Episode 13. We Start the Journey Again

Pagi menjelang matahari bersinar cerah, Matthew sibuk merawat Selena. Dia yang menyuapi Selena makan pagi ini tak lupa memberikan beberapa obat untuknya. Matthew senang karena Selena pulih sangat cepat, sepertinya serum yang dia berikan bekerja dengan baik di dalam tubuh Selena. Setelah semua selesai Matthew minta izin pada Selena untuk tidur lagi. Sebenarnya ia tidak tidur semalaman karena Selena terlihat terus gelisah ia takut terjadi sesuatu padanya. Baru saat subuh ia bisa tidur nyenyak setelah Selena dirasa lebih tenang dalam pelukannya.

Sebelum tidur Matthew meminta Selena untuk membangunkannya jika dia merasakan sesuatu. Selena tersenyum mendapat perhatian Matthew yang terkadang sering berlebihan. Selena duduk di samping Matthew sambil membaca buku yang ia bawa dari museum Solbeck. Matthew memintanya untuk tetap di kamar selagi dia tidur, tapi rasa bosan menghampiri Selena. Dengan perlahan Selena berjalan berharap Matthew tidak bangun dan memergokinya yang berusaha keluar kamar. Dilihatnya pria itu tertidur pulas, dengan segera Selena keluar kamar. Rumah begitu sepi tak ada yang tinggal kecuali dia dan Matthew. Berjalan pelan Selena berkeliling rumah.

Rumah yang nyaman meski terlihat sederhana. Selena memberanikan diri menengok keluar rumah melalui pintu dapur, di sana terdapat teras kecil sebelum terhubung dengan lahan pertanian dibelakang rumah. Selena duduk bersandar pada salah satu anak tangga teras rumah. Pemandangan desa yang khas tersaji di depannya. Andai benih gandum yang terlihat mengering itu sempat tumbuh pastilah jauh lebih indah. Kicau burung yang hinggap di dahan-dahan kecil sesekali menemani Selena dalam kesendirian.

Pikiran Selena menerawang jauh, ia berharap bisa secepatnya menyerahkan Matthew pada Raines agar pria itu mendapatkan tempat yang aman. Dihelanya nafas panjang. Kembali ingatannya pada kenangannya dengan Sam. Selena dan Sam memang pasangan yang sangat beda di mana Sam jauh lebih kalem dari pada Selena yang lebih senang terlibat masalah dan menyukai tantangan namun tantangan terakhir membuatnya harus kehilangan Sam yang berusaha melindunginya. Melindungi.

Selena terbiasa melindungi orang lain tapi saat ia dilindungi ia harus membayar mahal karenanya. Dan sekarang Matthew yang telah menolongnya justru telah ia sakiti tanpa sengaja. Semilir angin menyibak rambut Selena memperlihatkan butiran bening yang mengalir dipipinya. Selena menangis menahan kepedihan hatinya.

***

Sejak pagi Leo terlihat murung. Ia sama sekali belum melihat Selena, ia sengaja menghindarinya sekarang dengan pergi bersama teman-temannya ia berharap bisa menghapus bayangan Selena dan Matthew. Teman-temannya yang sibuk memancing dan sesekali terlibat percekcokan mulut tak bisa mengalihkan ataupun meredakan gejolak di dada Leo. Dia bahkan tak menghiraukan celotehan teman-temannya yang mengajaknya bergurau. Leo beranjak meninggalkan pinggir sungai tempat memancing meninggalkan Tony dan Ignis yang memanggil-manggilnya untuk tetap berada di sana. Berjalan tanpa arah Leo sesekali menendang kerikil kecil yang berserakan di jalan.

Tanpa ia sadari langkahnya telah sampai di depan rumah. Dengan masam dipandanginya jendela yang berlonceng tempat Selena dan Matthew berada. Bayangan Matthew memeluk Selena kembali hinggap diingatannya. Frustrasi Leo melampiaskannya dengan menendang kerikil hingga kerikil itu terlempar jauh.

Walau enggan dia masuk kerumah, diletakkannya pedang yang selalu ia bawa di kursi ruang tengah. Hening dan sunyi di dalam rumah. Tak terdengar suara Matthew atau pun Selena. Pelan Leo melangkahkan kaki ke kamar Selena untuk sekedar melihat gadis itu. Debaran kencang terdengar di dada Leo saat ia membuka pintu kamar. Dilihatnya Matthew yang sedang tidur, dibukanya lebih lebar pintu kamar untuk mencari Selena, namun tak ditemuinya. Segera ia menutup kembali pintu kamar dan berjalan menyusuri setiap ruangan berharap dapat menemukan sosok yang ia cari.

