Setelah Zaf pergi, kecanggungan antara Qun dan Shafura kembali terjadi ketika Shafura tak tahu harus berbuat apa, apakah hanya duduk diam dengan terus menepuk pungung Qun dengan sesekali melirik kedua kelopak mata Suaminya itu yang terus bergerak bahkan sesekali hampir terbuka seperti pura - pura tidur dan tengah mengintipnya atau memulai pembicaraan serta memberikan perhatiannya pada Qun.
"Dipegang lama - lama nanti dibilang cewek nafsuan, nggak dipegang takut dibilang nggak punya perhatian, aduuuuuh apanih !!! "
Shafura benar - benar kalut, dia terus berfikir untuk melakukan sesuatu tapi sesuai porsinya sebagai Istri yang dinikahi karena fitnah, bukan sebagai istri yang dinikahi atas dasar sama - sama suka. Andai yang terjadi adalah pilihan yang kedua mungkin Shafura sudah tidur dan memeluk serta menenangkan Qun.
" Terima kasih sudah mau mengobati dan menjagaku " Qun berucap lemah lembut.
Kalimat Qun barusan mengejutkan Shafura yang ingin meletakkan tangannya ke kepala Qun, berhubung Qun bersuara lebih dulu Shafura membatalkan niatnya. Dan kini rasa kalut itu berubah, Shafura tak bisa menghentikan senyumnya yang terus mengembang di wajah, baginya itu lebih dari cukup, dari sekedar kata terima kasih biasa belum lagi itu diucapkan oleh Pria yang hatinya mati karena wanita.
* Shafura tenanglah, jangan gegabah, tenang tenang tenang jangan melting "
Shafura mencoba untuk setenang mungkin sebab dia belum pernah mendapat ucapan lemah lembut dari Pria lain selama hidupnya, karena Shafura adalah jomlo sejati.
Hufffft
Shafura mengatur nafas dan memberanikan diri lagi untuk menyetuh kepala Suaminya itu.
" Jangan berterima kasih, aku sudah sepantasnya melakukan ini sebagai istrimu " Jawab Shafura sambil terus mengelus rambut hitam Qun.
" Baiklah " Qun lalu kembali diam dan terus memejamkan matanya.
BRRRRUGH
Cacing di perut Qun berontak, sebab mereka tak kenyang dengan adegan manis Suami Istri ini. Qun yang menyadari hal itu lalu mengusapkan jari telunjuknya turun naik di paha Shafura, layaknya anak kecil yang memberi kode pada Sang Ibu namun tak berani bilang. Shafura kembali terkejut ketika merasakan geli dari paha samping tempat Qun memainkan jarinya meskipun gamis Shafura cukup tebal.
" Kenapa Qun ! ".
" Aku lapar, bisa pesankan aku sarapan " Qun tak berani membuka matanya.
" Kenapa harus pesan, aku bisa memasak untukmu ".
" Aku tidak ingin kau selangkahpun keluar dari kamar ini, aku masih ingin diposisi ini ".
Shafura terseyum, " Makanan cepat saji itu tidak sehat Qun, biarkan aku yang memasak ".
" Baiklah, tapi panggilkan Faye dan Zaf kesini ".
" Tunggu sebentar ".
Lalu Shafura hendak menurunkan kakinya dari ranjang dan Qun yang menyadari itu menahannya dengan kembali memegangi tangan Shafura sekali lagi.
" Qun ! "
" Sudah aku bilang jangan pergi, itu juga berlaku sebelum Faye dan Zaf datang "
" Lalu bagaimana caranya aku memanggil, apa aku teriak itu, tidak sopan Qun ! "
" Buka laci pertama yang ada di nakas disampingmu itu, di sana ada ponselku "
Dengan tangan kanan yang masih di pegang erat oleh Qun, Shafura mencoba meraih laci itu dengan tangan lainnya lalu membuka laci tersebut.
" Benar apa yang Geris bilang semalam " Gumam Shafura.
" Tak ada Qun, hanya ada sarung dan sejadah " Jawab Shafura santai.
" Yang kau buka Itu laci nomor dua ".
" Ouh ! Aku kira nomor satunya dari bawah ".
" Mana ada nomor satu dari bawah itu namanya terakhir. Nomor satu itu ya dari atas " Qun merasa kesal pada Shafura.
" Maaf ! Jangan marah - marah, gantengmu hilang nanti " Shafura memelankan suaranya ketika memuji Qun.
Meskipun pelan, Qun dapat mendengar kalimat Shafura, lalu Qun menarik tangan Shafura yang ia pegang untuk mencuri perhatian Shafura dan itu berhasil.
