Episode 15. Coastal

Malam semakin larut saat dua mobil mulai memasuki pelataran sebuah kabin di kaki gunung. Udara dingin menusuk tulang. Hanya suara-suara binatang malam yang terdengar bersahutan. Satu persatu orang-orang yang berada di dalam mobil mulai turun. Mereka mengendap-endap memeriksa setiap sudut tempat itu memastikan keadaan aman. Dengan sedikit usaha, salah satu dari mereka berhasil mencongkel pintu kabin. Diikuti temannya yang lain mereka mulai memasuki kabin kosong itu.

Matthew dengan mudah membopong Selena yang masih tak sadarkan diri memasuki kabin tua itu, disusul Leo yang membawakan barang-barang mereka. Dalam dekapannya, Matthew dapat merasakan kegelisahan Selena. Dengan hati-hati ia menidurkan Selena pada salah satu kasur yang berada disalah satu kamar. Matthew memeriksa keadaan Selena memastikan gadis itu baik-baik saja. Cahaya lampu portable yang dibawa Leo cukup membantunya untuk melihat keadaan Selena.

“Bahkan dalam pengaruh obat tidur, dia masih bermimpi buruk,” gumam Matthew.

Leo yang mendengar gumaman Matthew ikut mendekat dan memperhatikan Selena. Gadis itu terlihat gelisah dalam tidurnya.

“Dia pernah cerita kalau dia pernah terjebak di waterpark Sinai saat wabah mulai meluas. Mungkin itu yang membuatnya mimpi buruk,” ucap Leo.

“Aku rasa lebih dari itu alasan dia bermimpi buruk. Hampir tiap malam dia tidur seperti itu,” terang Matthew. “Aku rasa dia mempunyai trauma di masa lalu.”

Mendengar kata Matthew, Leo tampak tertegun. Ia memang sering melihat Selena gelisah saat tidur terutama malam hari, hanya saat tidur di siang hari gadis itu terlihat pulas.

“Aku keluar dulu,” pamit Leo beranjak pergi, ia tidak bisa berhenti memikirkan Selena.

***

Selena terbangun dari tidurnya merasakan pening luar biasa di kepalanya. Ia mencoba bangun dan melihat sekelilingnya. Suasana masih gelap di luar dan di ruangan yang ia tempati, hanya mendapat cahaya temaram dari lampu portable. Selena terduduk di kasurnya, ia menyangga kepalanya dengan kedua tangannya. Kepalanya masih berdenyut-denyut akibat pengaruh obat bius yang diberikan Matthew kemarin.

“Tepat sekali kau bangun, sekarang giliran kau jaga,” kata seseorang yang berjalan mendekat

ke arahnya.

Selena dengan berat mendongakkan kepalanya untuk melihat orang itu. Wajahnya masam mengetahui Matthew di sana dengan cengiran di bibirnya.

“Peduli amat dengan berjaga,” geram Selena langsung merebahkan tubuhnya lagi tidak kuasa menahan denyutan dikepalanya.

Matthew tertawa terpingkal-pingkal mendengar gerutuan Selena, ia ikut merebahkan badannya di samping Selena.

“Apa yang kau lakukan?” protes Selena melihat Matthew di sampingnya.

“Istirahat tentunya,” jawab Matthew santai.

“Keluarlah,” kata Selena sambil melotot, ia masih marah dengan Matthew.

“Aku takut kau akan cemburu jika aku harus tidur dengan Sania,” goda Matthew.

Selena melemparkan sebuah bantal ke tubuh Matthew demi mendengar kata Matthew. Matthew tambah tertawa melihat Selena uring-uringan dan memilih tidur membelakanginya.

Dibelainya rambut Selena perlahan-lahan. Selena yang merasakan belaian Matthew menggeser kepalanya pada lengan Matthew.

“Aku akan membuat tanganmu kesemutan besok,” kata Selena kesal.

“Lakukan saja kalau kau bisa,” bisik Matthew di telinga Selena, ia membiarkan gadis itu tidur di lengannya.

Selena akhirnya kembali terlelap hingga matahari muncul menerangi ruangan tempatnya tidur dengan cahayanya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati ia masih tidur di lengan Matthew. Selena duduk di samping Matthew, tersenyum memandanginya. Dengan hati-hati Selena meraih zipper switer Matthew dan membukanya, ia ingat luka yang ditorehnya pada leher Matthew dan dia ingin melihatnya. Zipper itu baru terbuka sedikit saat Matthew menangkap tangan Selena membuat gadis itu terkejut.

