CREK
Shafura menutup pintu itu dengan pelan karena takut ketahuan.
"Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah." Nafasnya terdengar pendek begitu juga ucapannya yang terpotong - potong, dengan sisa kemampuan yang ada dia menahan pintu itu dengan kedua tangannya.
"Ya Allah selamatkan aku, aku mohon," ucap Shafura sekaligus berdoa sebagai bentuk ikhtiar terakhirnya, diapun juga sudah sangat kelelahan.
Detak jantungnya hampir kembali normal karena sudah merasa cukup aman. Kini Shafura ikut menyandarkan kepalanya pada pintu sehingga pintu itu memiliki tiga penyangga,Kedua tangannya dan kepalanya. Namun seketika dia mendengar suara bising dari belakangnya lalu sedetik kemudian menghilang. Saat hendak berbalik membelakangi pintu untuk sekedar melihat tempat apa yang dimasukinya, sebuah tangan terlebih dahulu menyentuh pundak Shafura, sontak saja dia terkejut lalu mengangkat kepalanya dan matanya membesar, jantungnyapun kembali berdetak begitu kuat.
"Aku mohon, aku mohon jangan sakiti aku, aku berjanji tidak akan memberitahukannya pada publik!," ucap Shafura gemetar.
"Apa yang kau bicarakan, berbalik!" seru orang itu.
Shafura menuruti perintah orang itu dan membalikkan badannya dengan sangat pelan, lalu melirik takut pada orang bersuara berat di belakangnya itu.
"AAAAAAA ... ." Teriaknya ketika melihat seorang pria berdiri tegap dengan setelan kemeja putih vast hitam serta bersarung tangan senada menatap tajam ke arahnya, Pria itu langsung membungkam mulut Shafura karena teriakannya yang nyaring.
"Jangan bodoh, apa yang kau lakukan di tempat ini?" Tanya pria itu sekaligus membentaknya.
"Jangan sakiti aku, aku mohon!" ucap Shafura yang terdengar samar karena mulutnya masih di bekap serta menyatukan kedua tanganya seraya memohon.
Pria itu melepaskan tanganya, "Dasar perempuan gila, keluar cepat, ini bukan tempatmu." usir pria tinggi itu.
Shafura menggeleng kuat, "Aku mohon jangan usir aku, aku di kejar seseorang!" ucapnya lirih.
Pria itu bernafas kasar, "Huftt,...... aku tidak perduli, cepat pergi atau aku panggilkan pihak keamanan!." Sekali lagi dia membentak gadis cantik itu.
Shafura tertegun dibentaknya, air matanya meleleh dan dengan cepat ia bersimpuh di kaki pria itu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... , a-aku mohon, bila aku keluar, aku akan di bunuh!" Shafura memohon merendahkan dirinya di depan orang itu.
Melihat perempuan berhijab itu menangis, sang pria merasa sedikit iba, dia tak tahu harus berbuat apa, dan apa sebenarnya yang terjadi.
"Hentikan, aku bukan tuhan sampai kau harus menyembah padaku, bangun cepat!" ujar pria itu masih dengan nada yang sama.
"Aku mohon, aku mohon tuan, tolong aku!"
Tak henti - hentinya Shafura memohon sekaligus ia memegangi celana pria itu bermaksud bahwa dia sangat butuh bantuan pria di depannya ini.
"Heeei, Qun." Teriak pria lainnya dari kejauhan dan kembali di ikuti suara kebisingan seperti suara musik yang keras namun ikut hilang lagi seperti ada yang mematikannya.
Shafura semakin penasaran dengan tempat ini tapi dia menahan rasa itu dan lebih memilih tetap memohon.
Merasa di panggil! Pria yang bernama Qun menoleh, "Ya kenapa!" jawabnya datar.
"Aku mencarimu di Ba- . " Belum habis kalimatnya, "Siapa dia?." Tanya pria itu pada Qun ketika melihat seorang wanita bersimpuh di kakinya.
"Entahlah Zaf, dari tadi dia begitu, sudah aku usir tapi tak mau pergi." Jawab Qun.
Karena penasaran lalu pria bernama Zaf ingin membangunkan Shafura.
"Hei." Tegur Zaf dengan tangannya yang menyentuh tubuh Shafura.
Merasa badannya disentuh, Shafura mengelak dengan cepat "Aku mohon ... jangan, ki-kita bukan mahram!"
Zaf dan Qun kaget mendengar jawaban wanita bergamis itu, mereka berhasil saling tatap satu sama lain.
