notifikasi update

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!