Semuanya. Hancur sudah martabat ku. Harga diriku dan semua tentangku hancur. Statusku yang semua orang tahu aku adalah seorang tahfidz alQur’an dan aku seorang berpendidikan tinggi anak kuliah kampus Negeri, semuanya hancur seketika identitas ku itu.
Seluruhnya, Mama, Bapak, Bibi, Mbak, Mas
Ipar ku, Keluargaku di Madura, Keluargaku di
Malaysia. Semuanya memarahiku habis-habisan.
Semuanya berpihak pada mas Zidni. Ternyata dia bukan hanya menyebarkan chatku dengan Ali itu kepada keluargaku saja, tapi kepada kak Yani, kepada Nayla, dan satu lagi. Kepada seorang ustadz di NTT, tepatnya paman sepupu dari Ali.
Pagi itu aku pun memanggil mas Zidni atas
permintaan Mama dan Bapakku, dan atas keinginanku juga untuk men-clearkan semua permasalahan ini karena secara nyata aku sudah bukan hanya sekedar pacaran dengannya, namun telah bertunangan.
Dia pun datang ke rumahku, dan aku yang
sudah dari sejak dia mengatakan di wa bahwa semua keluargaku sudah dia beritahu, sejak saat itu pula air mataku telah membanjiri pipi dan wajahku. Tidak cukup sampai di situ, kedua orang tuaku memarahi aku habis-habisan. Dan satu lagi di pagi itu, dengan mbakku yang telponnya tidak dimatikan, tetap dibiarkan mengetahui semuanya.
Dengan berani dan gagahnya mas Zidni
mengatakan kalau aku berhubungan sex dengan Ali dihadapan kedua orang tuaku dan mbakku yang masih ada ditelpon itu. Kedua orang tuaku terkejut mendengarnya antara tidak terima dengan ucapan mas Zidni kepadaku, dan antara merendam emosi mas Zidni saat itu, hingga orang tuaku hanya menanggapi,
“Tidak mas, kamu tidak boleh ngomong kayak gitu. Fatimah ini orang penghafal al-Qur’an dan anakku ini tahu etika.” Ucapnya saat itu juga, dan mas Zidni terdiam saat mendengar ucapan geram dari kedua orang tuaku.
Aku yang tidak bisa mendengar semua
penghinaan itu pun, aku meminta maaf pada mas Zidni di depan kedua orang tuaku. Sampai aku sujud-sujud di kedua kakinya yang sedang duduk bersila di depanku, tanpa sadar karena aku ingin sekali mendapatkan maaf darinya aku langsung merendahkan diriku sendiri untuk pertama kalinya, menundukkan tubuhku, menangis dihadapan semuanya, dan bersujud di depan semuanya di kaki mas Zidni.
Setelah kejadian sujud-sujud ku itu, mas Zidni
mengatakan mau memaafkan ku. Dan aku pun minta satu permintaan padanya,
“Aku mohon padamu jangan ungkit-ungkit lagi
kesalahanku hingga membuatku malu seperti ini lagi mas, bila kamu memang sudah memaafkan diriku.” Ucapku memohon padanya.
“Iya.” Jawabnya.
“Benar loh mas, kamu sudah memaafkan
Fatimah dengan sepenuh hati. Karena kamu tahu sendiri sifatnya, jika terus di ungkit tidak akan ada lagi yang bisa menghentikan keputusan hatinya nanti.” Mamaku menyambung, menanggapi jawaban
iya dari mas Zidni.
Namun tidak ada yang tahu apa yang akan
terjadi setelah itu. Setiap hari, setiap jam, setiap
detik, dia terus saja mencurigai ku, dia terus saja
membuntuti ku, walaupun dia dalam posisi kerja, mas Zidni tetap stalker media sosialku apakah aku online secara bersamaan dengan Ali atau tidak. Hanya dengan alasan itu dia menuduhku kembali bahwa aku masih saja berhubungan dengan Ali. Padahal sejak kejadian itu aku sudah benar-benar tidak berhubungan dengan Ali dan menghapus nomornya.
Namun hal itu bertahan selama satu hari satu malam, karena selama satu hari satu malam itu juga, mas Zidni mengkhianati janjinya sendiri untuk tidak mengungkit-ungkit lagi semua kesalahanku.
Tiba waktunya saat aku tahu ternyata bukan
hanya pada keluarga kecilku saja dia menyebarkan tentang diriku dengan menyebarkan sebuah keburukan. Walaupun saat kejadian aku sujud-sujud di kakinya, aku telah menghapus semua jejak chatku dengan Ali, saat itu juga kalau aku tidak menghapusnya mas Zidni pasti masih dihantui rasa
cemburunya. Namun ternyata meskipun aku sudah hapus dia tetap dihantui rasa cemburu.
“Ataukah kamu memang hantu mas!” ucapku
saat itu. Diruang tamu rumahku, dimana ada mbak dan Mama berkumpul saat kebetulan mas Zidni main ke rumahku pagi itu sebelum dia berangkat kerja, bukan kebetulan sih, namun seperti biasa memang dia sering mampir dulu ke rumahku sebelum dia berangkat kerja. Tapi pagi itu berbeda, dia bukan untuk apelin aku, namun untuk mengungkit-ungkit kesalahanku.
“Fatimah ini tunangan mu atau musuhmu sih
mas.” Itulah ucapan mbakku saat itu, menanggapi sikap mas Zidni yang terus saja mengungkit-ungkit semua kesalahanku. Saat itu pun aku yang marah padanya. Memang benar aku menerima bahwa aku yang salah, namun aku sudah berjanji dalam hatiku .......
...****************...
Lanjutannya besok 😄👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments