Episode 3. Another Time Another Place

Selena menatap rindu kotanya yang telah lama ia tinggalkan, lebih tepatnya sejak enam bulan

yang lalu ia pergi dan baru sekarang kembali ke kotanya. Tidak banyak perubahan sama sekali di sana. Kendaraan yang lalu lalang terbilang cukup sedikit, para penduduk di kotanya lebih menyukai berjalan kaki dari pada menaiki mobil sehingga kota itu terlihat lebih asri. Selena sengaja memilih tinggal di kota kecil yang membuatnya bisa hidup lebih nyaman, jauh dari hiruk pikuk keramaian

kota yang bising.

Diparkirkannya mobil sportnya di depan sebuah café sebelum pulang. Tak hanya rindu dengan kotanya, tapi juga merindukan masakan dicafe yang sekarang menjadi tujuannya. Selena

melepaskan kacamatanya dan tersenyum melihat sambutan dari pemilik café tersebut. Bob dan istrinya terlihat gembira melihat kedatangan Selena, mereka memang telah menganggap Selena seperti anak mereka sendiri, begitu pun dengan Selena yang bisa merasakan kehangatan mereka sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada.

“Hai, Selena. Kemana saja kamu selama ini?” sapa Bob yang langsung membuatkan secangkir latte

kesukaannya.

“Bekerja, Bob,” jawab Selena.

“Sampai lupa untuk pulang?” canda Bob dengan tawanya.

“Ya begitulah. Aku baru saja sampai dan langsung ke sini,” jawab Selena.

“You miss us?” tanya Istri Bob ikut bergabung.

“I miss your cheese burger.” Selena menunjuk seporsi burger di tangan wanita setengah baya

itu.

Ketiganya bercanda bersama melepaskan rasa rindu. Bob tahu pekerjaan Selena sering

memakan waktu lama, meski heran karena gadisnya itu mengatakan ia bekerja sebagai porter. Namun kenyataannya gadis itu sering pergi berbulan-bulan dengan peralatan canggih di sekelilingnya. Dan Bob pernah melihat Selena membawa bermacam-macam senjata saat pergi.

Suasana café yang lengang karena bukan jam makan siang, membuat Selena leluasa

berbincang-bincang dengan Bob dan Istrinya. Banyak cerita mengalir di antara mereka seperti kekhawatiran Bob tentang virus baru yang tengah hangat diperbincangkan di media massa. Selena yang baru kembali dari luar negeri, juga baru mendapatkan informasi saat mendarat di negaranya tadi pagi. Banyak televisi yang menyiarkan berita tersebut, tapi informasi yang mereka dapatkan terlalu minim. Tidak ada informasi bagaimana penyebaran virus itu yang mereka dapatkan, hanya berita kehancuran total setiap virus itu ditemukan di suatu daerah.

“Ini sudah satu minggu sejak virus itu ditemukan, banyak kota yang telah diisolir untuk

menanggulangi penyebaran virus Ragen” cerita Bob.

“Tenanglah, Bob. Pemerintah pasti akan cepat menagani krisis ini,” ujar Selena menghibur.

“Kita berada jauh dari pusat pemerintahan, bagaimana jika kota kita yang hancur selanjutnya?” kata Istri Bob kalut.

“Itu tak akan terjadi,” sergah Selena menenangkan dua orang tua itu.

Walau pun itu mungkin terjadi, tapi Selena tidak akan membiarkan orang-orang yang dikasihi

celaka. Cellphone Selena bergetar, ada pesan yang baru saja masuk. Misi baru dari bosnya yang harus segera dikerjakannya. Yang membuat Selena kesal, misi itu ternyata untuk menjemput seseorang. Sialnya orang tersebutlah yang membuatnya menderita enam bulan terakhir ini. Suka tidak suka ia harus mengerjakannya, menunda bukan keputusan yang tepat saat ini.

“Jika terjadi sesuatu di sini, cepatlah kalian pergi ke apatemen milikku. Seseorang akan menjemput kalian dan membawa ke tempat yang aman.” Selena menyerahkan kunci apartemen miliknya.

Bob menerimanya sedikit ragu. Ia tahu di mana apartemen Selena, tapi belum pernah ke sana.

“Dan berikan ini pada orang yang menjemput kalian,” lanjut Selena memberikan sebuah kartu

bergambar burung elang.

“Bagaimana denganmu?” tanya istri Bob.

“Well, aku harus pergi sekarang. Ada paket yang harus kuantar,” jawab Selena merapikan

bawaannya dan berdiri.

“Tidak ada libur?” tanya Bob heran, “kau bahkan baru saja sampai disini”

“Tidak ada libur untukku, Bob.” Selena tergelak, “jaga diri kalian”

Selena memberikan pelukan perpisahan sebelum beranjak keluar dari café. Ia memasuki mobilnya sebelum meluncur ke apartemennya untuk mengambil peralatannya dan beberapa senjata tambahan. Situasi sedang tidak bagus untuk menjalankan misi dengan peralatan standar yang biasa ia bawa.

Sesampainya di apartemen ia langsung memeriksa semuanya, memastikan tidak ada seorang pun yang memasuki apartemen tanpa seizinnya. Selena langsung memasukkan senjatanya dan gadgednya ke dalam ransel. Ia mungkin tidak akan punya kesempatan kembali lagi, jadi dia tidak akan menyisakan apa-apa selain dua shotgun untuk Bob dan istrinya. Tidak

sampai satu jam, Selena telah meluncur keluar kota menuju Nibelhim untuk menjemput paketnya.

Membutuhkan waktu dua hari untuk sampai di Nibelhim, meski Selena telah memacu mobilnya

dengan kecepatan tinggi. Banyak kota yang telah hancur sepanjang perjalanannya menuju kota itu, dan itu membuat Selena semakin gusar jika sampai terlambat. Semuanya akan menjadi kacau terlebih lagi, jika paketnya telah menghilang dari

Nibelhim. Ia benar-benar dalam masalah besar.

Misi yang diemban Selena bukanlah misi yang biasa ia kerjakan. Sebagai seorang Assassins

dari Shadow Hunter, menculik seseorang untuk melakukan perlindungan bukanlah bidangnya. Yang biasa ia kerjakan adalah membunuh target, dan kali ini targetnya adalah seseorang yang telah membuatnya sengsara secara tidak langsung.

Namun ia tetap harus memberikan perlindungan padanya.

Sepanjang perjalanan Selena bertanya-tanya mungkinkah pria itu akan mengenalinya saat bertemu? Pertemuan terakhir dengan pria yang dicarinya terbilang bukan pertemuan yang menyenangkan, di mana dia harus mengeksekusi mati pria itu. Meski Selena sempat ragu untuk

melakukannya, perintah bosnya tidak bisa diabaikan. Jika ia membangkang, maka

ia sendiri yang akan dianggap pengkhianat. Sebagai ganjarannya nyawanya sendiri

yang dipertaruhkan. Selena bukannya takut mati, tapi mati dalam keadaan bimbang sama saja mati konyol. Malam itu Raines datang menghentikannya, sebuah kesalahan terjadi dan itu dilakukan oleh pihak lain. Kelegaan Selena tidak berlangsung lama setelah pembatalan eksekusi, karena ia harus menerima hukuman

konyol yang membuatnya frustasi selama menjalaninya. Tentu saja Raines telah berbuat sesuatu pada pria itu, sehingga kemungkinan ia dikenali pria itu adalah nol persen.

Selena hanya bisa tersenyum kecut, mata biru es pria itu mengingatkannya pada seseorang yang

telah tiada. Ironisnya mungkin hanya dialah satu-satunya yang masih memikirkan peristiwa itu. Kebersamaan mereka pastilah hanya sekejap mata, mengingat Selena memiliki pekerjaan yang tidak pernah ada liburnya. Setelah pria itu di tangan Raines, ia mungkin tidak akan bertemu lagi dengannya dalam waktu yang sangat lama. Selena menjadi tidak yakin dengan pekerjaan yang dia jalani sekarang, sulit baginya menjalani kehidupan normalnya terutama tentang cinta. Dulu ia tidak mempermasalahkan pekerjaan karena kekasihnya adalah partnernya, tapi sekarang kekasihnya telah tiada dan ia masih belum bisa merelakan kepergiannya. Namun pria bermata biru es itu perlahan memasuki pikirannya. Ia menyumpah pelan merutuki khayalannya sendiri, bagi Selena memiliki kekasih hanya akan

menyulitkan geraknya sebagai pembunuh bayaran. Sebagai orang yang professional

dia memilih untuk tidak memikirkan hal remeh itu.