"Oooo, bukan mahram, cepat bangun wahai wanita suci." ucap Qun sinis.
Dengan pelan Shafura menegakkan badannya mengikuti perintah Qun dan mensejajarkan dengan tubuh dua pria yang kini berada didepannya walau tinggi Shafura hanya sebahu mereka.
"Apa masalahmu hah!" Tanya Qun kasar.
"A-aku dikejar oleh temannya ayahku, lalu tak sengaja aku masuk kesini." Dengan tertunduk Shafura menjelaskan.
"Lalu kenapa kau begitu takut hingga menyembahnya?" Kini Zaf yang bertanya.
"Aku akan di bunuh bila aku ketahuan, orang yang mengejarku itu mungkin masih diluar sana!" Tunjuk Shafura ke arah pintu di belakangnya.
Mendengar penjelasan Shafura, Qun menyuruh Zaf mengamati dengan menggerakkan kepalanya sebagai perintah, lalu Zaf melangkah ke arah pintu.
Bersamaan dengan Zaf menggapai gagang pintu, ada seseorang yang mendorongan pintunya seakan ingin masuk namun dengan cepat Zaf menahan orang itu dan Zaf pun keluar.
Melihat itu, Shafura langsung berpindah tempat ke belakang Qun, dan Qun terkejut dengan gerakan tiba - tiba Shafura.
"Aku mohon lindungi aku, aku tahu tuan masih ada hati nurani." Ucap shafura pelan kini ia menarik-narik lengan kemeja putih milik Qun.
Qun meletakkan jarinya di bibir, "Ssst Tenang!" ucapnya sedikit melemah setelah melihat situasi yang sebenarnya,
Lalu Qun menggerakkan kecil telapak tangannya ke arah Shafura untuk tetap menyuruhnya berada di belakangnya, Qun mendekati pintu dan mencoba menguping pembicaraan antara Zaf dan orang misterius itu.
"Hei, bro mau main?" Tanya Zaf pada seseorang.
"Halo Pak Bos, di dalam aman?" Tanya orang misterius itu ramah pada Zaf, sepertinya mereka saling mengenal.
"Aman!, kau boleh masuk tapi jangan rusuh seperti terakhir kali, mau minum atau apa?" Coba Zaf mencari tahu.
"Hmmm ada liat cewek?".
"Hah!... becandanya lucu nih, banyaklah" Ucap Zaf masih terdengar santai.
"Bukan yang sexy, tapi yang pakaiannya tertutup," ujar pria itu.
"Ha ha waah ha ha ... bisa-bisanya orang kayak kau itu nyari cewek sopan, ha ha sudah habis berapa botol hari ini hah?" Jawab Zaf sambil bercanda dengannya.
"Aku serius, minggir aku mau masuk, mana tau dia ada di dalam." Pria itu berusaha memaksa masuk dan pintu itu sedikit bergerak.
"Eits ... Kane jangan berlebihan!" Kini Zaf sedikit serius menghadapi Kane, pria misterius berbadan besar itu.
"Kenapa kau melarangku, apa kau menyembunyikan wanita itu?" tebak Kane pada Zaf.
"Heh, kurasa kau benar mabuk, mana ada di dalam wanita yang auratnya tertutup, sadar bodoh" Tepuk Zaf pelan pada pipi Kane.
Qun mematung dan mendengarkan interaksi Zaf dan Kane, ternyata benar bahwa ada yang mencari wanita yang tengah berada dibelakangnya itu yaitu Shafura. Dengan alasan itu dan beralaskan sarung tangan, Qun mengambil tindakan serta memberanikan diri menarik Shafura untuk ikut dengannya.
Merasa tubuhnya ikut tertarik, Shafura menatap pegangan tangan Qun dan menahan tubuhnya untuk tak ikut melangkah masuk.
Qun terhenti. di tatapnya orang yang menghentikan langkahnya barusan "Apa yang kau lakukan, cepat masuk!" Bicaranya pelan sambil melototinya.
Terpaksalah Shafura mengikuti Qun, namun bukan dibawa ke pintu tempat keramaian orang - orang yang sedang party, seperti yang sempat shafura lirik sekejap mata, tetapi ia diajak ke sebuah lorong lain di dalam Bar itu.
"Apa niatmu, jangan mencuri kesempatan dalam kesempitan." Shafura kembali berhenti dan bersuara setelah melihat lorong gelap di depannya.
