"Yaelah Alenna! Masih aja ngambek!" Ketus Angga yang sedari tadi kesal karna tidak di ladenin oleh Alenna. Sahabatnya ini terus saja membaca tanpa memperdulikan Angga yang sampai berbusa busa mulutnya karna berbicara panjang lebar.
"Len, sorry"
"Len, ngomong kek!"
"Ih kesel gue!"
"Len, jangan kayak gini dong!"
"Gini aja deh, gue teraktir lo deh. Apa aja!"
"Beneran?!" Akhirnya Alenna menyahut dengan antusias.
"Denger traktir aja langsung nyahut, Alenna Alenna" Jawab Angga malas. Emang Alenna tipe orang yang susah di bujuk, kecuali mengenai makanan, ia sangat cepat memaafkan secepat kilat, tetapi tergantung seperti apa bentuk permasalahannya.
"Gue mau makan bakso, somay, mie ayam, nasi padang, cireng, gorengan, sa-"
"Buset! Lo mau gue miskin, hah?" Potong Angga yang terkejut mendengar pernyataan Alenna. Alenna hanya mengangkat kedua bahunya sekali untuk menandakan ia tidak tahu.
"Ya terserah sih" Jawab Alenna santai, tapi dengan wajah yang dibuat buat.
"Yaudah iye, pesen sono" Suruh Angga dengan wajah yang tidak suka.
Alenna pun tersenyum pepsodent kearah Angga.
"Udah, gak usah sok manis. Sana pesen" Angga memutar bola mata malas.
"Emang gue manis😜"
Baru Alenna ingin pergi memesan, tetapi handphone nya berbunyi, menandakan kalau ada telfon masuk.
Ting nong!
Alenna menghentikan langkahnya lalu mengambil handphone dari dalam saku celana sebelah kanan.
Nenek lampir/Sarah.
Terpampang nama Sarah di layar telfonnya.
Tumben.
Alenna segera mengangkat telfon itu dengan malas.
"Hallo"
"Lo harus pulang sekarang!"
"Dih! Siape lo nyuruh nyuruh gue?"
"Gue bilang pulang sekarang!"
"Mau ngapa-"
Tuttss.
Sambungan telfon terputus, Alenna hanya mendengus kesal karna seenaknya saja orang itu menyuruhnya, bahkan membentaknya.
"Siapa?" Tanya Angga yang sedari tadi memperhatikan Alenna.
"Gue cabut dulu ya?" Jawab Alenna terburu buru.
"Lah, lo gak jadi mesen?" Tanya Angga lagi yang binggung dengan sikap Alenna.
Alenna hanya menggeleng, ia berlari kecil menuju kelas untuk mengambil tasnya.
"Eh ang, tapi benerkan kelas kita lagi free?" Tanya Alenna menghentikan langkahnya yang hendak pergi dan kembali menghadap Angga.
"Bener" Jawab Angga.
"Ok" Balas Alenna. Alenna pun kembali melanjutkan langkah nya meninggalkan Angga yang masih duduk di kantin.
Sedangkan Angga hanya memperhatikan Alenna dari meja kantin dengan wajah binggung. Untung saja hari ini freeclass, jadi Alenna bisa pulang tanpa izin ke guru.
Sebenarnya ia malas untuk pulang, tapi mendengar nada bicara Sarah tadi, Alenna berpikir kalau ini adalah permasalahan yang penting, jadi ia menurut saja, untuk kali ini.
Brukkk!
Karna Alenna terlalu cepat berlari, ia sampai menabrak seseorang dihadapannya. Dan kini ia sudah terduduk dilantai sambil meringis kesakitan.
"Aw! Aduh sakit" Ringis Alenna mengelus elus bokongnya yang terasa sakit.
Ia memutuskan mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang yang menabraknya, ralat orang yang ia tabrak.
Huhhh, dia lagi dia lagi.
Ucap Alenna dalam hati, siapa lagi jika bukan Steven yang ia tabrak.
Laki laki itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum hangat.
Tumben.
Dengan canggung, Alenna menerima uluran tangan Steven, lalu Steven membantu Alenna berdiri.
"Sorry sama thanks" Jawab Alenna membersihkan roknya.
"Sorry atau thanks" Tanya Steven mengangkat satu alisnya.
"Ya, dua duanya" Jawab Alenna seadanya.
"Gw duluan ya, sorry tadi nabrak" Jawab Alenna lalu pergi begitu saja meninggalkan Steven yang terus memperhatikannya, sampai wanita itu menghilang dari hadapannya.
Ada senyum tipis terlukis diwajah Steven, entah kenapa dunia terasa sempit sekali.
Sudah berapa kali ia bertemu dengan wanita itu, yang selalu saja ada dipikirannya.
Dasar, cewek aneh.
Steven berjalan menuju kantin untuk bertemu dengan teman temannya.
"Oy! Steven!" Panggil temanya Julio yang sedang berada di meja kantin khusus geng-genggan mereka.
Steven langsung menyusul para sahabatnya itu.
Disana ada Julio, Raffi, Gilang, Pangasti dan Aldo.
Mereka semua famous disekolah ini, siapapun yang melihat mereka pasti akan menjerit tak karuan. Selain ketampanan, otak mereka juga sangat pintar walaupun nakal dan humoris.
