Pelet Salah Sasaran
" Gimana nduk hubunganmu dengan Reza? Kelihatannya dia suka padamu. Kapan dia mau nemuin ibu?"
Wanita setengah baya yang masih tampak cantik itu membelai lembut rambut Sasi anaknya. Sasi mendesah.
" Bu...aku baru berteman dekat dengan Reza beberapa minggu ini. Masa iya aku harus mengenalkannya pada ibu. Apa nanti dia pikir? Dikiranya aku perempuan yang agresif ngajak-ngajak dia ketemu ibu padahal kita jadian aja belum..."
Sasi memberengut. Dia kesal sekali pada ibunya. Setiap ada lelaki yang dekat dengannya. Bahkan sekedar mengantarnya pulang bekerja. Pasti ibu langsung menodongnya dengan pertanyaan yang sama. Kapan dikenalin ke ibu? Kapan melamarmu..?
Tapi Sasi juga tak bisa menyalahkan ibunya. Sebagai ibu dari seorang gadis dewasa, ibu pasti ingin Sasi segera menikah. Apalagi sebagai anak pertama yang dua adiknya sudah menikah semua. Bisa dibayangkan kekhawatiran ibunya akan nasib Sasi yang sudah dilangkahi ( dalam adat jawa jika adik menikah lebih dulu daripada kakaknya ) Dua adiknya pula.
Sekar Sasi Nopember, Namanya berarti Bunga Bulan Nopember. Akrab dipanggil Sasi.
Gadis manis putri seorang Tuan tanah yang cukup punya nama di kota kecil itu. Sebuah kota di bagian selatan pulau jawa. Meskipun ayahnya sudah meninggal beberapa tahun lalu namun pengaruh keluarga itu tidak pudar karena ibu Sasi mampu meneruskan usaha suaminya dengan baik.
Sasi tidak pernah kekurangan. Namun sebagai anak pertama dari tiga bersaudara yang kesemuanya perempuan, Sasi merasa punya tanggung jawab untuk menjaga kedua adiknya.
Otaknya yang encer membuatnya bersemangat menyelesaikan pendidikannya hingga jejang S2.
Terlalu sibuk belajar, Sasi melupakan urusan jodoh dan percintaan sehingga tidak terasa usianya sudah 26 tahun dan dia belum menikah.
Sementara kedua adiknya yang langsung menikah begitu lulus SMA masing-masing sudah memiliki dua orang anak.
Sebagai putri keluarga terpandang di kota kecil itu, suami kedua adiknya pun bukan orang sembarangan. Adiknya yang satu menikah dengan pemilik pabrik rokok. Sementara adik bungsunya menikah dengan wakil bupati di kota itu.
Sasi yang manis sebenarnya juga bukan gadis tak laku yang tidak pernah punya pacar atau kekasih. Seperti saat ini pun Sasi sedang diperebutkan dua lelaki tampan teman kerjanya. Reza dan Davin. Tapi apa mau dikata, Sasi merasa belum menemukan seseorang yang meyakinkannya untuk menerima cintanya. Belum ada seorang lelaki pun yang bisa menyentuh hatinya. Apalagi untuk menikah?
"Nduk, nanti pulang kerja ikut ibu ya? Kita ketemu mbah Ageng"
Sasi mendesah pelan. Ia tahu siapa mbah Ageng itu. Dia semacam paranormal kepercayaan keluarga ibunya turun temurun.
" Buu...tolonglah jangan paksa Sasi. Sasi nggak mau ke dukun-dukun seperti itu. Sasi nggak percaya begituan. Anakmu ini masih laku bu. Bahkan teman-temanku banyak yang usianya 30 dan belum menikah "
" Justru itu nduk, ibu ndak mau kamu sampai melajang terus seperti teman-temanmu itu. Kita harus usaha ya? Ikut ke mbah Ageng ya?"
"Bu anakmu ini cantik, banyak yang suka. Nggak usah pake dukun juga laku kalau aku mau bu. Akunya aja yang merasa belum dapat yang cocok bu.."
Sasi hampir menangis melihat ibunya begitu ngotot mengajaknya menemui mbah Ageng itu.
" Atau kamu mau ibu carikan jodoh saja seperti adik-adikmu?"
" Ibuuu...tolong ya...itu lebih ndak masuk akal lagi bu. Ini bukan jamannya lagi jodoh-jodohan bu. Oke deh..terserah ibu kalau mau ke mbah Ageng. Aku mau ikut tapi aku nggak mau masuk rumahnya. Nanti aku tunggu di mobil aja."
Akhirnya Sasi memilih jalan aman. Daripada dijodohkan lebih baik menuruti kata ibunya saja. Toh dia tak akan kehilangan apapun atau dirugikan jika pergi ke rumah dukun tua itu. Pokoknya dia tak percaya kan beres sudah.