Qun melepaskan tangan Shafura "Kau mau aku selamatkan atau tidak?" Tanya Qun tegas.
Mendengar nada Qun yang serius membuat Shafura hanya mengangguk pertanda setuju dan memejamkan matanya.
"Ya Allah tolong selamatkan hamba."
"Jika aku berniat merusakmu, aku tidak akan mengencangkan urat leherku untuk mengusirmu." ucap Qun seraya mengambil dan menarik lagi tangan Shafura supaya mengikutinya.
Masih dengan memejamkan mata, shafura melangkah masuk namun baru beberapa langkah dia menabrak punggung Qun karena pria itu berhenti tiba - tiba.
"Au."
Qun sedikit terseyum melihat itu. "Bukan saatnya untuk berakting, masuklah! di dalam kau aman. Jika pria itu menemukanmu pur-puralah hilang ingatan!" ujar Qun berucap seakan tak perduli tentang rasa sakit yang diterima Shafura.
Shafura memegangi keningnya, "Baiklah, terima kasih." Lalu Shafurapun masuk keruangan rahasia itu.
Dan ketika Qun ingin menutup pintunya, tangan Shafura menahan pintu itu dan membuat Qun kesulitan untuk menguncinya.
"Siapa namamu?" Tanya Shafura disela-sela pintu yang ingin tertutup.
"Dasar bodoh, Qun." Lalu menarik paksa pintu itu sampai tertutup rapat.
CREK.
"Qun! Pria kasar." Ketus Shafura kesal sambil memutar tubuhnya.
Dan betapa terkejutnya Shafura ketika membalikkan badannya dan mengamati ruangan ini, masih dengan perasaan yang kalut, Shafura tak percaya dengan apa yang matanya lihat, ia melihat kaligrafi dan sajadah serta sarung yang terlipat rapi ada di ruangan itu.
Dia melangkah pelan "Masya Allah! punya siapa ini?" Shafura menyetuh kain itu lalu menciumnya, iapun terhanyut dalam wangi-wangian sarung itu
"Apa di tempat seperti ini ada yang sholat juga, bukankah kalau pemabuk, ibadahnya di tolak 40 hari." Shafura berbicara sendiri dengan dirinya.
Setelah mendapati kebingungan pada kesan pertama di ruangan rahasia ini, sembari menunggu Qun membukakan pintunya lagi, Shafura kini duduk termenung didepan cermin, karena di dalam ruangan tanpa pentilasi itu hanya ada sebuah cermin dan beberapa barang tadi.
"Ya Allah selamatkan aku, jauhkan aku dari perbuatan jahat orang-orang yang tak berniat baik padaku, Amin"
Waktu berlalu tak ada yang bisa Shafura lakukan selain menunggu, sudah cukup lama Shafura di kurung di ruangan itu, namun belum juga ada kabar dari Qun, hingga sebuah ketukan membuat jantungnya kembali terpacu.
Tok Tok Tok
Suara itu mengagetkan Shafura antara senang dan takut kini menghujani relung hatinya, senang kalau itu Qun dan takut kalau itu pria yang mengejarnya tadi.
"Hei." Panggil seseorang dari balik pintu.
Shafura mendekat hingga tak menimbulkan suara sangking pelannya langkah kaki itu lalu meletakkan telinganya ke pintu.
"Hei wanita, apa kau mati, jawab aku?" Tanya pria itu.
Menyadari suara itu benar memanggilnya "Qun apakah itu kau?" tanya Shafura yang langsung menebak kalau suara itu milik Qun.
"Ya! ... dia sudah pergi, namun di luar masih belum aman, tidur saja dulu di dalam sampai besok pagi. " seru Qun.
"APAAAA! ... mana bisa, keluarkan aku." Shafura berontak dengan menggedor pintu.
"Hei wanita! pulang kau mati, bertahan didalam kau aman," sahut Zaf yang ternyata ada di sana bersama Qun.
Shafura menghentikan pemberontakannya dan memilih mendengarkan dua pria di balik pintu itu
"Baiklah." ucap Shafura melemah.
Sebenarnya Shafura dilema selain takut ditangkap oleh teman ayahnya, ia juga takut kalau dua orang yang mengurungnya di ruangan ini juga berniat jahat padanya. Maklum saja dia dikurung di ruangan tersembunyi di dalam sebuah Bar, karena di tempat ini apapun bisa terjadi jika orang - orang yang datang sudah mabuk berat.
...Bersambung...
...***...
