Episode 5. Gedung Solbeck

Mereka semua berkumpul menjadi satu disebuah ruangan, penerangan yang mereka gunakan cukup minim agar tidak mengundang perhatian para Ragen yang mulai keluar dari sarang. Pandangan mata mereka semua tertuju pada salah seorang gadis yang baru saja jumpai siang tadi.

Belum banyak yang mereka bicarakan sejak bertemu dengan gadis itu, Selena. Setelah membantai Ragen yang terjebak disalah satu ruangan, Selena memilih berkeliling di dalam gedung memastikan tidak ada satu pun Ragen yang tersisa atau celah yang bisa digunakan untuk jalan masuk para Ragen. Hanya Matthew yang

sejak tadi setia menemani kemana pun Selena melangkah.

“Apa semuanya telah aman?” Tanya Sania memecah kesunyian, pandangannya mengarah pada Selena.

“Semuanya telah aman, sebaiknya kalian membiasakan diri memeriksa semua tempat yang akan dijadikan tempat perlindungan. Pastikan tidak ada satu pun Ragen yang tersisa,” ujar Selena.

“Kenapa?” Tanya Matthew.

Selena menoleh pada pria  di sampingnya, “karena mereka jauh lebih kuat saat malam hari dan beberapa di antara mereka memiliki ingatan yang tajam,”

“Dari mana kau tahu?” sahut Tony.

“Aku mengamati tingkah laku mereka beberapa hari ini. Jadi apa kalian punya tujuan?” kata Selena

mengalihkan topik.

“Kami berencana ke perbatasan, mengungsi ke Ruwanda,” jawab Ignis.

“Kalian tidak akan menemukan Ruwanda lagi,” decak Selena, “Negara itu telah hancur terlebih dahulu.”

“Apa kau serius?” Tanya Sania terkejut.

“Negara itu telah terlebih dahulu terserang wabah, hanya sedikit yang bertahan dalam camp penampungan,” terang Selena.

“Jadi ke mana kita akan pergi sekarang?” Tanya Jimmy mengedarkan pandangannya pada teman-temannya.

Semuanya terdiam membisu hanyut dalam pikiran masing-masing. Selena mengawasi mereka satu persatu, ia bisa melihat para pria dihadapan mereka memiliki kemampuan baik dalam bertempur kecuali Austin yang sempat membuatnya kerepotan sedangkan Matthew, ia masih sedikit kesulitan menebak. Kemudian pandangannya jatuh pada seorang pria yang

sejak tadi hanya diam, pria yang tadi siang menebas Ragen yang hampir menerkamnya. Leo, pria itu terlihat dingin mengingatkan Selena pada seorang penguasa disebuah tempat.

“Eghem… apa kau memiliki tempat tujuan Selena?” Tanya Matthew membuyarkan lamunan Selena.

“Ya, aku akan ke sebuah tempat setelah menyelesaikan pekerjaanku,” jawab Selena.

“Kau masih bekerja dalam kekacauan ini?” Tanya Austin tidak percaya.

“Aku tidak punya pilihan,” jawab Selena singkat.

“Memangnya apa pekerjaanmu?” Tanya Ignis yang sudah penasaran sejak tadi.

“Porter” sahut Selena.

“Porter?” sela Sania memandangi Selena.

“Porter khusus. Aku biasa mengantar barang ketempat-tempat yang sulit dijangkau,” terang Selena.

“Maksudmu…” kata Sania bingung.

“Medan perang, hutan, pulau terpencil. Semacam itu,” lanjut Selena.

“Kau seorang gadis dan melakukan itu semua?” kata Jimmy membelalakkan matanya takjub.

“Aku rasa begitu” jawab Selena santai.

“Jadi itulah kenapa kau memiliki peralatan seperti itu.” Ignis menunjuk barang-barang yang digunakan Selena.

“Hanya peralatan standar,” kata Selena acuh, “apa ada di antara kalian yang bisa meretas jaringan satelit militer?” lanjutnya.

“Aku ahli IT tapi belum pernah meretas jaringan militer,” sahut Tony.