“Lukaku sudah sembuh,” kata Matthew membuka matanya dengan cengiran di bibirnya. “Atau kau ingin yang lainnya?” tanyanya sambil menggenggam erat tangan Selena dan memaksanya membelai dadanya.

Muka Selena merah padam menahan malu karena digoda Matthew, segera dia menarik tangannya dan mendorong Matthew hingga jatuh berdebam di lantai.

“Rasakan!!!” kata Selena kesal, ia pergi meninggalkan Matthew yang mengerang kesakitan setelah tubuhnya menghantam lantai, meski begitu Selena masih bisa mendengar tawa Matthew yang menyebalkan.

Matthew tak bisa menahan tawanya melihat wajah Selena yang merah padam, dia sangat senang menggodanya. Dengan merangkak ia kembali duduk di atas kasur. Tangannya merasa kesemutan karena hampir semalaman dibuat bantal Selena, badannya juga sedikit sakit akibat jatuh dari kasur. Perlahan-lahan ia mengusap-usap lengannya untuk menghilangkan kesemutannya. Selena kembali masuk saat Matthew meregangkan tubuhnya, ia masih terlihat cemberut setelah digodanya.

Selena mengambil tasnya dan memeriksa lasergunnya yang telah kembali kedalam tasnya.

Matthew mengamati Selena sambil tersenyum geli.

“Hei, ganti bajumu,” pinta Matthew melihat Selena masih mengenakan baju yang terkena darah kemarin.

“Aku tidak punya baju ganti,” jawab Selena ketus.

Matthew meraih ranselnya dan mengambil sebuah baju untuk Selena. “Pakai ini,” katanya sambil menyerahkan bajunya.

Selena hanya melihatnya dan menggeleng menolak memakainya.

“Lepas bajumu dan ganti yang ini atau kau mau dikejar-kejar Ragen nanti,” desak Matthew.

Selena menimbang-nimbang kata Matthew, sebelum akhirnya mengambil baju yang diberikan Matthew. Ia berbalik membelakangi Matthew dan melepas bajunya. Matthew memandanginya sekilas, ia buru-buru mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Meski ia telah berkali-kali melihat Selena hanya terbalut tanktop dibagian atas, tetap saja ia memiliki keinginan untuk menyentuh gadis itu.

“Hahhh!!!” pekik Selena membuat Matthew yang sedang melamun menoleh kaget ke arahnya.

“Apa, ada apa?” Tanya Matthew bingung melihat Selena belum memakai bajunya.

“Ha…” Selena menatap Matthew, “tidak. Lukaku cepat sekali sembuhnya,” jelas Selena kembali memeriksa lukanya yang kini telah menutup, bahkan yang kemarin terbuka sekarang telah tertutup sempurna.

Matthew memperhatikan luka Selena dan bernapas lega, “itu karena kau banyak istirahat. Kalau kemarin kau tak berbuat anah-aneh lukamu sudah sembuh,” terangnya.

“Benarkah?” Tatap Selena menyelidik. “Seharusnya kau jadi dokterku sejak dulu,” lanjut

Selena sambil mulai memakai baju yang diberikan Matthew.

Matthew yang sudah tak tahan lagi melihat Selena, berjalan mendekatinya dan berdiri di belakang Selena. Tangannya ia lingkarkan melalui pinggangnya. Selena yang merasakan Matthew di belakangnya tersentak, degup jantungnya berirama cepat.

“Memangnya apa yang kau lakukan hingga butuh dokter sendiri?” bisik Matthew di telinga Selena, tangannya meraih kancing baju Selena dan mulai memasangkannya.

“Apa salahnya punya dokter sendiri,” jawab Selena setelah berhasil menguasai debaran jantungnya.

“He hem.” Matthew telah selesai dengan kancing Selena segera membalikkan badan Selena, membuat mereka berdiri berhadapan. “Kau cantik sekali,” kata Matthew menatap mata Selena.

Selena terbelalak mencoba mencerna kata-kata Matthew. Melihat Selena hanya diam, Matthew tersenyum geli disentilnya hidung Selena. “Tapi bohong,” kata Matthew membalikkan badannya, lari keluar kamar dengan tawa mengelegar.