Cemas ia rasakan mengetahui Selena tak ia temukan di dalam rumah. Saat melewati dapur Leo melihat pintunya terbuka, ia pun berjalan menuju teras belakang. Napas lega ia hembuskan ketika dia melihat Selena sedang duduk sendirian di sana. Dihampirinya Selena yang tak mengetahui kehadirannya.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” sapa Leo membuat Selena terkejut.

Secepat kilat Selena menghapus air matanya melihat Leo telah berada di sampingnya. Sekilas Leo bisa melihat mata sembab Selena membuatnya terheran.

“Hanya menghilangkan bosan,” jawab Selena sambil tersenyum.

Leo mengambil duduk di samping Selena dilihatnya pemandangan yang terhampar di sana. “Matthew bisa membunuhmu jika tahu kau ada di luar sendirian,” komentar Leo masam.

“Aku tahu, tapi aku bosan di kamar terus dan di sini kelihatannya aman,” senyum Selena memberi alasan.

Mau tak mau Leo tersenyum mendengar kata Selena. Dilihatnya Selena yang menikmati suasana di luar. “memangnya di mana Matthew?”

“Sedang tidur, sepertinya dia lelah,” jawab Selena.

“Ya ampun, keterlaluan sekali dia membiarkanmu berkeliaran sendirian sedangkan dia enak-enakan tidur,” sungut Leo membuat tawa Selena pecah.

Leo kadang tak mengerti Selena, ia begitu cepat berubah. Tadi Leo jelas-jelas melihat Selena

sedang menangis dan sekarang dia tersenyum seperti tak ada beban. Benar-benar ia sangat pintar menyembunyikan perasaannya. Leo menemani Selena menikmati udara di luar, sepertinya ia tidak jadi menyesali keputusannya kembali ke rumah.

“Apa kau sudah makan?” Tanya Leo.

“Ya. tadi pagi,” jawab Selena.

Leo melirik arlojinya, sekarang bahkan telah tengah hari dan Selena makan baru tadi pagi. Leo segera berdiri dari tempatnya, “ayo makan, aku akan memasakkan sesuatu untukmu,” ajak Leo.

Diulurkan tangannya untuk membantu Selena berdiri. Genggaman lembut terasa dikulit tangannya ketika Selena membalas uluran tangannya. Dia mengajak Selena menuju ke dapur,

dibiarkannya Selena duduk menanti masakannya. Selena yang mengamati leo menyiapkan masakan tersenyum kecil.

“Kau bisa memasak, Leo?” Tanya Selena penuh selidik.

Leo menoleh padanya dan memberikan senyuman, “iya hidup sendiri mengharuskanku untuk bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri. Walau pun masakanku masih kalah enak dari masakan Ignis setidaknya bisa di makan.”

“Aku dari sekolah hidup sendiri, tapi tak bisa masak,” celetuk Selena.

Leo tertawa kecil mendengar pengakuan Selena, “kenapa tak mencobanya?”

“Aku pernah mencobanya dan hasilnya menjijikkan,” Selena mencoba mengingat hasil masakannya dulu. “Dia berwarna hitam dan hampir membakar rumah.”

“Bagaimana bisa?” tawa Leo berderai mendengarkan pengalaman Selena.

“Sepertinya aku menaruh banyak wine dan api langsung menyambar membuatku panik, Sam yang mengajariku masak segera mengguyurkan air, tapi yang ada justru api makin besar. Untunglah ada pemadam otomatis di rumah sehingga api tidak menyebar ke mana-mana. Hanya membuat kami dan seisi rumah basah.”

Leo menghentikan memasaknya saat mendengar nama Sam disebut Selena. Nama itulah yang salalu disebut Selena saat demam tinggi tempo hari. Leo kembali fokus pada masakannya dan segera mengambil dua piring. Dibagi duanya masakannya dan menghampiri Selena yang duduk di belakangnya. Selena menerima masakan Leo dengan berseri-seri.

“Jadi selama ini siapa yang memasak?” Tanya Leo setelah duduk berhadapan dengan Selena.

