Imamku Seorang Bartender
CREK
Shafura menutup pintu itu dengan pelan karena takut ketahuan.
"Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah." Nafasnya terdengar pendek begitu juga ucapannya yang terpotong - potong, dengan sisa kemampuan yang ada dia menahan pintu itu dengan kedua tangannya.
"Ya Allah selamatkan aku, aku mohon," ucap Shafura sekaligus berdoa sebagai bentuk ikhtiar terakhirnya, diapun juga sudah sangat kelelahan.
Detak jantungnya hampir kembali normal karena sudah merasa cukup aman. Kini Shafura ikut menyandarkan kepalanya pada pintu sehingga pintu itu memiliki tiga penyangga,Kedua tangannya dan kepalanya. Namun seketika dia mendengar suara bising dari belakangnya lalu sedetik kemudian menghilang. Saat hendak berbalik membelakangi pintu untuk sekedar melihat tempat apa yang dimasukinya, sebuah tangan terlebih dahulu menyentuh pundak Shafura, sontak saja dia terkejut lalu mengangkat kepalanya dan matanya membesar, jantungnyapun kembali berdetak begitu kuat.
"Aku mohon, aku mohon jangan sakiti aku, aku berjanji tidak akan memberitahukannya pada publik!," ucap Shafura gemetar.
"Apa yang kau bicarakan, berbalik!" seru orang itu.
Shafura menuruti perintah orang itu dan membalikkan badannya dengan sangat pelan, lalu melirik takut pada orang bersuara berat di belakangnya itu.
"AAAAAAA ... ." Teriaknya ketika melihat seorang pria berdiri tegap dengan setelan kemeja putih vast hitam serta bersarung tangan senada menatap tajam ke arahnya, Pria itu langsung membungkam mulut Shafura karena teriakannya yang nyaring.
"Jangan bodoh, apa yang kau lakukan di tempat ini?" Tanya pria itu sekaligus membentaknya.
"Jangan sakiti aku, aku mohon!" ucap Shafura yang terdengar samar karena mulutnya masih di bekap serta menyatukan kedua tanganya seraya memohon.
Pria itu melepaskan tanganya, "Dasar perempuan gila, keluar cepat, ini bukan tempatmu." usir pria tinggi itu.
Shafura menggeleng kuat, "Aku mohon jangan usir aku, aku di kejar seseorang!" ucapnya lirih.
Pria itu bernafas kasar, "Huftt,...... aku tidak perduli, cepat pergi atau aku panggilkan pihak keamanan!." Sekali lagi dia membentak gadis cantik itu.
Shafura tertegun dibentaknya, air matanya meleleh dan dengan cepat ia bersimpuh di kaki pria itu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... , a-aku mohon, bila aku keluar, aku akan di bunuh!" Shafura memohon merendahkan dirinya di depan orang itu.
Melihat perempuan berhijab itu menangis, sang pria merasa sedikit iba, dia tak tahu harus berbuat apa, dan apa sebenarnya yang terjadi.
"Hentikan, aku bukan tuhan sampai kau harus menyembah padaku, bangun cepat!" ujar pria itu masih dengan nada yang sama.
"Aku mohon, aku mohon tuan, tolong aku!"
Tak henti - hentinya Shafura memohon sekaligus ia memegangi celana pria itu bermaksud bahwa dia sangat butuh bantuan pria di depannya ini.
"Heeei, Qun." Teriak pria lainnya dari kejauhan dan kembali di ikuti suara kebisingan seperti suara musik yang keras namun ikut hilang lagi seperti ada yang mematikannya.
Shafura semakin penasaran dengan tempat ini tapi dia menahan rasa itu dan lebih memilih tetap memohon.
Merasa di panggil! Pria yang bernama Qun menoleh, "Ya kenapa!" jawabnya datar.
"Aku mencarimu di Ba- . " Belum habis kalimatnya, "Siapa dia?." Tanya pria itu pada Qun ketika melihat seorang wanita bersimpuh di kakinya.
"Entahlah Zaf, dari tadi dia begitu, sudah aku usir tapi tak mau pergi." Jawab Qun.
Karena penasaran lalu pria bernama Zaf ingin membangunkan Shafura.
"Hei." Tegur Zaf dengan tangannya yang menyentuh tubuh Shafura.
Merasa badannya disentuh, Shafura mengelak dengan cepat "Aku mohon ... jangan, ki-kita bukan mahram!"
Zaf dan Qun kaget mendengar jawaban wanita bergamis itu, mereka berhasil saling tatap satu sama lain.
"Oooo, bukan mahram, cepat bangun wahai wanita suci." ucap Qun sinis.
