“Iya di depan saja ayo.” Ucapnya, kemudian
kita pun berfoto-foto.
Seketika aku teringat dengan apa yang telah
terjadi kemarin, untuk pertama kalinya aku saling tegur sapa dengannya sejak setelah kejadian di ruang makan, dia bernama Ali.
“Coba makan dengan tangan kanan, Ali!” saat
itu aku menegurnya karena makan menggunakan tangan kiri, aku tahu orang yang selalu menggunakan tangan kiri itu memang kidal.
Tapi setidaknya kalau makan tetap membiasakan dengan tangan kanan. Dari sinilah awal percakapan aku dengan Ali, aku belum pernah berkenalan sekali pun dengannya, tapi aku telah mengetahui siapa namanya, karena orang-orang sering menyebut namanya. Wajar, dialah putra daerah Kecamatan Amanuban Timur.
Ali menoleh dan berkata, “Bisa... tapi suapin.”
Sedangkan aku, yang tidak terpengaruh
dengan sebuah rayuan gombal pun langsung
menjawab. “Ayo. Pokoknya kamu pake tangan
kanan.”
Terlihat olehku seketika dia melingkarkan
kedua bola matanya girang, “Ayo,” dan tak ku sangka dia berdiri dari duduknya, dimana awalnya dia duduk makan di dekat kak Yani, dia beranjak pindah tepat di sebelahku.
Dia membuka mulutnya di dekatku, “Aaaa...”
“Ih, tidaklah!” pekikku seketika. Semua seisi
ruangan pun tertawa melihat tingkah Ali dan aku yang seketika merasa ilfil.
“Yasudah.” Ucap Ali melanjutkan makannya
menggunakan tangan kiri.
“Tangan kanan to. Biasakan pake tangan kanan.” Ucapku tegas padanya.
Sejenak dia menatapku sehingga kedua
tatapan kita bertemu. Akhirnya dia pun menuruti diriku. Dan semuanya kembali tertawa.
Aku untuk pertama kalinya berhasil membuat seorang Ali makan menggunakan tangan kanan. Dan setelah makan malam itu, aku tidak lagi kaku dengan Ali mulai saling tegur sapa. Meskipun aku masih sedikit canggung, karena kebiasaan Ali setiap perkataannya penuh dengan gombalan.
Kami pun berfoto-foto, kadang aku berpose
sendirian, kadang dia yang berpose sendirian, dan juga tak luput untuk berfoto bersama dengannya.
Femi tak lama menyusul kita berdua, dan turut serta berfoto ria di depan halaman rumah Bapak Kepdes sembari menunggu yang lain bersiap, tepatnya di jalan raya yang sepi dan sangat indah untuk berfotofoto.
...****************...
Siang harinya, tepat setelah panas matahari
berada sejajar dengan kepala, di saat panaspanasnya, dimana semua anggota kkn Kecamatan Amanuban Timur yang tadinya dikumpulkan di kantor kecamatan, kini telah usai.
Semua anggota kkn desa Mnela’anen pun mulai berpencar kembali masingmasing ke pengungsian tepatnya di rumah Bapak Kepdes.
Siang itu terjadilah sejarah bagiku, dimana
untuk pertama kalinya aku mendapatkan perhatian penuh dari tiga mahasiswa berjas hijau muda. Ali, kak Yani dan Nayla. Kita balik ke rumah Bapak Kepdes berlima, dengan Hasan dan Femi juga.
Karena kita adalah kelompok masak masih di hari ini, kecuali Hasan. Namun dia ikuti kita saat pulang menuju pengungsian.
Aku berjalan lelah, lemas, untuk pertama
kalinya dari desa Oeekam menuju desa Mnela’anen, membuat semuanya yang kini pulang bersamaku pun menghawatirkanku jelas karena aku bukanlah orang asli NTT.