“Ibuku kadang ayahku saat mereka masih ada, tapi setelah mereka pergi Sam menyiapkan semua makanan.”

“Di mana Sam sekarang?” Leo hati-hati bertanya setelah melihat perubahan raut wajah Selena. Dia sebenarnya tidak enak menanyakannya, hanya saja rasa ingin tahunya menuntut

lebih.

Selena tersenyum tipis pandangannya menerawang entah kemana, “sama seperti ayah dan

ibuku. Dia meninggalkanku sendirian.”

Leo benar-benar tidak enak telah menanyakan Sam melihat Selena terlihat murung setelah

bercerita tentangnya. Pastilah pria itu sangat berarti baginya. “Makanlah selagi hangat,” ucap Leo melihat Selena hanya mengaduk-aduk makanannya sambil melamun.

“Iya,” ucap Selena, lamunannya seketika buyar. “Kelihatannya lezat, terima kasih ya,” lanjutnya memamerkan senyum tipis di bibirnya.

Selagi mereka makan sesekali Leo mencuri pandang terhadap Selena, dia benar-benar pandai menyembunyikan semua perasaannya. Selena merasakan masakan Leo benar-benar enak membuatnya yang tadi enggan makan sekarang menjadi lahap.

“Tanganmu kenapa?” Tanya Selena melihat buku-buku jari Leo memar walau samar. Leo hampir tersedak menerima pertanyaan Selena, dia mengerang dalam hati karena Selena melihat bekas luka saat dia memukul tembok. “Tidak apa-apa.”

Selena meneruskan makannya sambil berpikir, Matthew dan Leo kadang bersikap aneh padanya. Kedua-duanya sama-sama perhatian hanya saja dengan cara yang berbeda. Leo lebih terlihat cuek walau sering meluangkan waktu untuk membantunya sedangkan Matthew melakukannya dengan terang-terangan. Memikirkan Matthew, Selena menjadi teringat luka bekas gigitannya.

“Leo, aku ingin bertanya sesuatu padamu,” kata Selena membuat Leo menatapnya penasaran, dia hanya menganggukkan kepalanya. “Apa yang terjadi saat aku tak sadarkan diri?”

Leo terdiam sesaat, ia mencoba mengingat dan merangkai kejadian tempo hari. “Yang aku tahu kau demam dan Matthew yang merawatmu.”

“Hanya Matthew?”

“Iya, tenanglah Matthew merawatmu dengan baik,” hibur Leo.

Selena tersenyum kecut mendengar penjelasan Leo. Jadi tak ada yang tahu perubahannya saat dia mengerang kesakitan karena demam.

***

Matthew jatuh tertidur pulas setelah selesai merawat Selena pagi ini. Rumah yang begitu sepi membuatnya semakin terlelap dalam tidurnya. Sebelum tidur ia telah memberi pesan pada Selena agar tidak beranjak dari tempat tidur selagi dia tidur. Selena mengiyakan permintaannya itu dan meminta buku yang ada di dalam tasnya sebagai teman selagi Matthew tidur. Dia memberikan buku yang diminta Selena dan segera merebahkan tubuhnya di samping Selena.

Beberapa menit kemudian Matthew terjaga untuk mengecek keadaan Selena, setelah yakin Selena tidak beranjak dari tempatnya ia kembali tertidur pulas setelah semalaman terjaga di samping Selena. Rasa kantuk yang teramat sangat membuatnya tidak terusik oleh suatu apa

pun bahkan saat Selena memutuskan untuk berjalan keluar kamar.

Matahari telah tinggi, cahayanya yang terang benderang memasuki kamar membuat Matthew terusik. Gemerincing lonceng di jendela sesekali singgah dipendengarannya. Matthew masih malas membuka matanya, dia hanya mengulurkan tangannya mencari-cari sesuatu di sebelahnya. Setelah tak merasakan sesuatu disebelahnya, ia segera membuka matanya.

Dia mengerang mengetahui hanya buku yang dibaca Selena yang masih di sana, sedangkan yang membacanya telah raib entah kemana. Segera ia bangun dan keluar mencari Selena. Diperiksanya satu persatu ruangan, sayup-sayup dia bisa mendengar suara Selena dan Leo di dapur. Mendesah lega, Matthew memutuskan untuk bersandar di dinding selagi ia mengumpulkan kesadarannya. Dia bisa mendengar percakapan Selena dan Leo.

