Kekecewaan Fatimah

Seketika aku pun tersenyum, “Tuh kan...” dan Irul pun mengangguk. Dia sepertinya malu menunggu seorang wanita. Karena saat aku tidak sengaja menyentuh pundaknya karena tadi terkejut mendengar kata babi diucapkannya pun dia sedikit terkejut akan sentuhan ku.

Bagiku sangat mengejutkan memang kejadian

di kamar mandi itu. Dan menjadi hal yang cukup bersejarah bagiku saat itu. Untuk pertama kalinya aku hidup diantara babi dan anjing yang lengkap disini.

Namun meski begitu, aku tetap tersenyum,

karena aku hidup di tengah-tengah keindahan,

kesejukan alam, dan penuh cinta dari seseorang.

Sehingga selama aku hidup di desa terpencil

Mnela’anen jauh dari kota, aku tetap tidak pernah bersedih hati di setiap harinya.

Hal ini aku rasakan setelah dua hari aku berada di desa ini, dimana selama dua hari itu aku hanya terdiam dan merenung sendirian merindukan rumahku di Surabaya, terlebih setelah aku tahu orang-orang yang aku sayang, orang-orang yang hanya pada mereka aku percaya dapat menjagaku disini, dimana hanya aku sendirian wanita satu-satunya yang berasal dari jauh, ternyata mereka menghianatiku.

Kejadian itu dimulai saat malam hari, dimana

dingin mulai menusuk ke dalam pori-pori kulit, setiap anggota kelompok desa Mnela’anen berkumpul, melawan dinginnya malam walaupun sebenarnya masih tergolong belum terlalu malam, pukul 19.30 WITA.

Fahri mengumpulkan semua anggota atas pemintaan Mily dan Dini, dua mahasiswi dari Kampus Institut Kristen Kupang dan juga atas permintaan satu orang yang telah bersekongkol dengan dua wanita itu, dimana tak pernah ku sangka sebelumnya, dia lah Yana gendut. Aku terkejut melihatnya, aku tidak peduli jika Mily dan

Dini yang mengatur rapat itu hingga diadakan, tapi ternyata Yana turut serta dalam

hal itu.

Padahal sebelumnya, hanya pada Yana lah aku

bertumpu, baik itu bertanya-tanya, baik itu bertukar pikiran, sampai setiap meminta pertolongan. Tapi pengkhianatan itu dimulai dari sini.

Mereka bertiga mengumpulkan ke-13 anggota

kkn di ruang tengah, tempat dimana kita semua berkumpul entah itu rapat, bercanda bersama,

bernyanyi bersama, dan lainnya. Dan mereka

mengumpulkan kita semua yang ternyata hanya untuk membagi jadwal piket masak.

Sebelum dibacakan hasil pembagian yang

telah mereka bagi, mereka menjelaskan panjang lebar alasan mereka membagi jadwal piket.

Memang aku akui, aku selama dua hari tidak pernah menyentuh alat-alat masak di dapur untuk sengaja membantu memasak, karena alasanku yang pertama sudah banyak yang membantu di dapur dan alasan kedua

aku memang tidak bisa memasak.

Dan aku setuju atas alasan mereka bertiga

setelah mereka menjelaskan bahwa agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi, dan agar semuanya bekerja.

Namun, setelah Mily membaca hasil pembagian kelompok jadwal memasaknya yang berasal dari hasil diskusi mereka bertiga saja itu, aku sangat terkejut.

Sejak awal dibacakan hingga namaku akhirnya

disebutkan, aku sangat menuggu namaku disebut, dan aku paling sangat mengira bahwa aku dijadwalkan satu kelompok dengan Yana, secara aku memang hanya akrab dengan Yana saat itu.

Tetapi aku salah, namaku disebut paling akhir,

semakin lemas aku setelah Yana disebut namanya sejak awal, dan aku dikelompokkan dengan orang￾orang yang aku sama sekali belum akrab dengannya.

Hanya mengenal nama saja. Saat itu namaku disebut, “Kelompok 2 : Fatimah, Ali, Fahri, Yani, Nayla dan Femi.” Aku langsung lemas, dan seketika kekecewaan mengerubungi pikiranku.