“Cobalah, kita akan mendapat banyak informasi dari sana,” pinta Selena.

“Kita akan mendapat masalah,” keluh Tony.

“Militer sedang sibuk dengan para Ragen mereka tidak akan peduli dengan kejahatan kecil seperti itu,” hibur Selena.

Setelah melakukan perundingan yang panjang dengan teman-temannya yang lain akhirnya Tony setuju untuk mencoba meretas satelit militer, Selena mungkin saja bisa melakukannya. Namun ia tidak ingin teman-teman barunya mengetahui identitas aslinya terutama Matthew target

utamanya. Ia ingin memprioritaskan keselamatan pria itu selama dalam perjalanan menuju markasnya. Dan sekarang Selena harus melakukan manipulasi kecil untuk

mengurangi kecurigaan teman-teman Matthew yang lainnya, setidaknya ia tidak lagi kehilangan jejak Matthew itu sudah memperingan pekerjaannya.

Malam kian larut, Selena memutuskan untuk beristirahat disebuah ruangan tersendiri terpisah dari yang lainnya, ia memang tidak terbiasa dikelilingi banyak orang hal itu membuatnya

merasa tak nyaman. Dari temaram lampu portable yang dimilikinya Selena memeriksa luka bakar di telapak tangan kirinya, yang hingga kini tidak ada

perubahan sedikit pun. Rasa nyeri akibat luka itu ia abaikan. Materia yang dia gunakan hingga kosong waktu itu untuk memaksakan energy yang keluar berlebih, karena itulah tangannya menjadi cidera. Selena baru akan memakai sarung

tangannya kembali untuk menutupi lukanya, saat seseorang menangkap pergelangan tangannya membuat Selena terkejut. Di depannya ada Matthew yang sedang memperhatikan lukanya.

“Kapan kau terluka?” Tanya Matthew menatap tajam Selena tanpa melepas genggamannya.

“Beberapa hari yang lalu,” jawab Selena.

“Dan kau belum mengobatinya sama sekali?” Tanya Matthew tak percaya.

“Aku tak punya waktu,” elak Selena mencoba melepaskan tangannya.

“Aku akan mengobatinya,” kata Matthew meraih ransel yang dibawanya.

“Tak perlu,” sergah Selena.

“Aku seorang dokter,” ujar Matthew mengambil sebuah obat dari dalam ranselnya.

“Aku tahu,” kata Selena dengan nada protes.

Matthew tak menggubris lagi perkataan Selena, ia kembali menggenggam tangan gadis itu yang berusaha menolak untuk diobati. “Aku harus mengobatinya atau kau akan kehilangan tanganmu,” paksa Matthew dengan tatapan tajam menusuk.

Mendengar hal itu Selena berhenti berontak dan membiarkan Matthew memeriksa dan membersihkan lukanya sebelum mengobatinya. Diperhatikan Matthew yang tengah mengurusi tangannya, dari sekian banyak dokter kenapa Raines ingin ia membawa Matthew ke markasnya

itulah pertanyaan yang terus bersemayam di kepala Selena.

Setelah selesai membersihkan luka Selena yang bisa dibilang parah, Matthew mengambil salep untuk mengobati tangan Selena. Ia berhenti sejenak untuk memperhatikan Selena yang

mengawasinya, gadis itu tidak bergeming saat ia membersihkan lukanya dengan alcohol, tapi Matthew tahu salep ditangannya memiliki sensasi menyakitkan jika dioleskan pada luka terutama luka bakar separah milik Selena. Matthew tak yakin Selena bisa menahan rasa sakitnya nanti.

“Selena, obat ini cukup manjur hanya saja tahan sedikit rasa sakitnya. Okay,” pinta Matthew.

“Lakukan saja, kau kan tadi yang memaksa,” sahut Selena ketus.