* Apakah kedua pria penolong itu baik dan benar menolong tanpa meminta imbalan ?.
Next >>>
Maaf baru memperkenalkan diri, Aku terlalu takut karena dikejar oleh kenalan ayahku, mengapa sampai aku di kejar! Ceritanya panjang.
Namaku Shafura Azizah, umurku 25 Tahun, seorang Guru Madrasah Ibtidaiyah. Aku anak tunggal dari seorang Tokoh Agama yang cukup terkenal. Tapi! Aku baru saja mengungkap sebuah rahasia ayahku itu, itulah alasanku mengapa aku dikejar, dan karena malam ini jua aku jadi semakin yakin bahwa ada yang salah sama hubungan kami berdua.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
CREK
"Hei, bangun!!!"
Suara kasar itu membangunkan gadis malang ini dari tidurnya, tatapannya buram namun ia masih bisa melihat bahwa ada bayangan pria berdiri di pintu dan itu adalah Qun.
Qun pria berwajah tegas dengan hidung mancung serta kumis tipis juga jenggot yang rapi, itulah yang pertama kali Shafura lihat dari Qun tadi malam.
"Arkkh, badanku!" Rengek Shafura, badannya kesakitan karena semalaman ia tidur hanya beralaskan kain sarung di ruangan itu.
"Cepatlah bangun, sehabis subuh kita keluar, ini!" Qun melempar sebuah mukena pada Shafura.
Shafura kaget menerima lemparan itu dan hanya memandangi mukena tersebut. Dia tak percaya Qun memberikan mukena padanya, seakan menyuruhnya sholat namun dengan cara yang kasar.
"Apa yang kau lihat! Pakai itu, lalu sholatlah, setelah itu kita pergi." Bentak Qun.
"Jam berapa sekarang?"
"Kenapa kau malah banyak bertanya hah!" Qun kesal.
"Aku hanya ingin tahu apakah waktu Subuh sudah masuk?"
Qun memutar bola matanya, "Ya, sudah! lima belas menit yang lalu." Jawab Qun sambil memasang kembali sarung tangannya.
Merasa nyawanya belum sepenuhnya terkumpul, Shafura hanya tersenyum tipis.
"Wah, jawabanmu akurat! Apakah kau juga melaksanakannya Qun?" Tebak Shafura dalam hatinya.
"Apakah kau gila, senyum - senyum sendiri! Cepatlah."
"Hmm maaf, di mana tempat untuk mencuci muka aku juga mau sekalian wudhu," ujar Shafura yang kini telah melipat sarung itu dan berdiri.
"Di sanaa" Tunjuk Qun pada sebuah cermin.
Shafura memutar kepalanya melihat ke arah yang Qun tunjukkan, ia lalu mengernyitkan dahinya karena tak percaya dengan apa yang Qun tunjuk.
"Hahhh, cermin!. Kau menyuruhku berwudhu di cermin atau bagaimana ?"
Shafura kembali menatap Qun, melihat raut wajah Sahfura, Qun dapat menyadari bahwa Shafura kebingungan.
Qun bernafas kasar, "Haah kau ini."
Qun lalu masuk keruangan itu dan mendekati cermin yang ia tunjuk dan betapa terkejutnya Shafura, ketika melihat cermin yang seukuran tubuhnya itu berpindah tempat lalu terbuka bak sebuah pintu rahasia ketika Qun mendorongnya.
Shafura tertegun.
" Lakukan semua di dalam, dan Qiblat arah sana." Qun menunjuk ke arah yang berlawanan dari ruangan cermin itu, namun kalimatnya sama sekali tak mendapat respons dari Shafura.
"Hei!" Lanjut Qun membentak dengan sekali tepukan tangan di depan wajah Shafura.
"Oh ya! Qiblatnya arah sana." Dengan percaya diri langsung menunjuk arah yang berlainan.
"Hah, Qiblatnya di belakangmu!" Jawab Qun seraya berlalu melewati Shafura.
"Hah, Qiblatnya di belakangmu." Shafura mengulangi kalimat Qun dengan sedikit mencibir pria kasar itu.
"Apa kau bilang!" Qun rupanya mendengar umpatan Shafura.
Shafura membulatkan matanya "Aduh mati aku ."
"Ah tidak ada ! Terima kasih." Lanjut Shafura lalu bergegas masuk ke ruangan rahasia itu.
...****************...
Selagi Shafura melakukan Sholat Subuh. Qun menunggu dan berjaga di balik pintu, sekitar 10 menitan Shafura lalu keluar.