Dengan pelan Shafura menegakkan badannya mengikuti perintah Qun dan mensejajarkan dengan tubuh dua pria yang kini berada didepannya walau tinggi Shafura hanya sebahu mereka.
"Apa masalahmu hah!" Tanya Qun kasar.
"A-aku dikejar oleh temannya ayahku, lalu tak sengaja aku masuk kesini." Dengan tertunduk Shafura menjelaskan.
"Lalu kenapa kau begitu takut hingga menyembahnya?" Kini Zaf yang bertanya.
"Aku akan di bunuh bila aku ketahuan, orang yang mengejarku itu mungkin masih diluar sana!" Tunjuk Shafura ke arah pintu di belakangnya.
Mendengar penjelasan Shafura, Qun menyuruh Zaf mengamati dengan menggerakkan kepalanya sebagai perintah, lalu Zaf melangkah ke arah pintu.
Bersamaan dengan Zaf menggapai gagang pintu, ada seseorang yang mendorongan pintunya seakan ingin masuk namun dengan cepat Zaf menahan orang itu dan Zaf pun keluar.
Melihat itu, Shafura langsung berpindah tempat ke belakang Qun, dan Qun terkejut dengan gerakan tiba - tiba Shafura.
"Aku mohon lindungi aku, aku tahu tuan masih ada hati nurani." Ucap shafura pelan kini ia menarik-narik lengan kemeja putih milik Qun.
Qun meletakkan jarinya di bibir, "Ssst Tenang!" ucapnya sedikit melemah setelah melihat situasi yang sebenarnya,
Lalu Qun menggerakkan kecil telapak tangannya ke arah Shafura untuk tetap menyuruhnya berada di belakangnya, Qun mendekati pintu dan mencoba menguping pembicaraan antara Zaf dan orang misterius itu.
"Hei, bro mau main?" Tanya Zaf pada seseorang.
"Halo Pak Bos, di dalam aman?" Tanya orang misterius itu ramah pada Zaf, sepertinya mereka saling mengenal.
"Aman!, kau boleh masuk tapi jangan rusuh seperti terakhir kali, mau minum atau apa?" Coba Zaf mencari tahu.
"Hmmm ada liat cewek?".
"Hah!... becandanya lucu nih, banyaklah" Ucap Zaf masih terdengar santai.
"Bukan yang sexy, tapi yang pakaiannya tertutup," ujar pria itu.
"Ha ha waah ha ha ... bisa-bisanya orang kayak kau itu nyari cewek sopan, ha ha sudah habis berapa botol hari ini hah?" Jawab Zaf sambil bercanda dengannya.
"Aku serius, minggir aku mau masuk, mana tau dia ada di dalam." Pria itu berusaha memaksa masuk dan pintu itu sedikit bergerak.
"Eits ... Kane jangan berlebihan!" Kini Zaf sedikit serius menghadapi Kane, pria misterius berbadan besar itu.
"Kenapa kau melarangku, apa kau menyembunyikan wanita itu?" tebak Kane pada Zaf.
"Heh, kurasa kau benar mabuk, mana ada di dalam wanita yang auratnya tertutup, sadar bodoh" Tepuk Zaf pelan pada pipi Kane.
Qun mematung dan mendengarkan interaksi Zaf dan Kane, ternyata benar bahwa ada yang mencari wanita yang tengah berada dibelakangnya itu yaitu Shafura. Dengan alasan itu dan beralaskan sarung tangan, Qun mengambil tindakan serta memberanikan diri menarik Shafura untuk ikut dengannya.
Merasa tubuhnya ikut tertarik, Shafura menatap pegangan tangan Qun dan menahan tubuhnya untuk tak ikut melangkah masuk.
Qun terhenti. di tatapnya orang yang menghentikan langkahnya barusan "Apa yang kau lakukan, cepat masuk!" Bicaranya pelan sambil melototinya.
Terpaksalah Shafura mengikuti Qun, namun bukan dibawa ke pintu tempat keramaian orang - orang yang sedang party, seperti yang sempat shafura lirik sekejap mata, tetapi ia diajak ke sebuah lorong lain di dalam Bar itu.
"Apa niatmu, jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan." Shafura kembali berhenti dan bersuara setelah melihat lorong gelap di depannya.
Qun melepaskan tangan Shafura "Kau mau aku selamatkan atau tidak?" Tanya Qun tegas.
Mendengar nada Qun yang serius membuat Shafura hanya mengangguk pertanda setuju dan memejamkan matanya.
"Ya Allah tolong selamatkan hamba."