Perlahan Matthew mulai mengoleskan salep itu diluka Selena, awalnya Selena hanya menggerakkan tangan yang sedang diobatinya dengan gelisah. Namun semakin lama gadis itu mulai mengerang. Reaksi obat itu terlalu cepat bahkan sebelum Matthew mengoles salep

itu keseluruh luka Selena. Erangan keras Selena membuat Matthew terkejut, ia buru-buru membekap mulut gadis itu agar tidak menimbulkan kegaduhan. Ia terpaksa menghentikan mengobati Selena karena kini ia harus menahan Selena agar tidak berteriak.

Ignis yang tengah berjaga mendengar teriakan Selena, segera ia menghampiri tempat di mana ia melihat Selena beristirahat. Di ruangan itu Ignis menemukan Matthew yang tengah menindih dan membekap mulut Selena dengan wajah panik.

“Apa yang kau lakukan Matt?!” bentak Ignis.

Matthew menoleh ke arah Ignis dengan wajah lega, “aku sedang mengobati tangan Selena,” jawabnya susah payah.

Ignis menatapnya penuh selidik karena Matthew tidak menunjukkan dalam posisi sedang mengobati tangan Selena. Merasakan bekapan Matthew yang sedikit mengedur Selena berusaha melepaskan diri.

“Dia mencoba membunuhku,” erang Selena yang kemudian terpotong tangan Matthew yang kembali membekapnya.

“Matt?!” bentak Ignis mendengar pengakuan Selena, ia sudah hampir meraih tubuh Matthew untuk menyingkirkannya dari atas tubuh Selena, ketika Matthew kembali berusaha menjelaskan semuanya.

“Tangan kiri Selena terluka parah, aku harus segera mengobatinya jika tidak ia akan kehilangan tangannya,” jelas Matthew.

Ignis mengurungkan diri menghajar Matthew dan beralih memeriksa tangan Selena dan menemukan luka bakar yang masih memerah.

“Selena kesakitan karena obat itu,” lanjut Matthew sambil terengah-engah menahan Selena yang masih memberontak. “Tolong bantu aku mengoleskan obat itu, aku belum selesai saat

Selena mulai kesakitan.”

Ignis memandangi Selena, Matthew dan salep yang kini ada di tangannya secara bergantian. Ia bisa melihat Selena menggeleng menolaknya dan hampir menangis saat ini. Ignis menjadi ragu

mengambil keputusan, ia merasa iba melihat Selena yang tengah kesakitan.

“Please, Ignis. Lakukan atau dia akan kehilangan tangannya,” pinta Matthew sekali lagi.

“Baiklah,” putus Ignis yang membuat Selena yang mendengarnya langsung berusaha memberontak sekuat tenaga.

Saat Ignis mengoles kembali salep itu, ia bisa merasakan tangan Selena menegang dan semakin lama gadis itu mengejang berusaha menahan sakit. Suara teriakannya terhambat oleh bekapan

Matthew, jika saja pria itu tidak menahannya Selena pasti telah mengundang banyak Ragen karena teriakannya.

“Apa kau yakin dia akan baik-baik saja?” Tanya Ignis setelah selesai mengoles.

“Ya, lukanya akan mengering besok.” Kata Matthew.

Sekali lagi Ignis menatap Selena yang kini telah beruraian air mata, ia tidak bisa membayangkan seberapa sakit yang dirasakan gadis itu hingga terlihat memucat.

“Tenanglah, aku akan menjaganya,” ucap Matthew saat Ignis melangkah keluar dengan ragu meninggalkan mereka berdua, ia benar-benar tidak tega melihat kondisi Selena. Tapi satu-satunya dokter di kelompok itu telah berjanji akan menjaganya.

Matthew menatap Selena yang masih berusaha meronta karena rasa sakit yang ditimbulkan obatnya. Ia pun menunduk untuk memperdekat jarak mereka dengan bisikan Matthew mencoba

menenangkan Selena. Perlahan gadis itu mulai tenang meski masih sesenggukan dan

erangan-erangan tertahan terdengar lirih. Hingga akhirnya Selena maupun Matthew lelah dan tertidur, Matthew merebahkan tubuhnya di samping Selena setelah gadis itu menutup matanya karena kelelahan berteriak.