Dan Ali lah yang menggandengku saat itu,
menyusuri jalan naik turun gunung meski jalanan sudah beraspal, tetapi tetap saja sangat melelahkan bagi siapapun yang menempuh berjalan kaki dari desa satu ke desa yang lainnya.
Sifat manjaku dari sini mulai terlihat, dan kak Yani tampaknya memperhatikan itu. Aku menyadari saat dipertengahan jalan dia bantu aku pulang tidak dengan jalan kaki, kebetulan saat itu Bapak Kepdes dengan bendaharanya, lewat bermotor dihadapan kita, kak Yani menghentikan beliau berdua.
Dan aku dinebengkan ke Bapak bendahara kantor desa, sedangkan Bapak Kepdes membonceng Nayla.
Terlebih saat kejadian di dapur, siang itu
hendak memasak untuk makan siang. Karena pasti semua teman-teman lapar seusai dari kantor camat. Dan kak Yani membuatku menjadi peracik bumbu di masakan siang itu, dan hal itu membuatku sangat senang.
“Masak apa sekarang kak?” tanyaku pada kak
Yani, karena dia adalah tertua disini. Dia adalah
seorang kakak senior, namun sempat cuti sehingga ikut semester juniornya. Sedangkan Nayla tersenyum melihat kita.
“Terserah Mbak... ini hari untuk Mbak, jadi
sekarang terserah Mbak, kan tadi pagi sudah Femi yang menentukan menunya. Sekarang Mbak sa...” ucapnya, dengan penuh kebijakan.
Aku pun hari itu memasak dengan penuh
antusias meskipun aku tidak bisa memasak, tapi aku bisa meracik bumbunya, aku juga bisa mengatur mana yang lebih dulu untuk dimasak mana yang lebih dulu dimasukkan ke penggorengan.
Aku hanya tidak berani saat di kompornya saja, rasa trauma dulu terciprati minyak panas masih belum hilang.
Aku memasak tahu tempe gesseng¹ semua
bumbu aku masukkan, garam sesuai seleraku. Intinya siang itu masakan Jawa banget. Berbeda dengan masakan Timor, dimana masakannya bagiku terasa hambar.
Apalagi disini bila memasak bubur, sangat tidak ada rasanya bagiku. akhirnya siang itu seolah
menjadi pembalasan untukku. Ku masukkan semua bumbu menambah rasa sedap dalam masakannya.
Semua teman-teman pun suka dengan racikan ku. Terlebih Mama Kepdes, yang untuk pertama kalinya merasakan masakan Jawa. Dan seluruh anggota keluarga Bapak Kepdes menyukai racikan masakanku.
Kejadian ini sangat aku kenang dan tidak akan
pernah bisa ku lupakan. Dan semua kejadian di
tanggal 2 Agustus 2019 ini. masih ada satu lagi kisah yang terlewat.
...****************...
Footnot :
1 Sebutan oleh orang Surabaya bila memasak tahu dan tempe di bumbui berwarna kuning, karena menggunakan kunyit di dalamnya.
Sampai sini semakin menarik tidak kisah Cinta Beda Provinsi menurut kalian para pembaca setia author???
Penasaran ya seperti apa wajah-wajah para pemeran Cinta Beda Provinsi?
Mulai dari sebelah kiri ya.
1.Kak Yani
Nayla
Belakangnya Nayla adalah Fatimah
Sampingnya Fatimah Ali
Sampingnya Ali adalah Femi
yang pegang kamera adalah Hasan
Foto diambil ketika perjalanan dari Desa Oeekam menuju Desa Mnela'anen hingga akhirnya Fatimah di nebengkan naik motor. foto diambil setelah belanja keperluan memasak untuk siang harinya.
Perlu diketahui para pembaca setiaku. ini semua adalah kisah nyata ya. so, happy reading 🥰🥰🥰
jangan lupa vote Cinta Beda Provinsi ya. dan jangan lupa di follow....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Dea Relita
'MUZACHA' hadir membawa like
selalu semangat
di tunggu feedback untuk saling mendukung
2021-02-23
1