Sedikit terlambat Selena mencapai Nibelhim, kota itu tengah dilanda kehancuran. Kota yang biasanya damai itu kini berubah menjadi medan perang, para Army tengah berjuang menyelamatkan sisa kota. Tanpa mempedulikan kekacauan yang tengah terjadi, Selena melajukan mobilnya membelah kota untuk mencapai sebuah rumah di pinggiran kota. Wajahnya menjadi masam melihat keadaan rumah yang dituju,

kerumunan Ragen tengah berusaha merangsek masuk, beberapa yang menyadari kedatangannya segera menghambur menyerbu mobilnya. Kini ia sendiri yang terjebak di dalam mobil. Hal itu tidak membuatnya gentar. Memang baru kali ini

Selena berhadapan dengan makhluk-makhluk menjijikkan itu, tapi insting.pembunuhnya membuat gairah untuk menebas kepala-kepala Ragen itu membuncah.

Dengan lincah ia keluar dari mobil, seakan mendapat kesenangan baru Selena mulai membabat para Ragen yang menyerangnya dengan mudah. Ia tidak mempedulikan lagi

pakaiannya yang terciprat darah hitam, atau pun bau busuk dari tubuh Ragen setiap ia berhasil mencincang mereka. Setelah ia bersenang-senang cukup lama, akhirnya halaman rumah itu bersih dari para Ragen. Selena mencoba membuka pintu

rumah dan menggedor-gedor pintu untuk memancing sang pemilik, tetapi usahanya

tidak membuahkan hasil. Dengan geram Selena menendang pintu itu hingga terbuka, tidak ada seorang pun yang ia temui di dalam rumah itu membuat darahnya mendidih. Orang yang dicarinya telah pergi.

Erangan kesal berhasil meluncur dari mulut Selena, dengan langkah tidak sabar ia keluar

menuju mobilnya. Pekerjaannya menjadi lebih sulit, melacak orang yang bisa berada di mana saja di negara yang luas, membuat Selena frustasi. Kembali ia melajukan mobilnya menuju pusat kota, dari balik kemudi Selena bisa melihat para Army yang tengah berusaha membasmi Ragen semakin terdesak. Sepertinya justru hal itu

membuat waktunya tepat, Selena masih berusaha memadamkan kekesalannya dan kini ia bisa melampiaskan kemarahannya dengan ikut membasmi Ragen. Ia jarang memamerkan keahliannya pada orang lain tapi sepertinya kali ini boleh juga, memamerkan sedikit aksinya di depan para Army itu.

Selena mengaktifkan senapan serbu yang terdapat di mobil, sekarang di atas kap mesin

mobilnya bertengger dua senapan serbu yang secara otomatis menembaki para Ragen.

Para Army yang mendengar desingan peluru dari arah berbeda, sontak menoleh penasaran. Setidaknya bantuan kecil cukup membuat wajah mereka sedikit cerah meski masih penasaran dengan siapa pemilik mobil yang tengah membantu mereka. Tapi kelegaan itu tidak berlangsung lama ketika Selena keluar dari mobilnya.dengan balutan baju zirah, konsentrasi mereka terpecah antara menghadapi para Ragen

dan Selena.

“Sir…?” teriak salah seorang Army pada kaptennya.

“Abaikan dia dan fokus pada Ragen!” perintah Sang Kapten.

“But, Sir…” cemas Army itu mengetahui Assassins itu mulai berjalan mendekat ke arah mereka, bisa saja Assassins itu mencincang mereka seperti mencincang para Ragen itu.

“Lihatlah, dia hanya membunuh para Ragen,” ucap Sang Kapten meyakinkan para anak buahnya.

Meski ada sedikit ragu para Army akhirnya mengabaikan Assassins itu, dan berfokus pada Ragen. Beberapa ledakan kecil susul menyusul menguar dipendengaran mereka, Assassins

itu semakin brutal mengabisi para Ragen hingga celah di antara mereka semakin.kecil. Bagi Army kelas satu bertemu seorang Assassins membuat mereka gentar,.apalagi kalau bukan karena reputasi Assassins yang terkenal kejam dan sadis,

yang tidak akan ragu menghabisi nyawa orang-orang yang menghalanginya. Melawannya seperti hal yang mustahil meski jumlah mereka satu kompi melihat keahliannya membunuh di atas rata-rata, bahkan para Ragen yang tadinya

mengepung mereka, berkurang secara drastis hanya dalam hitungan menit.