*****

Matthew terbangun dari tidurnya karena mendengar igauan Selena yang tertidur di sampingnya. Lebih karena penasaran Matthew pun memeriksanya, gumaman-gumaman lirih meluncur dari bibir Selena. Saat Matthew hendak membangunkannya, Selena telah membuka matanya dan mendapati Matthew berada di dekatnya.

“Apa yang kau lakukan?” selidik Selena.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Matthew balik, tangannya hendak memeriksa kening Selena namun gadis itu menepisnya sebelum berhasil menyentuhnya.

“Ya,” jawab Selena singkat, ia bangkit meraih tasnya untuk mengambil air minum. Tenggorokannya terasa kering, suaranya pun masih serak berkat semalaman berusaha berteriak.

“Kau bermimpi buruk kan.” Itu pernyataan bukan pertanyaan yang keluar dari mulut Matthew.

“Apa aku harus menceritakannya padamu?” Tanya Selena ketus, sekarang dia benar-benar menyesal tidak membunuh Matthew waktu itu. Pria itu telah membuatnya kesakitan semalam dan

terus-terusan menempel padanya seakan mereka telah berteman sejak lama.

Matthew hanya bisa mendengus mendengar pertanyaan Selena, pandangannya beralih pada tangan kiri Selena dan meraihnya tanpa permisi. “Tanganmu sudah mulai membaik, lukanya telah mengering,” katanya sambil memeriksa.

Selena memandangi tangannya, benar apa kata Matthew lukanya sebagian besar telah kering.

“Apa kau ingin aku mengolesinya lagi?” Tanya Matthew.

Selena tampak ragu mengingat rasa sakit yang dirasakannya semalam.

“Mungkin tidak akan sesakit semalam,” lanjut Matthew.

“Baiklah,” putus Selena.

Perlahan Matthew kembali mengoles salepnya pada luka Selena. Memang rasanya tidak semenyakitkan semalam dan kali ini Selena mampu menahannya tanpa harus berteriak-teriak.

“Bagaimana kau bisa terluka?” Tanya Matthew ditengah aktivitasnya mengobati Selena.

“Kecelakaan kecil,” jawab Selena.

“Kau seperti habis menggenggam bara api Selena,” kata Matthew.

“Apa semua dokter selalu sok tahu?” sindir Selena membuat Matthew tertawa mendengarnya.

Matthew menatap Selena yang terlihat cemberut, dia pernah bertemu gadis itu sebelumnya meski dia tidak yakin apakah Selena mengingatnya. Mereka bertemu saat Matthew masih bekerja

disebuah laboratorium dan Selena beberapa kali meminta pertolongannya untuk mengetes sampel darah. Dan sejak saat itu dia tidak pernah melupakan wajah Selena yang mengingatkannya pada seorang gadis dimasa sekolahnya dulu.

*****

Matahari pun secara perlahan menampakkan diri di garis cakrawala timur. Cuaca sangat cerah, tak ada awan yang bergelayut di langit. Berkas keemasan matahari perlahan membanjiri gedung

Solbeck tempat mereka bernaung saat ini. Gedung megah yang dulunya adalah gedung perpustakaan kini terlihat kusam. Terdapat banyak noda disana sini tak terkecuali daun-daun dan sampah yang berserakan di sekitarnya. Tragedy ini telah mengambil keindahan seluruh tempat di dunia ini.

Sedikit demi sedikit cahaya terang mengisi kegelapan didalam gedung. Sedangkan diluar gedung para Ragen satu persatu beranjak menuju lorong-lorong dan gedung-gedung terbengkalai untuk menghindari cahaya matahari.

Ignis dan teman-temannya mulai berkemas. Perjalanan mereka kali ini harus ditempuh dengan berjalan kaki setelah mereka kehilangan satu-satunya mobil yang selama ini digunakan. Satu persatu mereka berkumpul didekat Ignis untuk bersiap keluar dari gedung itu. Hanya

tinggal Matthew dan Selena yang belum menampakkan diri di sana. Setelah beberapa

saat menunggu, Ignis meminta Leo untuk melihat keadaan mereka.