"Terima kasih Qun, ini...," Ucap Shafura setelah membuka pintu dan menyerahkan mukena itu.
"Letak saja di sana, kita harus cepat."
Shafura pun patuh dan meletak kembali mukena itu ke dalam, namun tanpa menunggu, Qun lagi - lagi menariknya.
"Cepatlah" Kata Qun sambil memegang tangan gadis manis itu dan berjalan ke arah yang berbeda dari pintu masuk.
"Bisakah kita santai, tanganku sakit." Keluh Shafura sambil menggerakkan tangannya.
"Tidak!" Jawab Qun singkat dan meneruskan langkahnya.
"Oh iya dimana temanmu?" Tanya Shafura untuk mengusir ketegangannya.
"Dia mati!" Qun menjawab santai.
Mendengar jawaban Qun, Shafura berhenti melangkah dan tentu itu membuat Qun ikut terhenti, karena itu jualah Qun berbalik lalu menatap shafura tajam.
"APAAA!" Shafura menaikan alisanya dan sangat yakin dengan apa yang telinganya dengar.
"Apa, apanya?... Apa yang kau lakukan, cepatlah, Zaf masih tidur, jangan pedulikan dia!" Ucap Qun sedikit emosi.
"Huftttt.... Alhamdulillah, aku kira tadi itu benar terjadi," Barulah raut panik Shafura menghilang dari wajahnya.
Qun kembali menyeret wanita yang masih ia genggam sedari tadi dengan sarung tangan kerja miliknya itu, dan terus berjalan.
"Terima kasih sudah menolongku, namaku Shafura!"
"Ok!" Jawab Qun singkat.
Sesampainya di ujung lorong, Qun membuka pintu dan melihat kesana kemari, lalu memberi isyarat pada Shafura untuk keluar.
"Aman - aman." ujar Qun.
Shafura keluar dan tak lupa Qun mengunci pintu tersebut, rupanya mereka keluar lewat pintu belakang Bar.
"Lewat sini." Perintah Qun.
Shafura hanya menurut saja pada pria yang baru dikenalnya beberapa jam yang lalu itu. Awalnya semua berjalan dramatis bak film Action Hollywood, Qun berjalan lebih dulu dan selalu memastikan keadaan barulah Shafura bisa berjalan, setelah cukup jauh dari Bar! Qun kembali berjalan biasa karena merasa aman dan tentu saja di bayangi oleh Shafura.
"Kita mau kemana?"
"Aku mau pulang ke rumah." Jawab Qun cepat.
"Kemana kau bilang?" Shafura tak percaya dengan apa yang dengarnya.
"Aku mau pulang."
"Lalu aku bagaimana?."
"Itu sudah bukan urusanku lagi."
Sontak saja Shafura berhenti mendadak mendengar ucapan Qun, dan seketika itu juga Qun tak mendengar langkah kaki Shafura. Qun membalikkan badannya, namun ketika Qun berbalik ia melihat ada seseorang yang mencurigakan sedang bersembunyi di balik bangunan yang berada tak jauh dibelakang mereka.
"Setidaknya bicaralah, aku tidak perlu mengikutimu sejauh ini" Ucap Shafura kesal.
Qun mendatangi Shafura, "Maksudku aku mau mengantarkanmu pulang dan sebaiknya terus jalan karena ada yang mengikuti ! sepertinya dia salah satu dari mereka." Bisik Qun.
Sahfura hanya melotot tak percaya kalau orang yang bersama ayahnya malam itu, masih mengejarnya sampai pagi.
"Bersiaplah kita lari," ucap Qun sambil kembali memegang tangan Shafura dan mengajaknya untuk berlari menghindari si penguntit.
Shafura mengangguk, "Bismillah."
Qun memulai langkah dengan berjalan mundur dan di ikuti Shafura, lalu Qun mengambil ancang - ancang sembari terus melihat ke arah pria misterius berada.
"Lari - lari," ucap Qun pelan.
Mereka berlari sambil berpegangan, hinggalah Qun menemukan tempat strategis untuk bersembunyi, Qun langsung duduk dan di ikuti pula Shafura di sampingnya. Tak lama setelah bersembunyi lewatlah pria berjaket hitam yang sedang berlari kencang, sambil berbicara dengan seseorang lewat telepon genggamnya.
"Aku kehilangan mereka!"