" Jangan menggodaku, kau beruntung aku tak memakan daging manusia, jika tidak aku sudah melumatmu karena berani menggodaku "
" ***** saja, aku inikan Istrimu "
Kalimat Spontan yang Shafura utaran sontak saja berhasil membuka mata Qun yang sedari tadi terpejam, dia melotot melihati Shafura yang kini tengah menutup mulutnya.
" Jangan begitu " Shafura memberanikan diri mengusap wajah Qun untuk menghentikan tatapan sangarnya " Aku tidak takut ! " Lanjutnya.
Merasa wajahnya disentuh lembut oleh Wanita bergamis di depannya ini, Qun kembali terpejam dan menampakkan senyumnya yang tulus.
Dug Dug Dug !!
Jantungnya berdetak hebat, mendapat senyum pertama dari suaminya, pipi Shafura merah merona.
Meskipun masih dengan muka bantal itu semua tak menghalangi ketampanan Qun, alis matanya tebal, rahangnya tegas, hidungnya mancung dan bibirnya merah muda. Belum lagi bekas cukuran kumis dan sedikit janggut yang tertata.
" Subhanallah, indahnya wajahmu Qun " Shafura merenung jauh terhadap Qun.
" Cepatlah, aku tak ingin di pandangi, aku lapaaar " Rengek Qun tiba - tiba sembari menyembunyikan wajahnya di sisi badan Shafura.
Shafura tercengang sebab Qun berani berucap semanja itu dengannya.
" Apakah kau salah makan obat Qun, ini sungguh tak baik buat jantungku ,Ya Allah kenapa dia jadi menggemaskan, aku tak tahan Ya Robb ".
Shafura jadi tak karuan dengan tingkah Suaminya itu. ini terlalu romantis menurut Shafura, dia mencoba mengatur napasnya kembali, lalu membuka laci paling atas dan mendapati benda persegi itu di sana.
" Baiklah tunggu ! Aku hubungi Zaf. "
Setelah menekan keyword dan menulis pesan pada Zaf. Tak butuh waktu lama Zaf datang dan mengetok pintu terlebih dahulu. Walaupun dia tahu kamar itu tak di kunci dan biasanya dia langsung saja membuka kamar itu, tapi kini di dalam sana sedang ada sepasang suami istri. Belum lagi beberapa menit yang lalu Zaf di usir oleh Qun dari kamar itu juga.
Tok Tok Tok.
Mendengar itu, Qun bangun dan menyandarkan tubuhnya " Aku belum siap menjelaskan pada Faye tentang kita. "
DEG
" KITA " Adalah kata yang Shafura tangkap.
" Apakah ini benar Ya Rabb, aku tak salahkan, dia menyebut aku dan dia, KITA ! Adakah aku memiliki peluang membenahi hatinya "
Shafura hanya berani berbicara sendiri karena masih takut untuk berbicara terbuka pada Qun. Lain hal dengan Qun dia berani mengakui perasaannya yang datang tanpa alasan, sifatnya yang kaku dan suka membentak di awal tercipta hanyalah karena Qun sudah lama tak berinteraksi lagi dengan Perempuan bukan karena sifat alisnya yang dingin, terbukti ketika sudah bersama Shafura dan mendapat perhatian semuanya mencair begitu saja.
" Baiklah aku mengerti " Shafura bangkit dan berdiri di tepi ranjang.
CREEK
" Papaaaa ! Apa Papa baik - baik saja ? " Tanya Faye lalu berlari menaiki ranjang dan duduk di paha Qun yang tengah bersandar.
" Ya, Papa jauh lebih baik sayang "
" Kakak ! Terima kasih sudah menepati janji " Faye melempar senyumnya untuk Shafura.
" Sama - sama putri kecil, jaga Papa ya, jangan sampai dia bersedih " Ucap Shafura.
" Baik..... Kakak " Panggil Faye kemudian
Lalu faye memainkan jari telunjuknya untuk meminta Shafura mendekat padanya, Shafura paham lalu merendahkan tubuhnya sejajar dengan badan mungil Faye.
CUP
CUP
Shafura langsung menerima dua kecupan, satu dari Faye yang satunya lagi dari Qun yang tak sengaja karena kepala Shafura terdorong akibat kecupan tiba - tiba Faye. Shafura terpaku seketika di posisi itu tatapannya kosong. dan Qun memalingkan wajahnya sambil memegangi bibirnya
" Ini bayaran untukmu Kak karena sudah merawat Papa " Ucap Faye.
Shafura menatap Faye " Terima kasih, Kakak berharap bisa dapat lebih bayak bayaran darimu, Putri Kecil " Kata Shafura setelah kembali tegak.