Sejak saat itu pun aku yang awalnya selalu

tidur di samping Yana, sampai dia peluk aku setiap tidur untuk menghangatkan ku dengan tubuh gendutnya, sudah tidak lagi aku mau tidur dengannya, aku memilih tidur di dekat kelompokku memasak, tidur di dekat Nayla, kak Yani dan Femi. Itu semua adalah wujud dari kekecewaan ku padanya.

Sedangkan setelah saat itu, aku tak pernah

menyadari bahwa aku akan menjadi ratu, bahwa aku akan menjadi orang yang paling di manja, bahwa aku akan menjadi orang yang paling dihujani cinta, bahwa aku akan sebahagia ini selama kkn. Hingga berujung pada rindu setelah tidak lagi bersama mereka, mereka adalah kak Yani, Ali dan Nayla.

Ketiga mahasiswa dari Kampus Institut Islam

Kupang itu, telah membuatku percaya bahwa jangan hanya melihat dari covernya saja, telah membuatku percaya tak kenal maka tak sayang, telah membuatku yakin bahwa tidak ada yang tidak menyayangi kita meski itu hanya satu orang di dunia ini, karena pasti akan ada. Dan dengan mereka juga aku percaya bahwa teman, mati satu tumbuh seribu.

Saat itu tepat pertama kali kita dijadwalkan

dalam satu kelompok, dan bertepatan dengan jadwal kita hari itu, hari Jumat tanggal 2 Agustus 2019.

Pagi-pagi sekali pukul 06.00 WITA. Dimana hawa masih sangat sejuk, meski kabut sudah berlalu. Aku diajak oleh kak Yani dan Nayla ke dapur.

“Ayo Mbak ke dapur.” Ajak kak Yani padaku.

Aku hanya menoleh padanya dan tersenyum

singkat, lalu aku pun mengiyakan ajakannya. Aku masih belum bisa membuka hati pada teman baru saat itu.

Bukan hanya dalam hal ini saja, tetapi setiap

aku mendapati teman baru baik itu di lingkungan rumah, lingkungan kampus, atau di manapun, aku pasti tidak mudah membuka hati. Meskipun aku terlihat orang paling pandai menyembunyikan kebenarannya.

Kecuekan ku terbawa hingga hari ini.

Terlebih di hari ini terdapat satu program

kerja yang harus kita semua anggota kkn lakukan, karena di Kecamatan akan kedatangan Bupati Timor Tengah Selatan, dimana Bapak Kepdes

memerintahkan agar kita semua bersiap menyambut kedatangan Bupati, dan yang pertama dilakukan adalah pembersihan lingkungan kantor desa Mnela’anen.

Kedua kaki berjalan perlahan menginjakkan

kaki untuk pertama kalinya di tempat perapian yang ada di dalam dapur. Dimana biasanya aku hanya sebatas mampir ke dapur sampai di tempat meja makannya saja, tidak pernah sampai masuk ke tempat perapian selama dua hari berada di desa ini. hening seketika yang kurasakan.

Berasap, beterbangan memenuhi ruangan perapian yang seluas 2,5x2 meter saja itu.

Ruangan hampir menyerupai bentuk persegi, sisa kanan, kiri, depan maupun belakang, temboknya terbuat dari anyaman kayu bambu, berdebu bekas tempelan asap-asap yang beterbangan.

Perapian tepat di tengah-tengah ruangan, ada 2 lubang menyerupai kompor-kompor pada umumnya, yang biasanya aku menyebutnya tungku api, terbuat dari tanah liat yang dibuat sendiri, tapi tampak sudah tua namun terlihat tungku nya semakin kuat saja.

Tepat di atas tungku api tersebut menggantung berpuluh￾puluh ikat jagung. Jagung yang telah mengering, berwarna coklat seperti gosong. Efek setiap hari dipanaskan oleh asap dari tungku nya. Selain itu, langit-langit dipenuhi dengan sarang laba-laba.

Seketika semua pemandangan itu bukan

membuatku merinding, tetapi aku tersenyum melihat semua suasana itu. Karena seketika itu, aku teringat pada tanah asal ku, Madura. dimana seluruh keturunan, Mama, Bapak, Kakek, Nenek dan lainnya, seluruh anggota keluargaku adalah berdarah Madura.

Dan semua pemandangan yang kini aku lihat, bagiku tidak jauh berbeda dengan di Madura.