Dengan menggerutu Leo berjalan menuju sebuah ruangan yang digunakan Matthew dan Selena berada semalam, berharap tidak menemukan pemandangan yang tidak diinginkan dari kedua orang itu. Leo sempat menyelamatkan Selena kemarin namun hingga sekarang mereka tidak

saling berbicara sedangkan Matthew, pria itu kelewat baik tapi ia sering terkena

kejahilannya dan sering membuatnya kesal.

Sejak terbangun akibat mimpi buruk, Selena tidak melanjutkan tidurnya kembali. Ia memilih melihat-lihat keadaan di luar gedung dibalik jendela kaca, disampingnya Matthew ikut

memperhatikan suasana diluar. Sesekali terdengar percakapan antara mereka,

Selena sempat terkejut saat Matthew mengatakan mereka pernah bertemu. Ia mengira Matthew mengingat kejadian malam itu tapi ia bersyukur saat Matthew menjelaskan waktu pertemuan mereka dulu. Itu masa di mana Selena tengah

menyelidiki Matthew dan menggunakan sampel darah sebagai pengalihan.

Selena telah berkemas, tak banyak barang yang dibawanya selain senjata dan beberapa materia yang tersimpan rapi di dalam ranselnya. Ia baru akan memakai sarung tangannya untuk menutupi

luka bakarnya saat lagi-lagi Matthew menangkap tangannya mencegah untuk memakai sarung tangan.

“Aku harus memakainya” protes Selena.

“Baiklah, tapi tunggu sebentar,” kata Matthew mengalah setelah perdebatan panjang dengan gadis keras kepala itu. “Setidaknya biarkan aku membalutnya terlebih dahulu dengan perban agar lukau tidak infeksi,” lanjut pria itu.

Dengan kesal Selena membiarkan Matthew membalut lukanya tepat saat Leo memasuki ruang tersebut dan membuatnya secara spontan menoleh pada pria yang kini berdiri diambang pintu tengah memperhatikan mereka.

“Apa kalian sudah siap, Ignis sudah menunggu,” Tanya Leo.

“Tunggu sebentar, aku sedang membalut tangan Selena,” jawab Matthew tanpa menoleh.

“Baiklah, cepatlah berkumpul. Kita akan segera berangkat,” kata Leo yang kemudian pergi meninggalkan mereka setelah sempat memperhatikan tangan Selena yang tengah dibalut Matthew.

Matthew segera menuntaskan pekerjaannya membalut tangan Selena setelah itu ia mengajaknya berkumpul dengan yang lain. Selena yang mengikuti Matthew dibelakangnya berjalan sambil mengenakan kembali sarung tangannya, ia tak ingin orang lain melihat luka itu terlebih pertanyaan orang-orang yang melihatnya. Mereka pun berkumpul menjadi satu untuk merencanakan perjalanan selanjutnya.

“Seperti yang disarankan Selena semalam, Tony berhasil meretas satelit milik militer. Dan hasilnya kita mendapat informasi ada kota yang masih bertahan dan dijadikan pusat penampungan

sementara. Aku berencana sebaiknya kita menuju ke sana,” kata Ignis membuka suara.

“Kota mana?” Tanya Jimmy singkat.

“Solarcity, masih ada yang bertahan di sana dibantu dengan Army,” jawab Ignis, “jadi bagaimana menurut kalian?”

Sesaat keheningan menyelimuti mereka, Selena memeriksa map citynya melalui cellphone. Kota itu searah dengan tujuannya tentu dia tidak keberatan untuk ikut.

“Sepertinya aku bisa mengikuti kalian sampai di Solarcity sebelum melanjutkan ke kota Moonlight,” jawab Selena sambil tersenyum.

“Bukankah itu hanya kota kecil?” Tanya Matthew terheran mendengar jawaban Selena.

“Dan jauh,” timpal Austin.

“Aku ingin memastikan seseorang di sana baik-baik saja.” Jawab Selena.

“Apa kau yakin Selena. Mungkin saja mereka sudah tidak ada di sana?” Tanya Ignis lagi.

“Iya,” jawab Selena mantab.