" Ok " Faye membalas Gestur tangan serupa dengan ucapannya dan tak lupa senyum dengan gigi putihnya.
" Baiklah karena Kakak sudah di bayar, Kakak tinggal ya, jagakan Pasien Kakak ! Dadah "
" Dadah "
Shafura melangkah keluar meninggalkan Qun dan Faye lalu di sambut hangat Zaf yang sedari tadi diam saja di pintu. Zaf menaikkan ibu jarinya atas apa yang telah Shafura lakukan.
" Dia manja rupanya "
" Iya, itulah sifat Abang Qun yang sebenarnya "
" Baiklah, jaga dia aku mau buat sarapan untuknya ! "
" Ok "
Shafura berlalu meninggalkan kamar Qun, dan menuju dapur untuk membuat sarapan. setelah selesai Sahfura kembali lagi ke atas membawa sepiring nasi untuk Qun serta segelas susu hangat untuk Faye.
" Wah curang Kakak perimu tak membawakan apapun untuk Papa " Tegur Zaf ketika melihat bawaan Shafura.
" Papakan sudah besar ambil saja sendiri di bawah Pa " Jawab Faye.
" Tapi Papa Qun juga sudah besar ! "
" Papa !. Papa Qun itu sakit, sedangkan papa masih sehat jadi tak perlu di manjakan "
Shafura hanya tersenyum saja mendengar faye menceramahi papa Zafnya lalu meletakkan bawaannya di nakas.
" Ini, semoga suka. Faye suapin papa ya ! " Ujar Shafura.
" Ok. "
" Karna kamu baik, ini buat kamu " Sambil memberikan Susu pada Faye dan langsung di sambutnya.
" Terima kasih "
" Mau kemana ? " Tanya Qun saat Shafura berbalik dan terlihat ingin pergi.
" Aku ingin menghidangkan makanan untuk Zaf di bawah " Jawab Shafura tanpa berbalik.
" Akhrinya ! Ada juga yang perhatian " Zaf merasa senang.
" Ya sudah pergilah "
Kalimat Qun di turuti Shafura, sesampainya di bawah dia melakukannya untuk Zaf sekaligus Geris, mereka makan bersama hingga selesai dan kini Shafura dan Geris beralih mencuci piring sisa makanan.
" Bagaimana kak, ada kemajuan ! "
" Alhamdulillah Ger, dan ternyata kau benar tentang sarung dan sejadah itu "
Shafura menyenggol tentang kebiasaan Qun yang selalu sholat itu karena dia melihanya sendiri tadi ada sarung dan sejadah di kamarnya.
" Tuh kan kak, Abang Qun itu punya sisi lain "
" iya ! "
Tiba - tiba Shafura teringat tingkah konyol Qun padanya tadi, dan dia tertangkap basah oleh Geris sedang senyum - senyum sendiri.
" Kak, kau kenapa ! Apakah kau sudah jatuh cinta ? "
" Sepertinya ia Ger " Shafura kembali terseyum mendengar hatinya yang menjawab.
Tapi Shafura memilih untuk menutupi perasaannya ini dulu, sebab ini masih sangat baru.
" Ah belum, itu terlalu jauh, kakak belum sampai tahap mencintainya, sejauh ini kakak masih mengaguminya " Itulah alasan pengganti yang Shafura keluarkan.
Shafura mengagumi kepribadian suaminya, penyayang, tahu dengan agama, serta mengerjakan sholat walaupun dia belum pernah melihat Qun mengerjakan itu di depan matanya, tapi bukti di Bar dan di kamarnya serta ucapan Gerislah yang meyakinkan Shafura.
Tiba - Tiba
PRANK
" Aaaaaaaa " Teriak Geris.
"Astagfirullah apa itu " Ujar Shafura.
Sebuah piring pecah berhamburan karena jatuh dari lantai atas dan itu adalah piring yang Shafura berikan untuk Qun tadi. Zaf yang masih duduk di kursi makan sangat terkejut sebab piring itu jatuh tak jauh darinya. Dia langsung melihat ke atas dan mendapati Qun dengan muka merah menyala sedang berdiri berpegang pada pagar pembatas.
" Abang ! "
...Bersambung...
***
Apa lagi kini, Kenapa Qun tiba - tiba marah. Apa Qun marah terhadap Zaf, kalau iya karena apa ! Apa mungkin Qun marah karena dia mendengar obrolan Shafura dan geris barusan!!!
Hmmm Next >>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Anbiya Siraayu
ooooohhhh noooo 😱
2021-01-07
2
Nurjannah Saleh
aduhhh....si Abang Kenapa lagi sihhhh????
2021-01-06
2
Ahmad fadli Pratama
lanjut kak. sumpah penasaran kak
2020-12-25
1