“Matthew!!!” teriak Selena yang sudah tidak tahan lagi dipermainkan Matthew, meraih bantal dan melemparkan ke arah Matthew. Namun lemparannya meleset karena Matthew lebih cepat, menghilang di balik pintu kamar.

Dengan wajah yang masih kesal, Selena keluar dari kamar menghampiri teman-temannya yang berkumpul untuk sarapan. Selena masih melihat cengiran Matthew membuatnya tambah kesal. Ia memalingkan muka dari pria itu dan memilih duduk jauh-jauh darinya. Matthew yang melihat sikap Selena hanya bisa menahan tawa.

“Aku terkejut saat tahu kalian memilih tempat ini untuk bermalam,” kata Selena meraih sebungkus roti di depannya.

“Ya, karena kita sedang tersesat,” kata Ignis sambil melirik tajam Tony.

“Aku pikir, kau tahu tempat ini,” kata Selena terkejut.

“Kau tahu kita ada di mana? Karena GPSku tidak membantu sama sekali,” keluh Tony.

Selena mengangguk mengiyakan pertanyaan Tony membuat yang lain terlihat lega.

“Jadi kita sedang berada di mana?” Tanya Ignis menyelidik.

“Kita sedang di kabin tempat biasa para pemburu berkumpul. Semacam basecamp,” jelas Selena.

“Pemburu apa?” Tanya Tony mencondongkan badannya ke arah Selena.

“Pemburu singa gurun,” jawab Selena dengan cueknya membersihkan bajunya yang terkena remah roti.

Teman-temannya saling berpandangan mendengar jawaban Selena.

“Kau pernah ke sini?” Tanya Ignis lagi.

“Aku beberapa kali ke sini untuk liburan,” jawab Selena heran melihat teman-temannya menatapnya tak percaya mendengar jawabannya.

“Berburu?” Tanya Jimmy penasaran.

“Tentu saja berburu,” jawab Selena santai, hingga membuatnya mendapat hujanan tatapan mata dari teman-temannya yang tidak percaya mendengarnya dari tadi. Matthew yang dari tadi hanya terdiam mendengarkan mendecak kesal.

“Kau berburu singa gurun?” Tanya Tony menatapnya ngeri.

“Tidak. Aku lebih suka berburu elang.” Selena meraih album foto dibawah meja dan memperlihatkan isinya kepada teman-temannya.

Teman-temannya saling berebutan untuk melihat foto-foto yang berada di dalam buku album itu. Banyak foto pemburu di sana, ada yang beramai-ramai ada juga yang berfoto sendiri. Di antara foto-foto itu terlihat foto Selena dan beberapa pria menenteng elang di depan kabin. Teman-teman Selena hanya bisa saling berpandangan melihat foto itu.

“Leo. Kau menyukai cewek berbahaya,” bisik Tony di telinga Leo, membuatnya mendapat sodokan siku tangan Leo di perut.

Matthew yang melihat foto itu sedikit lega, setidaknya elang tidak seberbahaya singa gurun pikirnya. Tanpa ia ketahui berburu elang jauh lebih bahaya dari pada singa gurun, karena habitat elang berada di gunung batu yang terjal dan burung itu lebih agresif. Melihat manusia memasuki daerah teritorinya, elang bisa saja langsung menyerang dengan ganas.

“Baiklah, kalau begitu kau bisa membawa kami keluar dari sini kan?” pinta Ignis.

“Aku berencana membawa kalian ke rumah temanku terlebih dahulu. Kita butuh lebih banyak senjata dan aku juga memerlukan amunisi untuk lasergunku. Aku rasa kemarin aku menghabiskannya untuk merobohkan gedung itu.” Ucap Selena.

“Jauh?” Tanya Ignis.

“Nope. kalau kita segera berangkat, petang nanti kita sampai di rumahnya,” terang Selena.

“Baiklah kita segera berangkat sekarang,” kata Ignis menyetujui usul Selena.

Tak membutuhkan waktu lama, Ignis dan yang lainnya berkemas dan mulai melanjutkan perjalanannya.

“Leo, biar aku yang menyetir,” pinta Selena saat mereka mendekati mobil sportnya.

Matthew yang berjalan di belakang langsung merebut kunci mobil yang dikeluarkan Leo, membuat kedua orang itu terkejut dan menoleh ke arahnya.