Dengan cepat Qun membalikkan badannya menutupi tubuh dan menyekap mulut Shafura, dugaan Qun benar, orang itu memang mengincar Shafura. Setelah merasa sudah aman Qun mengintip untuk memastikan situasi kalau pria itu sudah tidak ada dan pergi jauh.
"Lepaskan!" Shafura melepas kasar tangan Qun "Sarung tanganmu bau alkohol, kau bisa membiusku," Lanjut Shafura yang kembali kesal lalu membersihkan mulutnya.
"Jangan berlebihan, masih untung aku menyentuhmu dengan sarung tangan bau ini, dari pada kulitku langsung yang menyentuhmu apa kau mau?" Ketus Qun.
Shafura terdiam, dia lagi - lagi tak percaya dengan jawaban Qun, Qun seakan tahu batasan antara pria dan wanita yang tak boleh bersentuhan karena bukan mahram.
"Dasar tidak tahu terima kasih," Lanjut Qun yang juga kesal dan menjauhi tubuh Shafura.
"Maafkan aku Qun, kau benar dan terima kasih" ucap Shafura merasa bersalah kemudian tertunduk.
" Sudahlah lupakan, aku tak ingin lari lagi, aku lelah! ... Jadi kita disini sampai matahari terbit saja, lebih aman!" Ujar Qun yang terhengal.
Shafura hanya mengangguk kecil.
...***...
Beberapa menit sebelumnya.
"Ya... benar dugaanmu Bos!. Wanita bernama Shafura ada di dalam, aku baru saja melihatnya keluar dengan seorang pria."
"Pria?"
" Ya.... sepertinya si peracik minuman itu!"
"Sial, berarti itu Qun!, Kenapa aku harus berurusan dengannya.... argh," Ucap Kane dari seberang sana. " Apa kau punya bukti?, Lanjut Kane.
"Tentu, aku sudah mengambil gambar mereka."
"Bagus, ikuti terus kemana mereka jangan sampai lolos. Dan bukti itu jangan sampai hilang."
"Siap Bos!"
...Bersambung...
...***...
* Kenapa Kane tampak takut terhadap Qun, Apa yang pernah Qun lakukan padanya ?.
Next >>>
Malam itu.
"Apakah benar ini tempatnya?" Ucap shafura setelah memastikan lokasi yang ia miliki dengan lokasi tempatnya sekarang, lalu ia berjalan mendekat.
Shafura memberanikan diri datang sendirian ke tempat yang di share oleh Ibra, lebih tepatnya Ibrahim, Si mantan calon taarufnya.
Ya ! Pria kurang ajar yang berpenampilan alim kelakuan bejat. Shafura mendapati Ibra main perempuan lain jauh sebelum mereka kenal.
Ayahnya tiba - tiba menyuruhnya taaruf bersama Ibra, Shafura bukan tak mengenal Ibra, Ibra adalah seorang pemimpin sebuah organisasi masyarakat untuk membantu orang orang yang kesusahan. Bisa itu bantuan pangan ataupun berupa uang tunai.
Sayangnya ada hal yang membuat penilaian Shafura jatuh terhadap Ibra. Yaitu ketika dia tak sengaja untuk kedua kalinya melihat Ibra keluar dari sebuah gudang kosong sedang bersama perempuan lain yang jelas bukan mahramnya ketika hadir di sebuah acara amal.
Dengan alasan itu, tentu saja permintaan Ayahnya di tolak mentah - mentah, meskipun dia tak menyebutkan pada Ayahnya apa alasan utamanya menolak Ibra, dan alasan lainnya karena Ibunya juga menentang perjodohan itu.
karena hal itu Ibra nekat membongkar aib dari calon Ayah mertuanya kepada Shafura, bermaksud untuk membalas dendam dengan Shafura yang sudah berani menolaknya, dengan merusak kepercayaannya terhadap Ayah yang sangat Shafura banggakan.
Kini Ia sedang berada di dermaga tempat kontainer di sadarkan, dan sedang memata - matai Ayahnya sendiri yang sedang berada di tempat itu.
"Ha ha ha kemen, kemen ! Baru juga tampil beberapa acara kau sudah kewalahan," Ucap pria yang sedang berada di depan Ayahnya.
"Bukannya apa ! Aku butuh ini, agar staminaku tetap awet, kau kira mudah berbicara kesana kemari tanpa ini," Ucap Ayahnya yang mengangkat sekantong kecil serbuk putih.
Shafura menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat malam itu kalau ayahnya jauh - jauh ke dermaga hanya untuk bertaransaksi Narkoba.