“Leo, aku ingin bertanya sesuatu padamu,” kata Selena. “Apa yang terjadi saat aku tak sadarkan diri?”

Mendengar pertanyaan Selena hati Matthew berdebar-debar menunggu jawaban Leo, ia tahu apa yang dimaksud pertanyaan Selena.

“Yang aku tahu kau demam dan Matthew yang merawatmu” jawab Leo membuat Matthew yang mendengarnya bernafas lega.

Matthew segera menuju dapur sebelum Selena bertanya lebih jauh, gadis itu memang memiliki rasa penasaran yang lebih dan mungkin saja dia tak akan puas mendengar jawaban Leo barusan.

“Kau di sini rupanya,” sela Matthew menghampiri Selena dengan wajah dibuat masam.

Selena menoleh padanya sedikit terkejut, “maaf Matt, aku bosan di kamar terus,” katanya

memelas.

Matthew mengambil duduk di samping Selena, sebenarnya ia ingin tertawa melihat wajah

polos Selena namun ditahannya. “Setidaknya kau tidak berada di luar,” ucapnya dibuat-buat marah.

Selena tersenyum mendengarnya, aksinya tadi benar-benar tidak diketahui Matthew. Leo

hanya menggeleng pelan melihat Selena membuat Matthew menjadi curiga. Disipitkan matanya untuk menyelidik. “Kau tidak keluar kan?”

“Tidak, aku tidak keluar. Benarkan Leo?” bohong Selena ditolehnya Leo untuk mencari perlindungan. Matthew menatap tajam Leo menanti jawaban.

“Tidak, dia bersamaku di sini dari tadi,” jawab Leo berbohong membantu Selena. Jika saja Matthew tahu mereka berbohong pasti sangatlah marah pada mereka.

Matthew mempercayai ucapan Leo, dialihkan pandangannya ke piring di depan Selena yang

hanya tersisa separuh isinya.

“Kelihatannya enak,” kata Matthew meraih sendok dipiring Selena. Leo melotot melihat Matthew seenaknya mengambil makanan Selena.

“Hei itu untuk Selena,” protes Leo. Matthew tak menghiraukannya sama sekali dilahapnya makanan itu begitu saja.

“Leo yang tadi memasaknya,” terang Selena tak keberatan makannya diambil. Matthew mengurungkan niatnya mengambil suapan ke tiga setelah mendengar kata Selena.

“Ternyata tak enak-enak amat,” komentar Matthew membuat Leo menggerutu kesal. Matthew memang pintar membuat kesal Leo dan itu sering dilakukannya. Kembali dia menyendok makanan dan disodorkannya pada Selena, “makanlah dan habiskan.”

Selena dengan terpaksa membuka mulutnya setelah beberapa kali dipaksa Matthew, dia tidak enak dengan Leo yang melihatnya disuapi Matthew. Selena merebut kembali sendoknya dan meneruskan makan sendiri. Matthew terlihat cemberut Selena menolak disuapi, dia memilih menyandarkan kepalanya di kursi.

Terdengar suara keributan dari depan ketika Ignis dan yang lain kembali pulang. Mereka terlihat senang mendapatkan hasil tangkapan ikan yang cukup banyak.

“Kita pesta ikan malam ini,” kata Tony sambil memamerkan ikan yang di tentengnya kepada

Leo. Segera ia meletakkan didalam wadah dan menghampiri Leo. “Hei kau sudah jalan-jalan, Sel?”Tanyanya melihat Selena duduk bersama Leo dan Matthew.

“Iya,” jawab Selena.

“Kau harus mencoba jalan-jalan keluar. Di luar benar-benar bagus pemandangannya,” kata Tony  memprovokasi.

“Tidak, dia harus tetap di rumah,” protes Matthew sebelum Selena sempat menjawab.

“Ayolah Matt, dia pasti bosan di dalam rumah terus,” kata Tony tak mau kalah.

Keduanya menjadi adu mulut sedangkan Selena memandang geli kedua temannya itu.

“Enak sekali baunya,” kata Ignis yang baru datang dan memeriksa sisa makanan yang dimasak Leo. “Kau Cuma masak dua porsi saja?” Tanya Ignis menoleh ke Leo.

“Aku kira kalian masih lama tadi,” kata Leo beralasan. Ignis duduk di samping Leo dan

memberi senyuman pada Selena.

“Ignis, kapan kita akan melanjutkan perjalanan lagi?” Tanya Selena.