“Tidak. Kau tidak boleh menyetir sekarang,” larang Matthew.

“Tapi aku yang tahu jalannya,” bantah Selena.

“Aku yang menyetir kau cukup memberi tahu arahnya.”

“Akan lebih mudah kalau aku yang melakukannya sendiri.”

“Dengar Selena, kau membuat umurku lebih pendek dua puluh tahun saat Ignis bilang kau yang menyetir kemarin. Jadi sekarang kau tak boleh menyetir mengerti!” marah Matthew.

Belum sempat Selena membantah kata-kata Matthew, Ignis melongokkan kepalanya keluar jendela memotong pertengkaran mereka.

“Hai bisakah kalian menyelesaikan konflik rumah tangganya nanti saja,” teriak Ignis.

Matthew dan Selena menoleh ke arah Ignis dan dengan kesal memasuki mobil mereka. Jimmy yang melihat dari mobil suv tertawa melihat tingkah mereka berdua.

“Mereka itu seperti kucing yang sedang birahi saja,” komentar Jimmy disambut tawa menggelegar Ignis dan Tony.

“Sayangnya Leo terlalu pasif,” gumam Ignis pada dirinya sendiri.

Ke dua mobil itu pun kembali meluncur menyusuri jalanan yang membelah padang tandus dan pegunungan itu. Meninggalkan kabin yang masih terlihat kokoh mendampingi gunung di atasnya.

Di dalam mobil Sport suasana begitu hening. Biasanya Matthew dan Selena yang mengusir keheningan, tetapi sekarang keduanya masih terlihat marah dan memutuskan saling mendiamkan satu sama lain. Austin hanya sesekali terdengar bergurau dengan Leo di bagian belakang selebihnya hanya keheningan.

Selena memandang keluar untuk mengobati rasa kesalnya. Dibukanya jendela pintunya untuk menikmati semilir angin. Rambutnya yang tergerai menari-nari mengikuti irama angin yang melewatinya. Melihat pegunungan yang berjajar dikejauhan membuat Selena teringat kenangan indah yang ia lewatkan bersama teman-temannya dulu. Berlomba-lomba menantang maut untuk memburu elang.

“Selena, kau bilang pernah berburu elang di sini. Di mana tepatnya tempat untuk berburu?”

Tanya Austin memecah keheningan.

“Di sana, dibarisan pegunungan itu,” jawab Selena menunjukkan tempat ia biasa berburu.

“Di sana?” Tanya Austin meyakinkan jawaban Selena.

“Iya.”

Matthew yang mendengarkan ikut mengedarkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Selena. Ia menyumpah kesal saat mengetahui tempat yang dimaksud Selena adalah sebuah gunung batu terjal dengan tebing-tebing yang curam.

“Sebenarnya seberapa sering kau menghabiskan hidupmu untuk melakukan hal yang berbahaya?” Tanya Matthew ketus.

“Sembilan dari sepuluh mungkin,” jawab Selena sekenanya.

“Jadi itu kenapa kau membutuhkan dokter pribadi?” Tanya Matthew sarkastik.

“Iya mungkin,” ucap Selena.

“Kalau aku bertemu denganmu dari dulu, aku takkan mau jadi dokter pribadimu. Yang akan aku lakukan adalah mengurungmu di rumah agar kau tidak melakukan hal bodoh yang bisa membunuhmu,” kata Matthew geram.

“Aku tidak melakukan hal yang bodoh, aku Cuma bersenang-senang,” terang selena.

“Bersenang-senang? Melakukan hal yang bisa membunuhmu kau sebut bersenang-senang?!” kata Matthew berang.

“Sebenarnya apa masalahmu?” Tanya Selena ketus.

Matthew hanya diam menahan amarah di dalam dirinya. Dicengkeramnya kemudi mobil itu erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih.

“Karena aku mencintaimu Selena. Aku tak ingin kehilanganmu, itulah masalahnya,” batin Matt.

Melihat tak ada tanggapan dari Matthew, Selena kembali memalingkan mukanya keluar jendela. Wajahnya masih terlihat cemberut karena pertengkaran kecilnya dengan Matthew.