“Jadi bagaimana dengan kalian?” Tanya Ignis sekali lagi pandangannya menyapu teman-temannya.

“Kita pergi,” jawab Leo disusul anggukkan yang lain.

“Oke, kalau begitu kita segera berangkat,” perintah Ignis.

Hari masih pagi namun matahari sudah bersinar dengan teriknya. Mereka bersyukur cuaca panas seperti ini akan menghalangi para Ragen untuk berkeliaran dijalan-jalan. Dengan langkah

hati-hati mereka menyusuri jalanan kota itu. Mereka sengaja menghindari gang-gang yang tersebar diantara celah-celah gedung bertingkat.

Hampir berjam-jam perjalanan menyusuri kota itu tanpa hambatan pertemuan dengan Ragen

hingga akhirnya cuaca sedikit berubah. Mendung tampak menaungi sebagian kota dan terdengar petir menyambar bersahutan di langit.

“Aku tidak suka ini,” keluh Sania cemas melihat keadaan di sekelilingnya.

“Tenanglah Sania, aku akan melindungimu,” kata Tony menenangkan saudarinya itu.

Akhirnya perlahan-lahan rintik air hujan turun membasahi bumi ini. Mereka semakin cemas bila keadaan seperti ini tak menutup kemungkinan para Ragen akan kembali berkeliaran dan akan

sedikit lebih agresif dari biasanya.

“Sebaiknya kita cepat mencari tempat berlindung, aku mempunyai firasat buruk,” ujar Ignis pada

teman-temannya.

Belum sampai waktu lama, sayup-sayup terdengar geraman para Ragen yang bermunculan dari tempa-tempat gelap. Ignis yang menyadari hal itu segera memerintahkan teman-temannya untuk segera berlari dan berhati-hati agar tidak mengundang para Ragen untuk mengejar

mereka. Namun tanpa sengaja Jimmy menyenggol tong sampah yang berada di pinggir

jalan hingga menimbulkan suara gaduh. Para Ragen yang terusik dengan kegaduhan

itu pun segera berlarian mengejar mereka.

“Cepat lari!”seru Ignis kepada kawan-kawannya.

Dengan cepat mereka berlari menghindari kejaran para Ragen yang semakin banyak berkumpul dan berlarian mengejar mereka.

“Ignis di depan” teriak Leo melihat sebuah jalan layang yang sebagian telah runtuh.

Dengan sigap Ignis segera mengkonfir yang lain untuk segera mencapai jalan itu. Satu persatu mereka berusaha naik ke atas jalan tersebut. Tanpa disadari Selena menjatuhkan

cellphonenya, tanpa memperdulikan para Ragen yang semakin dekat, dia berbalik dan mengambil kembali cellphonenya yang jatuh dan rusak. Leo yang sudah berada di atas jalan dan melihat Selena menjadi incaran seekor Ragen segera meloncat turun dan menebas Ragen itu dengan cepat. Selena yang sebenarnya telah siap

menghadapi Ragen yang menghampirinya menjadi terkejut melihat Leo telah dahulu

menebas kepala Ragen itu. Tak menunggu lama desingan peluru ikut menyertai keadaan itu.

“Cepat naik,” teriak Matthew di tengah-tengah kesibukannya menembaki Ragen yang mendekati Leo dan Selena.

Dengan sigap Selena naik diikuti oleh Leo.

“Apa kau sudah gila!!! Berbalik hanya demi sebuah cellphone,” bentak Leo naik pitam melihat kecerobohan Selena.

“Aku tidak butuh bantuanmu,” kata Selena tak kalah sengit dan berbalik meninggalkan Leo yang sudah bersiap-siap untuk memakinya lagi.

Melihat reaksi Selena, Leo semakin murka dan akan mengejarnya andai Ignis tidak memegang pundaknya untuk melerai.

“Hai sudahlah,” lerai Ignis.

Leo hanya bisa mendengus kesal. Dilihatnya Selena yang berjalan duluan disusul oleh Matthew. Hatinya sungguh panas melihat hal itu, dia sudah khawatir setengah mati saat melihat Selena

hampir diterkam seekor Ragen dan yang didapat hanya sikap acuh Selena bahkan dia tidak mendapat ucapan terima kasih dari gadis itu.