Selena mendapatkan hujanan mata yang menatapnya horror dari para Army setelah berhasil memenggal kepala Ragen terakhir di tempat itu. Baginya itu hal yang wajar dan

membuatnya senang, setidaknya aksi pamernya berhasil membuat para Army itu memegang senjata mereka defensive saat ia berjalan mendekat. Senyum miringnya mengembang mengetahui tak ada satupun Army yang bertindak sembrono dengan menembaknya, meski semua senapan di tangan mereka mengarah padanya.

“Apakah para Army sekarang sangat tidak tahu sopan santun dengan menodongkan senjata pada

penolongnya?” tanya Selena menelengkan kepala.

Tidak ada Army yang berani berkomentar bahkan Sang Kapten terlalu terpaku dengan sosok wajah

cantik, yang terlihat setelah helm zirahnya terbuka. Selena berdecak kesal melihatnya.

“Aku rasa terima kasih sudah cukup,” lanjut Selena.

Sang Kapten yang tersadar pertama akhirnya membuka suara, “terima kasih, Nona”

“Bagus, aku sedang tidak menerima bayaran todongan senjata saat ini,” sindir Selena.

Menyadari anak buahnya masih menodongkan senjata mereka, Sang Kapten berdehem memberi isyarat untuk segera menurunkan senjatanya. Ia juga baru melihat bahwa sejak tadi Selena tidak membawa senjata apa pun di tangan.

“Bagaimana kami harus membayar anda atas pertolongannya, Nona?” tanya kapten dengan hati-hati.

“Heeh, aku rasa kalian bahkan pimpinan kalian tak akan sanggup membayarnya,” cemooh Selena

membuat sang kapten tersinggung. Namun tidak berani berbuat apa-apa, ia merasa hari ini hari paling sial sepanjang hidupnya. Mendapat tugas di kota yang hancur melawan Ragen yang hampir memangsa mereka, kini ditambah pertemuannya

dengan seorang Assassins. “tapi bukan berarti aku tidak meminta imbalan atas pertolongan yang kuberikan,” lanjut Selena.

“Jadi apa yang bisa kami berikan untukmu, Nona?” tanya Sang Kapten mencelos.

“Call me, Angel. Aku butuh tenaga ahli telekomunikasi kalian.”

Sang Kapten melirik ragu pada seorang anak buahnya, yang langsung lemas mendengarnya. Pria yang masih cukup muda itu hanya terdiam, berharap kaptennya tidak menyerahkan pada pembunuh berdarah dingin. Sialnya Army hanya manusia biasa yang juga takut mati dan pemuda itu menampakkannya di wajahnya yang terlihat putus asa. Selena yang terlatih meneliti sekitarnya langsung bisa menebak mana orang yang

diinginkannya, berkat lirikan Sang Kapten.

“Oh Boy… kemarilah!” perintah Selena pada pemuda yang telah berusaha bersembunyi, dengan lemas ia melangkah maju. “buka tabletmu dan segera hubungkan dengan satelit militer”

“Tapi itu melanggar aturan, Nona….” Kata-kata pemuda itu langsung lenyap melihat sebuah

pedang tiba-tiba berada tepat didepan wajahnya, susah payah ia menelan saliva.

“Jadi…” kata Selena mengintimidasi.

“Ba..baik.”

Dengan cepat pemuda itu membuka laptop untuk menghubungkannya ke satelit militer, meski sebenarnya hal itu illegal dilakukan di depan orang di luar pasukan Army.

Selena memperhatikan dengan seksama kerja pemuda itu, dalam hatinya ia tertawa senang

bisa bermain-main dengan para Army tingkat satu yang kebanyakan mentalnya belum terasah dengan baik. Mungkin pemuda itu masih dalam masa pendidikan, jika saja virus Ragen tidak mewabah yang memaksa militer menurunkan semua lini pasukannya mengingat sumber daya mereka yang terbatas. Meski teknologi yang dimiliki cukup mumpuni, tetapi tetap tidak sebanding dengan jumlah Ragen yang terus meningkat.

Selena mengambil alih pekerjaan pemuda itu, setelah mengetahui tablet itu telah tersambung dengan satelit militer. Setelah mengutak-atik sebentar, dalam layar tablet muncul banyak foto yang diambil dari CCTV kota itu. Dengan cepat ia

memilah gambar yang menangkap wajah orang yang dicarinya, sedikit kesal orang yang dicarinya telah pergi jauh meninggalkan kota. Pemuda yang sedari tadi memegangi tablet yang dibajak Selena tidak begitu peduli dengan apa yang dikerjakan gadis itu, ia lebih tertarik mengamati pedang yang masih berada dekat dengan kepalanya. Sang Empu masih sibuk menatap layar tablet, tapi pedang itu tetap tidak bergeming mengambang di udara tanpa ada yang memeganginya.