Kening Ignis berkerut mendengar pertanyaan Selena, ia baru saja membaik dan sekarang sudah menanyakan perjalanan. “Nanti kalau kau sudah sembuh.”

“Tapi bukannya kita sudah lama di sini, bagaimana dengan persediaan kita apa cukup kalau

terlalu lama berhenti?” kata Selena menuntut.

“Ya ampun Selena, jangan pikirkan soal makanan yang penting kau sembuh dulu,” kata Ignis

geleng-geleng kepala.

“Aku sudah merasa lebih baik kok,” desak Selena.

“Matt?” Ignis mencoba mencari pertimbangan pada satu-satunya dokter di kelompok itu. Selena menatap Matthew memelas agar permohonannya dikabulkan.

Matthew yang dipandangi seperti itu menjadi tak kuasa menolak. “Jangan melihatku seperti itu,” erangnya.

“Bisa kan Matt, kita teruskan perjalanan kita ya?” pinta Selena memohon.

Matthew dan Ignis saling berpandangan mendengar permintaan Selena mencoba mempertimbangkannya.

“Baiklah, setidaknya mengawasimu di dalam mobil lebih mudah ketimbang di dalam rumah,”

putus Matthew membuat Selena berseri-seri. Kini hanya tinggal menunggu keputusan dari Ignis. Ignis melirik kearah Leo dan ia menggeleng tanda tidak setuju.

“Kita lanjutkan perjalanan kita dua hari lagi” ucap Ignis memberi keputusan.

***

Dua hari berselang, matahari bersinar cerah. Burung-burung berkicauan disegala penjuru desa. Sejak bangun subuh tadi Selena sudah bersemangat sekali bahkan menolak Matthew yang menyuruhnya untuk tidur lagi. Hari ini mereka akan melanjutkan perjalanan dan itu membuat Selena senang. Matthew membantu Selena saat berkemas dan sempat berdebat soal senjata. Selena ingin lasergunnya ia simpan di rompi pakaiannya tempat ia biasa menyimpannya, tetapi Matthew bersikeras untuk menyimpannya didalam tas bahkan ia juga tak mengijinkan Selena untuk memakai maneuver 3dnya walau hanya di satu tangan. Selena menggerutu karena kalah argument dengan Matthew dan terpaksa mengikuti perintahnya.

“Matt, terima kasih atas keras kepalamu,” ucap Selena saat Matthew membantunya mengancingkan baju yang dia pakai.

“Aku akan selalu menjadi keras kepala demi kau,” jawab Matthew tersenyum.

Jaraknya yang begitu dekat dengan Selena membuatnya ingin sekali mencium dia. Degup jantungnya terpacu perlahan-lahan Matthew mendekati Selena semakin dekat. Namun derap langkah kaki di luar kamar membuat dia mengurungkan niatnya. Sedikit kesal ia menoleh ke pintu dan didapatinya Austin yang muncul dengan senyum khasnya.

“Apa kalian sudah siap? Ignis menunggu di luar,” kata Austin.

“Ya baiklah,” jawab Matt malas.

Austin pergi setelah mendengar jawaban Matthew meninggalkan mereka berdua.

“Ayo,” ajak Matthew pada Selena.

Matthew bersikeras membawakan tas Selena meski tas itu ringan karena Selena tidak membawa apa-apa selain senjata. Sesampainya di ruang tamu mereka melihat teman-temannya yang lain telah bersiap untuk berangkat.

“Apa kau benar-benar sudah siap, Sel?” Tanya Ignis meyakinkan Selena.

“Iya, aku sudah siap. Tenang saja,” balas Selena.

Kini mereka memulai perjalanan ke Solarcity lagi setelah beberapa hari terhenti karena luka yang diderita Selena. Mereka pergi dengan dua mobil seperti semula. Ignis, Tony, Sania dan Jimmy berada di mobil SUV sedangkan Selena, Matthew, Austin dan Leo berada di mobil Sport. Mobil melaju pelan meninggalkan desa. Selena benar-benar terpesona melihat keadaan di desa.

Pemandangannya sangat indah meski dibeberapa tempat terlihat berantakan. Rumah-rumah penduduk berjajar rapi berselang dengan lahan gandum dan sayuran. Semakin keluar desa pemandangan semakin indah, pohon-pohon apel tampak berjajar disebuah perkebunan. Buahnya terlihat ranum dan beberapa telah terlihat masak. Selena yang melihatnya terlihat terkejut dan segera menoleh ke arah Matthew yang duduk di sampingnya.