Hujan masih mengguyur bumi, beruntung para Ragen itu tidak dapat menaiki jalan layang ini sehingga Leo dan kawan-kawannya bisa bernafas lega. Leo berjalan paling belakang dengan wajah

masih kesal, disampingnya ada Ignis yang sesekali menghibur sahabatnya itu. Sedangkan teman-temannya telah berjalan duluan. Tony berjalan bersama Sania sedangkan Jimmy terlihat bercanda dengan Austin.

“Di mana Matthew dan Selena?” Tanya Ignis menghampiri teman-temannya yang berhenti berjalan.

“Mereka menemukan sebuah mobil dan sekarang sedang mengeceknya. Kita disuruh menunggu di sini menunggu aba-aba dari mereka,” jawab Tony santai.

“Memangnya di mana mobilnya?” Tanya Ignis sambil mengedarkan pandangan.

“Itu di bawah,” jawab Jimmy sambil menjulurkan kepalanya.

Ignis segera melongokkan kepala ke bawah. Terlihat di sana Matthew sedang memeriksa mesin mobil sedangkan Selena mengawasi keadaan sekitar. Leo yang juga penasaran hanya melirik ke bawah, dia terlihat masih geram dengan Selena. Sesaat kemudian terdengar siulan panjang

dari Matthew, segera Leo dan kawan-kawannya turun dengan hati-hati.

“Kita beruntung bisa mendapatkan mobil hanya sedikit kerusakan,” lapor Matthew pada yang lain.

“Oke, itu lebih baik dari pada kita harus berjalan kaki,” kata Ignis. “Biar aku yang menyetir, Tony tunjukkan jalannya,” lanjut Ignis.

Tony pun masuk di samping pengemudi sedangkan yang lain masuk dibelakang. Selena tidak sengaja yang terakhir masuk dan mendapat duduk di samping Leo.

“Huh…yang benar saja?!” gerutu Leo melirik Selena.

Selena yang mendengar gerutuan Leo diam saja, segera dia menutup pintu mobil dengan keras tanda dia pun tak nyaman dengan hal itu. Sepanjang perjalanan suasana begitu hening, hanya sesekali Tony memberi arahan jalan pada Ignis. Hujan masih berlanjut sampai

kelompok itu berhenti disebuah rumah untuk bermalam karena senja telah tiba.

Terpopuler

Comments

rasahaz

rasahaz

bca ny ja udh dag Dig dug der,,,, Kya lg nonton film ja,,, 😬😬👍👍👍👍👍

2020-12-23

3

Rendra S.A

Rendra S.A

thor, kayanya cm saya nih yg baca. lama sekali jeda up nya thor.