"Ada yang abis PDKT nih!" Sindir Gilang, seorang ketua OSIS ganteng dan pintar, tetapi agak lola.
"Apaan sih lo" Bantah Steven meminum teh milik Raffi.
"*****! Ni punya gue" Protes Raffi lalu mengambil kembali tehnya dari tangan sang Steven.
"Gue punya kabar baru!" Seru Aldo yang rada rada otaknya sama seperti Gilang.
"Apaan?" Tanya pangasti sambil terus memasukan mie goreng kedalam mulutnya.
"Gue jadian sama amel!" Semua terdiam menatap Aldo dengan tatapan yang susah diartikan.
"Iya, gue jadian sama dia" Lanjut Aldo masih dengan senyum yang merekah.
"Sudah ku duga" Sahut Julio yang sudah menebak apa yang akan di katakan oleh Aldo.
"Terus?" Tanya Steven acuh tak acuh.
"Ya lo pada gak mau tau?" Tanya Aldo canggung.
Semuanya hanya menggelengkan kepala sambil berkata. Oh ayolah, bagi mereka ini bukan berita bagus atau penting. Jahat memang.
"Gak" Jawab mereka semua serentak membuat Aldo mendengus kesal.
"Lo ya! Giliran Steven jadian aja, lo pada pengen tahu!, giliran gue acuh gak acuh, *** lo semua!" Ketus Aldo meluapkan semua emosinya.
"Emang Steven, pernah pacaran ya?" Tanya Julio tiba tiba. Raffi, pangasti, dan Gilang menggelengkan kepala, kecuali Steven yang masih terdiam entah memikirkan apa, ia membiarkan sahabatnya ini berbicara panjang lebar toh gak penting menurutnya.
Berbeda dengan Aldo yang terdiam seribu bahasa karna menahan malu.
"Ish! Aku benci sama mas,aku benci!" Ucap Aldo bertingkah seperti 'banci'. Dengan memukul mukul bahu Julio yang ada disamping kanannya.
"Aduh! Woy apaan sih lo!" Ringis Julio menjauhkan diri dari aldo.
"Kalian semua gue sumpahin! Jomblo seumur hidup!" Sumpah serapah itu membuat Julio, Raffi, dan Gilang terkejut.
"Ye, jangan ****!" Protes Julio.
"Sumpah serapah lo gak mempan" Lanjut Gilang
"Kalau gue jomblo seumur hidup, lo gue santet, ye?" Lanjut Raffi
"Lo pilih rumah sakit atau... Kuburan, hah?" Dan disambung ancaman dari Julio dengan tersenyum maut.
Ancaman dari Julio mampu membuat Aldo sedikit ketakutan.
"Udah ah! Gue mau ketemu Amel dulu, bye bye,selow gue balik lagi kok.yang sabar ya--" Aldo bangkit dari kubur, eh ralat dari kursi. Dengan sengaja menggantungkan ucapannya.
"J O M B L O" Lanjut Aldo meledek lalu ngacir begitu saja, sungguh tingkahnya seperti anak bocah yang berumur 5 tahun.
"MINTA DI SAMBIT NIH ANAK!" teriak Raffi geram dengan perkataan Aldo yang begitu menohok baginya.
"Tuh anak kurang asem emang" Omel pangasti yang ikut tersindir oleh ucapan Aldo tadi. Perlu diingat, mereka semua masih pada jomblo kecuali Aldo yang sekarang sudah menjalin hubungan dengan Amel. Eitss bukan berarti mereka gak laku, kalau kalian beranggapan seperti itu, kalian salah besar karna banyak sekali yang menyukai mereka dan satu lagi mereka famous dan pintar.
Jadi siapa yang tidak ingin menjadi kekasih mereka?. Namun masalahnya di sini adalah... Ke 6 most wanted tersebut belum menemukan tambatan hati dan belum terlalu fokus kepada masalah percintaan.
"Sabar... Wajarin aja" Tengah Steven yang tidak mau ambil pusing dengan perkataan Aldo.
"Jul, besok temenin gue yuk!" Ajak Gilang dengan wajah serius.
"Kemana? Terus mau ngapain?" Tanya Julio dengan tampang 'oon' nya itu.
"Ke orang pinter, gue mau pakek pelet" Jawab Gilang santai. Membuat Steven, Julio, pangasti dan Raffi menoleh kearah gilang dengan tampang terkejut.
"Gapain lo pakek pelet *****! Diliat liat muka lo ganteng, lo liat aja setiap lo jalan semua teriak gak jelas kayak anak *****. Jadi ngapain lo ke orang pinter ralat bodoh" Ucap Raffi membuat yang lain mengganguk setuju.
"Gue tau... Tapi lo pada bisa liat kan, ciwi-ciwi di sini banyak yang mukannya cover doang cantik,aslinya mah belum tentu. Dan kita harus hati hati buat cari cari pasangan, takutnya mukannya palsu. Ekhem kecuali..." Gilang sengaja menggantungkan perkataannya.
"Kecuali?" Tanya Steven akhirnya membuka suara, lalu memfokuskan pandangannya kepada Gilang.
"Kecuali... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Lolilalinda_21
mau apa lagi si srh?
2019-12-11
0
Devita Novita
www
2019-11-06
1