“Kota bagian utara mana yang paling dekat dengan Nibelhim?” tanya Selena.

Rasa takjub dan takut yang menguasai pemuda itu membuatnya tergagap mendengar pertanyaan

Selena, “eee…. Kota Uata,” jawabnya sambil mengangguk cepat.

“Good!” kata Selena dengan senyum cemerlang, mungkin ia bisa mengejar targetnya sebelum

memasuki kota Uata. Ia mengembalikan tablet itu pada pemuda di depannya yang masih melongo. “Well Boy, aku akan memberimu hadiah karena telah membantuku,” lanjut Selena.

Terkejut pemuda itu mengerang pelan sambil meringis merasakan sengatan perih di pipi kanannya, sebuah benda tajam telah berhasil meninggalkan jejak sayatan dan darah yang

mengalir perlahan keluar dari luka itu. Tentu saja ia melihat sekilas pedang yang dikagumi itu bergerak. Namun ia tidak punya kesempatan untuk mengelak dan sekarang pedang itu telah menghilang. Teman-temannya yang masih berdiri di sekelilingnya ikut terjengit karena terkejut, kaptennya pun hanya bisa membuka mulut tanpa

mengeluarkan sepatah kata.

“Ingat itu Boy,” kata Selena sambil menyentuh pipinya sebagai isyarat luka yang ditorehkan pada

pemuda itu. “Kita akan bertemu lagi nanti,” lanjutnya sambil meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Army muda itu yang masih gemetar mendengar kata terakhir Selena.

Bertemu. Ia berharap tidak bertemu dengan gadis psiko itu lagi. Ia begitu lega saat gadis

bernama Angel itu terlihat manis mengotak-atik tabletnya. Namun ia tidak menyangka akhirnya akan sama dengan torehan luka yang kini mengalirkan darah di pipinya.

Selena tersenyum senang berhasil menemukan targetnya, setidaknya ia kehilangan jejak tapi lebih dari itu ia senang melihat pemuda tadi. Dengan hanya melihat bagaimana pemuda itu bekerja dengan tabletnya yang cekatan, ia bisa menilai

kualitas dari pemuda itu. Meski masih terbilang penakut menurut standar milik Selena, ia yakin jika pemuda itu mendapat pelatihan yang tepat pemuda itu menjadi asset yang berharga. Selena akan meminta seseorang untuk menculiknya

nanti untuk merekrutnya menjadi bagian Shadow Hunter. Sebagai salah satu agen terbaik, Selena memang punya wewenang untuk merekrut anggota baik dengan cara halus maupun paksaan. Toh akhirnya semua yang telah bergabung cukup setia tetap bekerja menjadi agen Shadow Hunter hingga kini.

Mobil putih itu meluncur cepat meninggalkan kota Nibelhim menuju kota Uata, Selena tidak sabar

untuk segera menculik targetnya dan menyerahkannya pada Raines. Lebih cepat ia

menyelesaikan misinya, semakin cepat ia bisa mengerjakan hal lainnya. Bertemu kakak dan adik angkatnya mungkin. Ia begitu merindukan mereka, sudah lebih dari setengah tahun ia tidak bertemu dengan mereka dan rindunya semakin menjadi

setiap harinya. Ia hanya harus sedikit bersabar lagi agar bisa segera bertemu mereka. Sedikit lagi.