2020-05-06

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Chaos
2 Episode 2. New Friend
3 Episode 3. Another Time Another Place
4 Episode 4. When they meet
5 Episode 5. Gedung Solbeck
6 Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7 Episode 7. STUCK WITH YOU
8 Episode 8. Time To Go
9 Episode 9. Tragedy
10 Episode 10. SOUND OF DEAD
11 Episode 11. CRISIS CORE
12 Episode 12. WELCOME BACK
13 Episode 13. We Start the Journey Again
14 Episode 14. Lost
15 Episode 15. Coastal
16 Episode 16. COME BACK HOME
17 Episode 17. Soul Like Me
18 Episode 18. The Deal
19 Episode 19. The Truth
20 Episode 20. Jealous
21 Episode 21. I'm Sorry
22 Episode 22. You and I
23 Episode 23. Solar City
24 Episode 24. Is Not Good Bye
25 Episode 25. Fight
26 Episode 26. Assassins 1st Class
27 Episode 27. A STORY
28 Episode 28. I HATE SHRIMP
29 Episode 29. Night Club
30 Episode 30. Done All Wrong
31 Episode 31. The Reason
32 Episode 32. Golden Card
33 Episode 33. Spy Time
34 Episode 34. Vision
35 Episode 35. Evacuation
36 Episode 36. Escape
37 Episode 37. Monster Attack
38 Episode 38. The Darknest Side of Me
39 Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40 Episode 40. Terrible trip
41 Episode 41. Welcome To Moonlight
42 Episode 42. Pray
43 Episode 43. Why are They Here?
44 Episode 44. Impendence
45 Episode 45. Decision
46 Episode 46. JUNGLE
47 Episode 47. FORTRESS
48 Episode 48. DREAM
49 Episode 49. CRUSH
50 Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51 Episode 51. DEAD CITY
52 Episode 52. MEMORIES
53 Episode 53. I Hate You
54 Episode 54. Impatient Groom
55 Episode 55.Master Control Station (MCS)
56 Episode 56. Mask Man
57 Episode 57. Be A Guardian
58 Episode 58. Cloud
59 Episode 59. Leo’s Anger
60 Episode 60. Forgotten City
61 Episode 61. Friend?
62 Episode 62. Solar City Memories
63 Episode 63. Behind The Mask
64 Episode 64. Betrayer
65 Episode 65. The Stranger
66 Episode 66. Disappear
67 Episode 67. There’s No Cure
68 Episode 68. I’ll be fine
69 Episode 69. Find Hope
70 Episode 70. Make a Deal
71 Episode 71. The War Begins
72 Episode 72. This is the end
73 Episode 73. Good bye
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Episode 1. Chaos
2
Episode 2. New Friend
3
Episode 3. Another Time Another Place
4
Episode 4. When they meet
5
Episode 5. Gedung Solbeck
6
Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7
Episode 7. STUCK WITH YOU
8
Episode 8. Time To Go
9
Episode 9. Tragedy
10
Episode 10. SOUND OF DEAD
11
Episode 11. CRISIS CORE
12
Episode 12. WELCOME BACK
13
Episode 13. We Start the Journey Again
14
Episode 14. Lost
15
Episode 15. Coastal
16
Episode 16. COME BACK HOME
17
Episode 17. Soul Like Me
18
Episode 18. The Deal
19
Episode 19. The Truth
20
Episode 20. Jealous
21
Episode 21. I'm Sorry
22
Episode 22. You and I
23
Episode 23. Solar City
24
Episode 24. Is Not Good Bye
25
Episode 25. Fight
26
Episode 26. Assassins 1st Class
27
Episode 27. A STORY
28
Episode 28. I HATE SHRIMP
29
Episode 29. Night Club
30
Episode 30. Done All Wrong
31
Episode 31. The Reason
32
Episode 32. Golden Card
33
Episode 33. Spy Time
34
Episode 34. Vision
35
Episode 35. Evacuation
36
Episode 36. Escape
37
Episode 37. Monster Attack
38
Episode 38. The Darknest Side of Me
39
Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40
Episode 40. Terrible trip
41
Episode 41. Welcome To Moonlight
42
Episode 42. Pray
43
Episode 43. Why are They Here?
44
Episode 44. Impendence
45
Episode 45. Decision
46
Episode 46. JUNGLE
47
Episode 47. FORTRESS
48
Episode 48. DREAM
49
Episode 49. CRUSH
50
Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51
Episode 51. DEAD CITY
52
Episode 52. MEMORIES
53
Episode 53. I Hate You
54
Episode 54. Impatient Groom
55
Episode 55.Master Control Station (MCS)
56
Episode 56. Mask Man
57
Episode 57. Be A Guardian
58
Episode 58. Cloud
59
Episode 59. Leo’s Anger
60
Episode 60. Forgotten City
61
Episode 61. Friend?
62
Episode 62. Solar City Memories
63
Episode 63. Behind The Mask
64
Episode 64. Betrayer
65
Episode 65. The Stranger
66
Episode 66. Disappear
67
Episode 67. There’s No Cure
68
Episode 68. I’ll be fine
69
Episode 69. Find Hope
70
Episode 70. Make a Deal
71
Episode 71. The War Begins
72
Episode 72. This is the end
73
Episode 73. Good bye

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!