“Dengan kerja keras huh,” gerutu Selena mengingat kata Matthew beberapa hari yang lalu. Matthew tertawa terbahak mendengar gerutuan Selena. “Aku harus memanjat pohon-pohon itu untuk mendapatkannya kan,” kata Matthew membela diri.

Selena mendengus kesal dan membuang mukanya ke arah luar. Leo yang melihat dari kaca spion hanya tersenyum kecil mendengar keributan mereka berdua. Sekarang dia telah sedikit terbiasa dengan sikap mereka.

“Baiklah, aku akan tidur saja,” kata Matthew melihat Selena kesal dengan tersenyum usil.

“Ingat Matthew, kau bertugas berburu nanti” kata Leo di depan mengingatkan.

“Iya tenanglah, bangunkan aku jika sudah mendapatkan tempatnya,” jawab Matthew sambil menepuk pundak Leo yang sibuk menyetir.

Matthew langsung memejamkan matanya meninggalkan Selena yang masih terpesona melihat pemandangan di luar.

Selena benar-benar senang bisa melihat keindahan desa itu, setidaknya masih ada tempat yang cukup indah setelah wabah Ragen merajalela. Bahkan dia bisa melihat masih ada sebuah keluarga yang bertahan disebuah rumah di antara kebun apel.

“Desa ini begitu indah, bahkan masih ada yang bertahan tinggal di sini,” celetuk Selena.

Austin yang mendengarnya langsung menoleh keluar jendela penasaran. “Di mana Sel, sejak

tiba di sini aku tak melihat orang selain kita?” tanyanya penasaran.

“Itu di depan, rumah di pinggir kebun apel,” Selena memberitahu Austin, ia benar-benar melihat sebuah keluarga yang sedang bercengkerama di depan rumahnya.

Sang ayah yang sedang bermain dengan kedua anaknya yang masih kecil-kecil dan ibunya yang sedang sibuk memilah buah apel sesekali tertawa melihat polah kedua anaknya. Benar-benar keluarga yang sangat bahagia di tengah hancurnya dunia. Selena memandanginya dengan wajah berseri-seri. Austin dan Leo hanya bisa berpandangan satu sama lain karena mereka tidak melihat seorang pun di depan rumah yang dimaksud Selena.

“Apa kau yakin Selena?” Tanya Austin ragu-ragu.

“Tentu saja, lihat…lah,” senyum keyakinan Selena semakin memudar ketika menyadari rumah yang tadi ia lihat terlihat sepi.

Tak ada seorang pun di sana bahkan rumah yang tadinya terlihat indah sekarang tampak suram. Pintunya terlihat hampir lepas dari engselnya dan banyak dedauan kering berserakan di sana. Wajah Selena seketika memucat, ia telah melihat apa yang tak biasa.

Leo yang menyadari perubahan Selena menoleh padanya, “apa kau baik-baik saja?” Tanya Leo melihat wajah Selena pucat.

“Aku baik-baik saja” bohong Selena, hatinya resah. Sebenarnya hal ini bukan hal baru, ia sering melihatnya hanya saja sudah sangat lama ia tidak mengalami kejadian seperti ini.

Matthew yang belum benar-benar tidur merasakan kegelisahan Selena, ia menggapai jemari

Selena dan menggenggamnya memberikan ketenangan pada Selena.