Di Madura memasak juga memakai kompor

tungku atau tomang¹ karena memang selain tidak terlalu banyaknya peredaran kompor di Madura apalagi daerah yang masih pelosok, selain itu juga memasak melalui kompor tungku dapat menambah rasa kenikmatan dalam makanan, lebih sedap.

Namun di tahun sekarang ini penggunaan kompor tungku sudah mulai bergeser, tetapi setiap perayaan tetap tidak bisa lepas masak menggunakan tomang, karena hasilnya lebih nikmat. Apalagi memasak nasi, dan makanan pesta lainnya.

Pagi itu aku masih memasak hanya sekedar

membantu saja di dapur, karena yang mengambil alih urusan dapur adalah Femi, jadi aku tidak secara langsung yang menentukan menu memasaknya.

Setelah makan di pagi itu, aku dan teman yang

lain bersiap untuk bergegas ke kantor desa memenuhi tugas hari itu dari Bapak Kepdes. Aku sedang duduk￾duduk di depan seperti biasa aku lebih dulu siap dari pada mahasiswi lainnya, apalagi yang mahasiswa belum ada satupun yang siap.

Aku diam menatap ke sekitarku, “Ayo foto.”

Tiba-tiba satu sapaan pagi menyapaku. Aku pun menoleh, ku dapati seorang laki-laki mahasiswa berjas hijau muda, rambut keriting menjulang ke atas hasil pomade hingga membentuk seperti kebanyakan favorit orang Timor, kulit coklat matang seperti warna kulit buah salak, namun tidak segelap itu juga.

Dan kedua mata berbulu mata yang lentik itu, kini sedang menunggu jawaban atas ajakannya.

“Dimana?” aku bingung menjawab apa.

Canggung seketika, ini kali kedua aku bercakap￾cakap dengannya. Setelah apa yang terjadi di ruang makan kemarin.

“Iya di depan saja ayo.” Ucapnya, kemudian

kita pun berfoto-foto.

Seketika aku teringat dengan apa yang telah

terjadi kemarin, untuk pertama kalinya aku saling tegur sapa dengannya sejak setelah kejadian di ruang makan, dia bernama Ali.

...****************...

Footnot :