"Hei ! Sedang apa kau?" Tegur pria berjaket kulit.
Teguran itu membuat semua orang disana melihat ke arah Shafura yang sedang menguping. Tak terkecuali Ayahnya.
"Shaf!" Panggilan khas dari Sang Ayah.
Mendengar Ayahnya memanggil, Shafura berbinar. Ayahnya yang ia puji selama ini mampu meruntuhkan kepercayaan Shafura selama 24 tahun hanya dalam sedetik.
"Tangkap dia!" Teriak pria yang ada didepan Ayahnya tadi.
"Pota jangan ! Dia anakku," Ucap Kemen pada kenalannya itu.
"Aku tidak perduli, dia bisa menghancurkan bisnisku," Ujar Pota.
Melihat situasinya terjepit, Shafura berusaha kabur. Dia mengalihkan pandangannya, kini ia memperhatikan dari atas sampai bawah Si pria yang kini di depannya.
BHUUG
Sebuah tendangan keluar dan mendarat tepat di organ vital pria itu, Menurut survey apabila pria ditendang pada area itu sakitnya sama seperti memetahkan 30 tulang bersamaan dan setara melahirkan 160 anak pada wanita.
"AAAAAAAK" Teriak pria itu dan langsung tumbang ke tanah.
Tanpa berpikir panjang Shafura lari meninggalkan tempat itu .
"Kane! bawa wanita itu hidup - hidup, cepat!!!" Perintah Pota pada anak buahnya bernama Kane yang setia berada di sampingnya.
"Baik Bos," Jawab Kane lalu mengejar Shafura bersama dua bawahnnya yang lain.
"Pota jangan sakiti dia," Kemen memohon.
"Itu urusan nanti, yang jelas dia harus aku amankan!" Lalu pota pergi meninggalkan Kemen.
Di tempat lain.
"Ya Allah, aku mohon selamatkan aku." Berdoa sambil terus berlari mengangkat gamis merahnya, untung saja Shafura sudah menyiapkan situasi terburuknya, ia memakai celana panjang agar bila berada dalam situasi yang tak terduga ia bisa berlari tapi auratnya tetap terjaga.
"Heei berhenti." Teriak pria di belakangnya
"Ya Allah aku mohon!"
BRAAAK
Shafura menjatuhkan apapun yang ada di sampingnya untuk menutupi laju kejaran orang itu.
Shafura adalah mantan seorang Atlet Silat di kotanya semasa masih MTs, namun ia berhenti karena suatu masalah, lalu semasa Aliyah ia lebih fokus untuk memperdalam ilmu agamanya, dan juga itu karena di suruh oleh ayahnya si Ustadz Suhaimi alias kemen.
Ustadz! begitulah orang - orang menggelarnya. Sejatinya Suhaimi tak pernah ada tamatan Sekolah tinggi ataupun murid lulusan pesantren. Kemen atau Suhaimi ini hanya mengandalkan apa yang ia baca.
"Huft huft huft, kemana aku bisa...."
Shafura terhengal, belum habis mulutnya berucap ia melihat seseorang masuk ke sebuah pintu. Lalu ia kembali melihat ke belakang dan orang yang mengejarnya belum terlihat, dia mendekati tempat itu kemudian memilih masuk setelah pria yang ia lihat masuk barusan.
"Ya Allah bantu aku. Bismillah."
Dari luar tempat itu terlihat kumuh dan bukan sebuah toko ataupun suatu tempat yang layak di sebut hunian sebab tak memiliki reklame atau apapun yang menjadi ciri khasnya sebuah toko, lebih seperti gudang, di samping pintunya hanya ada beberapa kotak kayu bersusun tiga di kiri dan kanannya, lalu pintu itu berada di sebuah gang yang ada disamping toko lainnya. Dan tanpa Shafura sadari itu adalah bar yang tersembunyi.
"Lindungi aku disini ya Rabb!" Ucap Shafura yang tak berhenti berdoa.
Merasa ada yang masuk, pria yang di ikuti Shafura tadi mengintai melalui sebuah kaca di pintu utama Bar.
"Bro, bro! Lihat" Kode pria itu ke arah pintu yang menyekat antara pintu utama dan pintu masuk yang berjarak tiga meter ke penjaga Bar, yang tak lain adalah Qun.
Qun mengangkat alisnya.
" Di luar ada wanita tersesat." Teriak pria itu pada Qun.