Episodes
1 Episode 1. Chaos
2 Episode 2. New Friend
3 Episode 3. Another Time Another Place
4 Episode 4. When they meet
5 Episode 5. Gedung Solbeck
6 Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7 Episode 7. STUCK WITH YOU
8 Episode 8. Time To Go
9 Episode 9. Tragedy
10 Episode 10. SOUND OF DEAD
11 Episode 11. CRISIS CORE
12 Episode 12. WELCOME BACK
13 Episode 13. We Start the Journey Again
14 Episode 14. Lost
15 Episode 15. Coastal
16 Episode 16. COME BACK HOME
17 Episode 17. Soul Like Me
18 Episode 18. The Deal
19 Episode 19. The Truth
20 Episode 20. Jealous
21 Episode 21. I'm Sorry
22 Episode 22. You and I
23 Episode 23. Solar City
24 Episode 24. Is Not Good Bye
25 Episode 25. Fight
26 Episode 26. Assassins 1st Class
27 Episode 27. A STORY
28 Episode 28. I HATE SHRIMP
29 Episode 29. Night Club
30 Episode 30. Done All Wrong
31 Episode 31. The Reason
32 Episode 32. Golden Card
33 Episode 33. Spy Time
34 Episode 34. Vision
35 Episode 35. Evacuation
36 Episode 36. Escape
37 Episode 37. Monster Attack
38 Episode 38. The Darknest Side of Me
39 Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40 Episode 40. Terrible trip
41 Episode 41. Welcome To Moonlight
42 Episode 42. Pray
43 Episode 43. Why are They Here?
44 Episode 44. Impendence
45 Episode 45. Decision
46 Episode 46. JUNGLE
47 Episode 47. FORTRESS
48 Episode 48. DREAM
49 Episode 49. CRUSH
50 Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51 Episode 51. DEAD CITY
52 Episode 52. MEMORIES
53 Episode 53. I Hate You
54 Episode 54. Impatient Groom
55 Episode 55.Master Control Station (MCS)
56 Episode 56. Mask Man
57 Episode 57. Be A Guardian
58 Episode 58. Cloud
59 Episode 59. Leo’s Anger
60 Episode 60. Forgotten City
61 Episode 61. Friend?
62 Episode 62. Solar City Memories
63 Episode 63. Behind The Mask
64 Episode 64. Betrayer
65 Episode 65. The Stranger
66 Episode 66. Disappear
67 Episode 67. There’s No Cure
68 Episode 68. I’ll be fine
69 Episode 69. Find Hope
70 Episode 70. Make a Deal
71 Episode 71. The War Begins
72 Episode 72. This is the end
73 Episode 73. Good bye
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Episode 1. Chaos
2
Episode 2. New Friend
3
Episode 3. Another Time Another Place
4
Episode 4. When they meet
5
Episode 5. Gedung Solbeck
6
Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7
Episode 7. STUCK WITH YOU
8
Episode 8. Time To Go
9
Episode 9. Tragedy
10
Episode 10. SOUND OF DEAD
11
Episode 11. CRISIS CORE
12
Episode 12. WELCOME BACK
13
Episode 13. We Start the Journey Again
14
Episode 14. Lost
15
Episode 15. Coastal
16
Episode 16. COME BACK HOME
17
Episode 17. Soul Like Me
18
Episode 18. The Deal
19
Episode 19. The Truth
20
Episode 20. Jealous
21
Episode 21. I'm Sorry
22
Episode 22. You and I
23
Episode 23. Solar City
24
Episode 24. Is Not Good Bye
25
Episode 25. Fight
26
Episode 26. Assassins 1st Class
27
Episode 27. A STORY
28
Episode 28. I HATE SHRIMP
29
Episode 29. Night Club
30
Episode 30. Done All Wrong
31
Episode 31. The Reason
32
Episode 32. Golden Card
33
Episode 33. Spy Time
34
Episode 34. Vision
35
Episode 35. Evacuation
36
Episode 36. Escape
37
Episode 37. Monster Attack
38
Episode 38. The Darknest Side of Me
39
Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40
Episode 40. Terrible trip
41
Episode 41. Welcome To Moonlight
42
Episode 42. Pray
43
Episode 43. Why are They Here?
44
Episode 44. Impendence
45
Episode 45. Decision
46
Episode 46. JUNGLE
47
Episode 47. FORTRESS
48
Episode 48. DREAM
49
Episode 49. CRUSH
50
Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51
Episode 51. DEAD CITY
52
Episode 52. MEMORIES
53
Episode 53. I Hate You
54
Episode 54. Impatient Groom
55
Episode 55.Master Control Station (MCS)
56
Episode 56. Mask Man
57
Episode 57. Be A Guardian
58
Episode 58. Cloud
59
Episode 59. Leo’s Anger
60
Episode 60. Forgotten City
61
Episode 61. Friend?
62
Episode 62. Solar City Memories
63
Episode 63. Behind The Mask
64
Episode 64. Betrayer
65
Episode 65. The Stranger
66
Episode 66. Disappear
67
Episode 67. There’s No Cure
68
Episode 68. I’ll be fine
69
Episode 69. Find Hope
70
Episode 70. Make a Deal
71
Episode 71. The War Begins
72
Episode 72. This is the end
73
Episode 73. Good bye

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!