1 Kompor Tunggu "Tomang" orang Madura menyebutnya.

Episodes
1 Kota Karang
2 Dia
3 Desa Mnela'anen
4 Fatimah Pingsan
5 Suka Pakai Tapi
6 Keputusan Bulat
7 Keputusan Bulat 2
8 Desa Bileon, Fautmolo
9 Perjodohan
10 Pengakuan Fatimah
11 Kekecewaan Fatimah
12 Hal Bersejarah
13 Pemeran dalam Cinta Beda Provinsi
14 Fahri dan Giga
15 Fahri dan Giga 2
16 Kenangan terbawa di Surabaya
17 Fatimah Az-Zahra
18 Kemarahan Zidni
19 Setan Berwujud Manusia
20 Setan Berwujud Manusia 2
21 Berjuta Aksi Setan
22 Setan Masih Beraksi
23 Saat Semuanya Tak ada yang percaya
24 Teror Setan
25 Allah Tidak Tidur
26 Cinta Tanpa Tapi
27 Cinta Tanpa Tapi 2
28 Nama Hubungan ini
29 Harap-harap Cemas
30 Semerbak Hawa Sejuk
31 Ali dan Fatimah
32 Hanya Waktu
33 Saling Memperbaiki Diri
34 Tak Ada Lagi Penghinaan
35 Penolakan
36 Perjodohan
37 Ali Pasti Tahu
38 Awal Mula Dijodohkan
39 Terungkapnya Kebenaran
40 Langit Pun Mengamini
41 Epilog & Tentang Penulis
42 Cinta Beda Provinsi 2
43 Ingin Bertemu
44 Perbandingan Sejak Disini
45 Kabar Buruk
46 Pencapaian Mas Zidni
47 Hati Fatimah
48 Perasaan Fatimah
49 Perasaan Ali
50 Blokir Sementara
51 Hanya Mbak'e
52 Kerinduan Ali
53 13 Hari lagi
54 Teringat Ali
55 Panik
56 Terjebak Emosi
57 Kelegaan Mbak'e
58 Hanya Allah Yang Tahu
59 Fitnah Zidni
60 Berhenti Mengkhawatirkan
61 Awal LDR
62 Pembagian Dospem
63 Ali Gegana
64 Curhat dong Mbak'e
65 Panggilan Tak Terjawab
66 Hanya Bayangan
67 Besok Banget
68 Tanggapan Fatimah
69 Hanya Mimpi
70 Curhatan Fatimah
71 Janji Palsu
72 Pertengkaran
73 Kehidupan Kiki
74 Pilih Aku Atau Istrimu
75 Ketidak Tegasan
76 Pemeran Cinta Beda Provinsi 2
77 Mbak Kiki
78 Penderitaan Mbak Kiki
79 Tebar Pesona
80 Suami Juga Tebar Pesona
81 3 Target
82 Hanya Karena Target ke 3
83 Kemarahan Fatimah
84 Merayu Fatimah
85 Bimbingan Skripsi
86 Nostalgia Dulu
87 Perbaikan Hari Pertama
88 Perbaikan Hari Kedua
89 Cukup Sudah
90 Ikuti Saja Alurnya
91 Hampir Saja
92 Kesabaran Fatimah dan Ali
93 Pernah Putus
94 Hanya Fatimah
95 Seasons 2 Tamat
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Kota Karang
2
Dia
3
Desa Mnela'anen
4
Fatimah Pingsan
5
Suka Pakai Tapi
6
Keputusan Bulat
7
Keputusan Bulat 2
8
Desa Bileon, Fautmolo
9
Perjodohan
10
Pengakuan Fatimah
11
Kekecewaan Fatimah
12
Hal Bersejarah
13
Pemeran dalam Cinta Beda Provinsi
14
Fahri dan Giga
15
Fahri dan Giga 2
16
Kenangan terbawa di Surabaya
17
Fatimah Az-Zahra
18
Kemarahan Zidni
19
Setan Berwujud Manusia
20
Setan Berwujud Manusia 2
21
Berjuta Aksi Setan
22
Setan Masih Beraksi
23
Saat Semuanya Tak ada yang percaya
24
Teror Setan
25
Allah Tidak Tidur
26
Cinta Tanpa Tapi
27
Cinta Tanpa Tapi 2
28
Nama Hubungan ini
29
Harap-harap Cemas
30
Semerbak Hawa Sejuk
31
Ali dan Fatimah
32
Hanya Waktu
33
Saling Memperbaiki Diri
34
Tak Ada Lagi Penghinaan
35
Penolakan
36
Perjodohan
37
Ali Pasti Tahu
38
Awal Mula Dijodohkan
39
Terungkapnya Kebenaran
40
Langit Pun Mengamini
41
Epilog & Tentang Penulis
42
Cinta Beda Provinsi 2
43
Ingin Bertemu
44
Perbandingan Sejak Disini
45
Kabar Buruk
46
Pencapaian Mas Zidni
47
Hati Fatimah
48
Perasaan Fatimah
49
Perasaan Ali
50
Blokir Sementara
51
Hanya Mbak'e
52
Kerinduan Ali
53
13 Hari lagi
54
Teringat Ali
55
Panik
56
Terjebak Emosi
57
Kelegaan Mbak'e
58
Hanya Allah Yang Tahu
59
Fitnah Zidni
60
Berhenti Mengkhawatirkan
61
Awal LDR
62
Pembagian Dospem
63
Ali Gegana
64
Curhat dong Mbak'e
65
Panggilan Tak Terjawab
66
Hanya Bayangan
67
Besok Banget
68
Tanggapan Fatimah
69
Hanya Mimpi
70
Curhatan Fatimah
71
Janji Palsu
72
Pertengkaran
73
Kehidupan Kiki
74
Pilih Aku Atau Istrimu
75
Ketidak Tegasan
76
Pemeran Cinta Beda Provinsi 2
77
Mbak Kiki
78
Penderitaan Mbak Kiki
79
Tebar Pesona
80
Suami Juga Tebar Pesona
81
3 Target
82
Hanya Karena Target ke 3
83
Kemarahan Fatimah
84
Merayu Fatimah
85
Bimbingan Skripsi
86
Nostalgia Dulu
87
Perbaikan Hari Pertama
88
Perbaikan Hari Kedua
89
Cukup Sudah
90
Ikuti Saja Alurnya
91
Hampir Saja
92
Kesabaran Fatimah dan Ali
93
Pernah Putus
94
Hanya Fatimah
95
Seasons 2 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!