"Jika aku berniat merusakmu, aku tidak akan mengencangkan urat leherku untuk mengusirmu." ucap Qun seraya mengambil dan menarik lagi tangan Shafura supaya mengikutinya.
Masih dengan memejamkan mata, shafura melangkah masuk namun baru beberapa langkah dia menabrak punggung Qun karena pria itu berhenti tiba - tiba.
"Au."
Qun sedikit terseyum melihat itu. "Bukan saatnya untuk berakting, masuklah! di dalam kau aman. Jika pria itu menemukanmu pur-puralah hilang ingatan!" ujar Qun berucap seakan tak perduli tentang rasa sakit yang diterima Shafura.
Shafura memegangi keningnya, "Baiklah, terima kasih." Lalu Shafurapun masuk keruangan rahasia itu.
Dan ketika Qun ingin menutup pintunya, tangan Shafura menahan pintu itu dan membuat Qun kesulitan untuk menguncinya.
"Siapa namamu?" Tanya Shafura disela-sela pintu yang ingin tertutup.
"Dasar bodoh, Qun." Lalu menarik paksa pintu itu sampai tertutup rapat.
CREK.
"Qun! Pria kasar." Ketus Shafura kesal sambil memutar tubuhnya.
Dan betapa terkejutnya Shafura ketika membalikkan badannya dan mengamati ruangan ini, masih dengan perasaan yang kalut, Shafura tak percaya dengan apa yang matanya lihat, ia melihat kaligrafi dan sajadah serta sarung yang terlipat rapi ada di ruangan itu.
Dia melangkah pelan "Masya Allah! punya siapa ini?" Shafura menyetuh kain itu lalu menciumnya, iapun terhanyut dalam wangi-wangian sarung itu
"Apa di tempat seperti ini ada yang sholat juga, bukankah kalau pemabuk, ibadahnya di tolak 40 hari." Shafura berbicara sendiri dengan dirinya.
Setelah mendapati kebingungan pada kesan pertama di ruangan rahasia ini, sembari menunggu Qun membukakan pintunya lagi, Shafura kini duduk termenung didepan cermin, karena di dalam ruangan tanpa pentilasi itu hanya ada sebuah cermin dan beberapa barang tadi.
"Ya Allah selamatkan aku, jauhkan aku dari perbuatan jahat orang-orang yang tak berniat baik padaku, Amin"
Waktu berlalu tak ada yang bisa Shafura lakukan selain menunggu, sudah cukup lama Shafura di kurung di ruangan itu, namun belum juga ada kabar dari Qun, hingga sebuah ketukan membuat jantungnya kembali terpacu.
Tok Tok Tok
Suara itu mengagetkan Shafura antara senang dan takut kini menghujani relung hatinya, senang kalau itu Qun dan takut kalau itu pria yang mengejarnya tadi.
"Hei." Panggil seseorang dari balik pintu.
Shafura mendekat hingga tak menimbulkan suara sangking pelannya langkah kaki itu lalu meletakkan telinganya ke pintu.
"Hei wanita, apa kau mati, jawab aku?" Tanya pria itu.
Menyadari suara itu benar memanggilnya "Qun apakah itu kau?" tanya Shafura yang langsung menebak kalau suara itu milik Qun.
"Ya! ... dia sudah pergi, namun di luar masih belum aman, tidur saja dulu di dalam sampai besok pagi. " seru Qun.
"APAAAA! ... mana bisa, keluarkan aku." Shafura berontak dengan menggedor pintu.
"Hei wanita! pulang kau mati, bertahan didalam kau aman," sahut Zaf yang ternyata ada di sana bersama Qun.
Shafura menghentikan pemberontakannya dan memilih mendengarkan dua pria di balik pintu itu
"Baiklah." ucap Shafura melemah.
Sebenarnya Shafura dilema selain takut ditangkap oleh teman ayahnya, ia juga takut kalau dua orang yang mengurungnya di ruangan ini juga berniat jahat padanya. Maklum saja dia dikurung di ruangan tersembunyi di dalam sebuah Bar, karena di tempat ini apapun bisa terjadi jika orang - orang yang datang sudah mabuk berat.
...Bersambung...
...***...
* Apakah kedua pria penolong itu baik dan benar menolong tanpa meminta imbalan ?.
Next >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
menyimaks
2022-07-07
1
Mami Afata
Baca rekomen dr NT di IG langsung mampir... Sukses ya kak, semangat berkarya 😊😊😊
2022-04-11
1
🌷💚SITI.R💚🌷
ceritay menarik ni..masf br bisa baca ni..sdh meluncur bunga setaman ya...semangaat baca
2022-03-28
1