Tak percaya apa yang ia dengar, Qun lalu beranjak dari Bar dan ikut mengintai dari kaca yang ada di pintu, dan Benar saja, Seorang perempuan bergamis dan kerudung besar itu tengah menahan pintu masuk dengan tangan serta kepalanya.
Shafura tak menyadari itu, karena tempat itu menggunakan peredam suara, ketika pintu utama bar di buka oleh Qun barulah terdengar suara musik yang kencang dari sana, Shafura tak henti - hentinya dikagetkan malam itu. Pertama oleh pria berjaket kulit lalu kini oleh suara musik yang di mainkan Disk jockey yang nyaring.
Shafura bangkit dan hendak melihat kebelakang namun seseorang lebih dahulu menyapanya, yaitu Qun.
...***...
Kembali kepersembunyian Qun dan Shafura.
"Qun aku minta maaf telah menyusahkanmu."
"Baguslah kau sadar diri," Ucap Qun dengan mata yang terpejam.
Merasa tak terima atas perlakuan Qun, Shafura memilih untuk pergi karena dia juga merasa sudah aman dan matahari sudah mulai terlihat dan Qun menyadari itu saat mengintip Shafura yang ingin beranjak dari tempat itu.
"Kau mau kemana?" Tanya Qun sambil menginjak gamis Shafura, dan hampir membuatnya terjatuh.
"Astaqfirullah, Apa - apaan kau!" Shafura berucap sebab kesakitan, pahanya menyenggol patahan besi di tempat itu, dan menggoreskan luka yang dalam namun karena kesal, Shafura memilih diam saja dan menahannya.
"Maaf, kalau kau mau mati maka pergilah!" Lalu Qun melepaskan pijakannya dan tak menyadari Shafura terluka karena itu, kemudian ponsel milik Qun bergetar.
ZAF
Zaf menelpon, sahabat dan teman serumah Qun sekaligus bosnya, Zaf adalah pemilik Bar yang di wariskan oleh Sang Papa. Qun bekerja di sana sudah 5 tahun semenjak pertama kali pertemuan Zaf dan Qun yang tak disengaja, Qun menyelamatkan Zaf dari amukan anak buah Kane.
Saat itu Zaf mendapati mereka sedang bertransaksi narkoba di Bar miliknya, Zaf tak terima lalu mengusir mereka, mereka tak terima dan menghajar Zaf yang seorang diri, karena kalah jumlah lalu Zaf di bawa ke sebuah tempat yang tak jauh dari tempat Qun tinggal saat itu.
Qun adalah petarung handal dia pandai bela diri, Qun menghajar semua anak buah Kane hingga babak belur dan singkat cerita akhirnya Qun mengobati Zaf dirumahnya, dari situlah hubungan antara mereka terjalin.
Mulai saat itu juga tak ada lagi yang berani bertransaksi di tempat milik Zaf karena ada Qun yang menjaga. Sekalipun itu Si berandalan Kane.
Sebagai ucapan terima kasih Zaf menghadiahi sebuah rumah miliknya untuk Qun serta bekerja dengannya sebagai saudara Zaf sendiri.
"Hallo Zaf kenapa?" Tanya Qun ketika panggilan dari zaf tersambung.
"Kau dimana Bang?"
Begitulah ramahnya Zaf pada Qun, sebab dia lebih muda setahun.
"Aku dijalan dan ingin mengantarnya pulang."
"Baguslah tetaplah bersamanya sampai kau mengantarnya."
"Memangnya kenapa?"
"Baru saja Kane kemari menanyaimu dan wanita itu!"
"Lalu apa kau jawab?."
"Aku bilang tak tahu apa - apa , lalu Kane pergi begitu saja, aku rasa mereka akan mengejar kalian!."
"Entah apa masalah wanita ini hingga bisa berurusan sama Kane!" Ujar Qun pada Zaf.
Qun belum mengetahui apa - apa, dan tak ingin tahu masalah wanita didepannya ini, namun seketika perhatian Qun teralihkan ketika melihat darah telah mengalir dari gamis Shafura.
"Dimana dia?" Tanya Zaf.
" Nanti ku lanjutkan dia berdarah," Saut Qun, Lalu meletakkan Handphonenya sembarang di tanah.
"Hallo bang ! Abang Qun ! Bang jawab, Wanita itu kenapa?."
Qun panik dan tak mempedulikan Zaf yang juga ikut panik karena tak tahu apa - apa.
...Bersambung...
***
* Apakah yang akan terjadi dengan Shafura ?.
Next >>>
.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!