Sang ibu tersenyum lega. Akhirnya anak kesayangannya yang pemberontak itu mau juga menuruti kata-katanya.
Dan sore itu sepulang kerja Sasi dan ibunya menemui mbah Ageng. Rumah tua berbentuk joglo segera menyambut kedua ibu anak itu. Entah mengapa hawa dingin menyeruak begitu saja ketika mobil Sasi memasuki pekarangan rumah yang luas itu. Mungkin karena pepohonan rimbun di halaman rumah itu? Entahlah. Sasi tak mau tahu.
Seperti Sasi katakan sejak awal, gadis itu tak sudi menjejakkan kakinya ke rumah mbah Ageng. Dia menunggu di mobil sementara ibunya masuk ke rumah mbah Ageng.
" Kamu ndak turun nduk?" tanya ibunya lagi.
"Emoh bu....sudah ibu saja" Sasi malah menyandarkan tubuh di jok mobil yang empuk.
" Ya sudahlah. Ibu saja yang masuk" Ibu mengalah.
Sepuluh menit, duapuluh menit, setengah jam kemudian Sasi melihat ibunya keluar dari rumah yang tampak angker itu bersama sesosok pria tua berambut putih. Itu pasti yang namanya mbah Ageng.
" Nduk...!" Sasi mendengar ibunya memanggilnya sedikit berteriak.
Gadis itu cuma melongokkan kepalanya dari jendela.mobil yang dibiarkannya terbuka.
" Turun sebentar sini" ibu melambaikan tangan ke arah Sasi.
Sasi mendengus kesal. Mau tak mau turun juga menghampiri ibunya. Sasi tak mau dianggap anak durhaka yang tidak menghargai ibunya.
" Iya bu.." Sasi berusaha bicara selembut mungkin meski hatinya sedang kesal.
" Mbah, ini Sasi. Bagaimana mbah?" ibu tersenyum sambil melihat ke arah pria tua itu.
Sasi merasakan hawa aneh melingkupi tubuhnya saat mbah Ageng menatapnya. Pria tua itu tidak bicara sama sekali tapi matanya yang tajam menghujam jantung Sasi seperti ada belati yang menusuknya. Tiba-tiba Sasi merasa mual.
" Maaf bu, mbah...Sasi nggak enak badan. Mau duduk di mobil saja" Sasi buru-buru melangkah ke arah mobilnya. Meninggalkan ibunya bersama mbah Ageng.
" Sasi!" terdengar ibu memanggilnya. Sasi tak bergeming tetap melangkah pergi ke mobil.
" Sudah biarkan saja.." terdengar suara mbah Ageng yang berat mencegah ibu Sasi menahan Sasi.
Mbah Ageng melangkah masuk lagi ke dalam rumahnya. Diikuti ibu Sasi yang mengekor di belakangnya.
" Jadi menurut penglihatan mbah Ageng; bagaimana nasib Sasi?" ibu merasa cemas.
" Anakmu itu disukai mahkluk lain yang derajatnya tinggi di dunia mereka. Laki-laki biasa tidak akan mampu menandingi pamor mahkluk itu. Itulah sebabnya anakmu tidak tertarik dengan lelaki yang mendekatinya. Hatinya sudah dipengaruhi mahkluk yang menyukainya. Jadi secara tak sadar anakmu punya kriteria tinggi tentang bakal jodohnya. Paling tidak harus setara dengan yang menyukainya itu."
" Jadi saya harus bagaimana mbah. Dia tidak mau dijodohkan juga. Bisa-bisa jadi perawan tua dia." Ibu merasa putus asa.
" Aku akan membantunya. Mengingat keluargamu sudah seperti saudaraku sendiri. Jangan khawatir. Kita akan berusaha. Aku akan membuat pria yang menyukai anakmu terlihat sempurna di mata anakmu. Jadi memenuhi kriterianya."
" Matur nuwun( terima kasih) mbah. Saya benar- benar minta tolong" Ibu membungkuk hormat sambil menangkupkan tangan di depan dada.
" Hemm...bantulah dengan doa agar semua berjalan lancar" Mbah Ageng menepuk bahu ibu.
Ibu keluar dari rumah mbah Ageng sendirian. Melihat itu Sasi membuang nafas lega. Sudah selesai rupanya.
"Lima menit lagi menunggu di sini, bisa stress aku" gerutu Sasi sendiri.
Sekar Sasi Nopember
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Salam kenal kak,Mampir njeh😊😇
2024-03-26
0
Nur Adam
cntik bgt ngpain ma ny pke dikun ckck
2022-04-15
1
Linda Deevandlesh
ninggal jejak dl
2022-04-11
1