Cinta Beda Provinsi 2
Desir pantai, ombak bergelombang merdu, syahdu dipandang mata, dan kelembutan pasir kecoklatan. Senja mulai menyelimuti langit, tatapannya lurus ke arah mulai terbenamnya gagah sinar yang seharian menemani langit biru, dan kini menjadi kemerah-merahan. Ujung jilbab itu terus saja bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti irama angin yang meniupinya.
Dari belakangnya, sejenak aku menatapinya, dan tak lama setelah itu dia geser kan tatapannya ke kanan dan tampaklah olehku pipi lembut sedikit tembem dan bersih tak ada satupun jerawat menempel di sana. Seketika itu pula ku dapati ketajaman bola matanya memandang ke arah desiran pantai yang sedikit mengeluarkan busa. Dia tersenyum.
“Ayo lanjut jalan sudah!” satu tepukan di punggung, suara sedikit lantang, menyadarkan ku dari pandangan monoton ku pada sosok seorang wanita berjilbab.
Motor Vega ZR 2011 lengkap dengan suara
khasnya, melaju meninggalkan tempat itu. Pantai Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara Timur.
“Lu lama juga, ada buat apa Morgan?”
Tak sabar aku dapatkan jawaban dari adik sepupuku itu, setelah dia membuatku lama menunggu di pinggir pantai. Dia tidak lama mendengar pertanyaan dariku langsung menjawab.
“Masih ada tunggu kawan dong¹ di sana. Dong lama na, dong ada pinjam be² pu³ hp.”
Mendengar jawabannya, seperti biasa tidak
perlu ada pertanyaan lagi yang aku berikan untuknya.
Disini adalah tempat tinggal ku sejak 3 tahun silam, sejak di depaknya diri ini dari kampung halaman, tempat dimana aku dibesarkan.
Kesibukanku hanya tiga disini tidak lebih tidak kurang, satu kuliah, dua kerja, tiga apelin cewek. Kerja ku disini berbagai macam, kadang ojek, kadang kuli, kadang main bersama team ku.
Kesibukanku yang ketiga itu sedikit dramatis, aku bukan play boy namun aku juga bukan orang yang sangat setia. Karena cewekku juga begitu, sama seperti aku. Aku tau itu, tapi aku biarkan saja. Dalam hidupku Cuma satu prinsip ku, mati satu tumbuh seribu. Dan hal itu benar dalam hidupku, jadi kesibukanku yang ketiga jarang aku menyebutnya apelin tempat pacar, lebih enak menyebutnya apelin cewek. Itulah kesibukanku disini, dan disinilah awal mula kisah ini terjadi. Di kota seribu karang.
Sore ini, aku memang berencana untuk mengajak adikku ini ke rumah Bapakku. Sengaja aku mengajaknya dengan niatan bergantian menyetir motor bila aku lelah. Aku 7 bersaudara terdiri dari 2 laki-laki dan 5 perempuan, tapi 1 kakak laki-laki ku telah meninggal dunia dan akulah yang menjadi satusatunya lelaki dalam keluargaku. tapi akan hal itu aku tidak sama sekali merasa terbebani, karena mereka tidak pernah menyulitkan diriku menjadi tulang punggung keluarga. aku memiliki banyak sekali adik sepupu laki-laki yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Dan aku juga memiliki sangat banyak sekali kawan di seluruh penjuru kota yang ada di dalam Provinsi maupun diluar. Aku menyebutnya sebagai “Team”. Aku adalah salah satu orang yang ditakuti disini, aku lah si seram, aku lah si pemberani, aku lah singa.
...****************...
Warna kecoklatan, lebih gelap dari pasir di pantai Kelapa Lima. Namun tetap sama bersih dan tidak menyakiti bagi siapapun yang berjalan di atasnya.
Kini angin tidak sekencang di pantai, lebih bersahabat dan menyejukkan, paling pas menyebutnya adalah menenangkan hati dan membuat susah move on siapapun yang merasakannya.
Rumahrumah tidak berjajaran. Hanya satu paling banyak 2 atau tiga per kepala keluarga dan dipisahkan beberapa pepohonan yang rindang, tetumbuhan yang lebat dan rapi. Berbahan pokok dari kayu dan berlantai tanah yang telah terlapisi semen. Inilah desaku, tempat Bapakku tinggal.
“Kamu simpan motor, aku masuk!” perintahku pada Morgan. Dia sama sekali tak membantah, karena memang sudah seperti itu. Dari dalam rumah Bapak menyambut ku dengan senyum tipisnya, lebih tepatnya seperti tidak ada senyuman. Dengan tetap duduk di atas salah satu kursi plastik yang ada di ruang tamu rumah itu.
Tak ada yang keluar menyambut kedatangan putra laki-laki satu-satunya ini di rumah itu selain dengan tatapan biasa saja. Tanpa cium tangan, atau selebihnya yang biasa dilakukan oleh keluarga so sweet di luar sana. Meskipun keluargaku bukan lah keluarga yang menyedihkan. Hanya saja lebih tepatnya kaku.