Terpopuler

Comments

Rw Nurasajati

Rw Nurasajati

baru mampir nih

2021-03-19

1

💫PoPy💫

💫PoPy💫

wow.... takjub bacanya

2021-03-07

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Chaos
2 Episode 2. New Friend
3 Episode 3. Another Time Another Place
4 Episode 4. When they meet
5 Episode 5. Gedung Solbeck
6 Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7 Episode 7. STUCK WITH YOU
8 Episode 8. Time To Go
9 Episode 9. Tragedy
10 Episode 10. SOUND OF DEAD
11 Episode 11. CRISIS CORE
12 Episode 12. WELCOME BACK
13 Episode 13. We Start the Journey Again
14 Episode 14. Lost
15 Episode 15. Coastal
16 Episode 16. COME BACK HOME
17 Episode 17. Soul Like Me
18 Episode 18. The Deal
19 Episode 19. The Truth
20 Episode 20. Jealous
21 Episode 21. I'm Sorry
22 Episode 22. You and I
23 Episode 23. Solar City
24 Episode 24. Is Not Good Bye
25 Episode 25. Fight
26 Episode 26. Assassins 1st Class
27 Episode 27. A STORY
28 Episode 28. I HATE SHRIMP
29 Episode 29. Night Club
30 Episode 30. Done All Wrong
31 Episode 31. The Reason
32 Episode 32. Golden Card
33 Episode 33. Spy Time
34 Episode 34. Vision
35 Episode 35. Evacuation
36 Episode 36. Escape
37 Episode 37. Monster Attack
38 Episode 38. The Darknest Side of Me
39 Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40 Episode 40. Terrible trip
41 Episode 41. Welcome To Moonlight
42 Episode 42. Pray
43 Episode 43. Why are They Here?
44 Episode 44. Impendence
45 Episode 45. Decision
46 Episode 46. JUNGLE
47 Episode 47. FORTRESS
48 Episode 48. DREAM
49 Episode 49. CRUSH
50 Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51 Episode 51. DEAD CITY
52 Episode 52. MEMORIES
53 Episode 53. I Hate You
54 Episode 54. Impatient Groom
55 Episode 55.Master Control Station (MCS)
56 Episode 56. Mask Man
57 Episode 57. Be A Guardian
58 Episode 58. Cloud
59 Episode 59. Leo’s Anger
60 Episode 60. Forgotten City
61 Episode 61. Friend?
62 Episode 62. Solar City Memories
63 Episode 63. Behind The Mask
64 Episode 64. Betrayer
65 Episode 65. The Stranger
66 Episode 66. Disappear
67 Episode 67. There’s No Cure
68 Episode 68. I’ll be fine
69 Episode 69. Find Hope
70 Episode 70. Make a Deal
71 Episode 71. The War Begins
72 Episode 72. This is the end
73 Episode 73. Good bye
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Episode 1. Chaos
2
Episode 2. New Friend
3
Episode 3. Another Time Another Place
4
Episode 4. When they meet
5
Episode 5. Gedung Solbeck
6
Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7
Episode 7. STUCK WITH YOU
8
Episode 8. Time To Go
9
Episode 9. Tragedy
10
Episode 10. SOUND OF DEAD
11
Episode 11. CRISIS CORE
12
Episode 12. WELCOME BACK
13
Episode 13. We Start the Journey Again
14
Episode 14. Lost
15
Episode 15. Coastal
16
Episode 16. COME BACK HOME
17
Episode 17. Soul Like Me
18
Episode 18. The Deal
19
Episode 19. The Truth
20
Episode 20. Jealous
21
Episode 21. I'm Sorry
22
Episode 22. You and I
23
Episode 23. Solar City
24
Episode 24. Is Not Good Bye
25
Episode 25. Fight
26
Episode 26. Assassins 1st Class
27
Episode 27. A STORY
28
Episode 28. I HATE SHRIMP
29
Episode 29. Night Club
30
Episode 30. Done All Wrong
31
Episode 31. The Reason
32
Episode 32. Golden Card
33
Episode 33. Spy Time
34
Episode 34. Vision
35
Episode 35. Evacuation
36
Episode 36. Escape
37
Episode 37. Monster Attack
38
Episode 38. The Darknest Side of Me
39
Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40
Episode 40. Terrible trip
41
Episode 41. Welcome To Moonlight
42
Episode 42. Pray
43
Episode 43. Why are They Here?
44
Episode 44. Impendence
45
Episode 45. Decision
46
Episode 46. JUNGLE
47
Episode 47. FORTRESS
48
Episode 48. DREAM
49
Episode 49. CRUSH
50
Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51
Episode 51. DEAD CITY
52
Episode 52. MEMORIES
53
Episode 53. I Hate You
54
Episode 54. Impatient Groom
55
Episode 55.Master Control Station (MCS)
56
Episode 56. Mask Man
57
Episode 57. Be A Guardian
58
Episode 58. Cloud
59
Episode 59. Leo’s Anger
60
Episode 60. Forgotten City
61
Episode 61. Friend?
62
Episode 62. Solar City Memories
63
Episode 63. Behind The Mask
64
Episode 64. Betrayer
65
Episode 65. The Stranger
66
Episode 66. Disappear
67
Episode 67. There’s No Cure
68
Episode 68. I’ll be fine
69
Episode 69. Find Hope
70
Episode 70. Make a Deal
71
Episode 71. The War Begins
72
Episode 72. This is the end
73
Episode 73. Good bye

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!