“Darimana?” sebenarnya ini pertanyaan menggunakan bahasa Dawan, hanya saja sedikit susah untuk dimengerti jadi lebih baik tidak usah terlalu nyata aku menuliskannya. Agar lebih mudah dipahami. Karena jelas disini orang Timor menggunakan bahasa Dawan, apalagi dengan keluarga, kecuali dengan adik-adik yang memang terkadang menggunakan bahasa campuran antara Dawan dan Kupang.
“Tidak ada, langsung kesini saja. Cuma ada tunggu Morgan tadi di Kelapa Lima, dia ada tunggu kawan.” Santai aku menjawabnya, sembari langsung duduk bersampingan dengan Bapak di atas kursi plastik.
Tanpa ada perintah, tanpa ada penawaran apapun. Seorang wanita paruh baya keluar dari ruangan tengah, rambutnya terikat di atas tak beraturan namun kuat, sedikit banyak keriput memenuhi wajahnya, senyuman tipis dia lemparkan, dia membawa nampan plastik berdiri di atasnya 2 gelas kaca berisi kopi panas. Dia adalah mama tiri ku.
“Tidak bilang kalau mau kesini, tau gitu kan aku masakkan jagung muda, itu ada banyak di dapur. Sekarang masih ada masak, jadi tunggu sedikit lai⁴.”
Kalimat sapaan dari seorang mama tiri. Aku hanya tersenyum dan menjawab tidak perlu repot-repot.
Sibuk tangannya mengambil camilan khas NTT, siri pinang. Yang tersimpan di atas meja dekat Bapak. Di sodorkan padaku, aku seketika mengambilnya dan memakannya. Nikmat yang aku rasakan.
Aku tidak ingin menjabarkan terlalu detail disini tentang siri pinang, agar kalian rasakan sendiri seperti apa rasanya. Tidak banyak obrolan di antara kami. Seperti biasa hanya sepatah dua patah, kembali mengunyah siri pinang, dan begitu seterusnya.
Tak lama setelah sedikit lama berbincang di ruang tamu, Bapak menyuruhku untuk mengikutinya masuk ke dalam rumah dan menembus di belakang rumah. Kosong luas terbentang tanah, tidak jauh dari itu tetumbuhan lebat melingkar mengelilingi rumah. Sembari dia tunjukkan kabel-kabel listrik yang belum tersalurkan listrik lebih tepatnya,
“Kamu pasang ini dan sambungkan ke tiang aliran listrik di langit-langit sana,” ucapnya.
Desa Bileon, Fautmolo. Desaku, yang selama
ini belum banyak teraliri listrik. Bapak ingin aku memasangnya, dan membuat desa menjadi terang tidak lagi gelap saat malam tiba. Aku mengiyakan perintahnya. Dan melakukannya esok hari.
Gelap telah tiba, lengkap menyelimuti langit, menutupi awan senja. Pekat, berhiaskan kelap-kelip bintang yang banyak bertaburan, dan satu sabit terang di tengah-tengah taburan bintang itu, bulan yang terang. Membuat malam di Desa Bileon, Fautmolo tidak jadi gelap, hanya di dalam rumah saja yang sedikit gelap, karena hanya diterangi satu lilin putih.
Dengan ditemani rokok, api di atas beberapa kayu yang tadi telah ku kumpulkan, dan secangkir kopi panas. Duduk dengan Morgan di belakang rumah, Bapak sudah terlelap dalam kamarnya.
Tanpa ada obrolan yang menghangatkan malam itu. Hanya duduk bersila di atas hamparan anyaman daun kering lontar di tanah. Yang menemani hanyalah hp yang menyala terang menghilangkan kegelapan.
Tanpa membalas chat dari siapapun, karena tidak ada satupun chat yang masuk, signal tidak mendukung kesepian ku malam ini. waktu telah menunjukkan pukul 23.00 WITA.
“Mungkin dia sudah tidur.” Gumam ku dalam diam.
Bersamaan dengan itu angin lembut menemaniku, menjadi satu-satunya teman malam ini. Bertiup lembut, menerbangkan butiran-butiran pasir dibawah kakiku, yang seketika itu turut menerbangkan pula pikiran ku.
...****************...
Footnote :
1 Dong : mereka. Dalam bahasa Kupang.
2 Be : kepanjangan dari Beta. Memiliki arti aku/saya.
3 Pu : kepanjangan dari punya.
4 Lai : kepanjangan dari Lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Naylatul Maghfirah
bagus banget bu episode yg pertama /Good//Heart/
2024-11-23
1
Naylatul Maghfirah
sangat bagus
2024-11-23
1
Hanna Devi
Cinta Kedua Untuk Zylva hadir mbak 😍
2021-07-18
0