Leo yang sedari tadi hanya menjadi pendengar, diam-diam mengamati Selena. Banyak tanya

yang ia simpan mengusik hatinya. Selena sangat sangat berbeda dengan gadis yang ia temui sepanjang hidupnya. Banyak hal yang membuatnya terkejut mengetahui sisi kehidupan Selena. Gadis itu benar-benar bertolak belakang darinya. Ia menjadi ingat perkataan ayahnya dulu sewaktu masih kecil, saat mengajaknya melihat para tentara elite kerajaan berlatih, “hanya orang yang suka menantang bahaya yang bisa melindungi dirinya dan orang lain dengan baik.”

Selama ini ia tidak memahami maksud perkataan ayahnya itu. Leo bukanlah orang yang suka

menghabiskan waktunya untuk berlatih fisik, ia cenderung menyukai hal-hal yang tidak menguras tenaganya misalnya seperti mengurusi perusahaan miliknya. Leo akan sangat senang bekerja di balik meja dan menghabiskan waktunya untuk memeriksa laporan ataupun pembukuan. Hanya sesekali ia berlatih pedang itu pun karena paksaan dari ayahnya.

Sekarang setelah pertemuannya dengan Selena barulah ia memahami maksud perkataan ayahnya. Beberapa kali Selena mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan nyawanya dan teman-temannya yang baru ia kenal beberapa hari. Menantang berbagai macam bahaya seolah-olah itu hanyalah hiburan semata. Dari balik matanya selalu terpancar kepuasan saat berhasil mengalahkan bahaya itu. Leo benar-benar sangat tertarik dengan Selena. Menyukainya, mengaguminya dan mungkin mencintainya.

Matahari hampir di atas kepala, jalanan yang hanya satu arah itu membuat Selena bungkam membiarkan Matthew mengemudi dalam kebisuan. Sesekali Selena mencuri pandang ke arah Matthew yang fokus menatap jalanan. Dihelanya napas panjang, ia menyandarkan tubuhnya menerawangkan ingatannya tentang kenangannya dulu. Apa yang biasa ia dan teman-temannya dulu lakukan saat melintasi jalanan sepi itu. Selena melirik sekali lagi ke arah Matthew yang sepertinya mengacuhkannya.

Perjalanan kini melewati tebing karang dikedua sisi jalan dengan beberapa pepohonan yang

menjorok memayungi jalanan. Dengan mencuri waktu Selena secepat kilat memencet tombol pembuka kap atas mobil hingga ia mendapat pelototan tajam Matthew yang menyadari aksinya.

“Tenanglah di sini aman,” kata Selena tak merasa berdosa. Direnggangkannya tubuhnya menikmati sedikit kebebasan udara di luar.

“Bagus ya,” komentar Selena gembira.

Matthew yang masih kesal membiarkan Selena berbuat sesukanya dan tak menghiraukan apa pun yang yang ia kerjakan, sampai sesuatu menimpa kepalanya dengan sempurna dan menggelinding jatuh ke bawah kakinya. Matthew menoleh ke arah Selena yang tengah memegang lasergunnya.

“Well, buah memang sering jatuh dari atas,” terang Selena dengan cengiran di bibirnya disertai tertawa cekikikan dari belakang.

Matthew melirik benda yang menggelinding di bawah kakinya. Sebuah buah berwarna orange yang sangat menggiurkan untuk dimakan.

“Leo, siap-siap tangkap,” teriak Selena sambil membidik salah satu buah yang berada di salah satu pohon yang melintang di atas jalanan.

Leo yang telah waspada pada akhirnya melindungi kepalanya melihat buah itu jatuh dalam jumlah yang banyak, hingga buah itu berjatuhan dibeberapa bagian tubuhnya dan sebagian yang lain menggelinding keluar mobil. Tawa berderai Selena dan Austin terdengar melihat kesengsaraan Leo.

“Ha..ha..ha…maaf aku hanya membidik satu, tapi kalau yang jatuh banyak bukan salahku,” ucap Selena sambil tertawa.

“Kau ini memang resek Selena,” kata Leo tersenyum masam melemparkan salah satu buah yang menimpanya tadi ke arah Selena.

Selena hanya tertawa senang melihatnya, ia mengambil buah yang dilemparkan Leo dan memakannya. Austin mengambil buah yang berserakan di lantai mobil dan mengumpulkannya.

“Selena, apa buah ini enak dimakan?” Tanya Austin penasaran.

Selena menoleh ke belakang, ke arah Austin.

“Ah lupakan,” kata Austin yang melihat Selena memakan buah itu. Ia pun langsung memakan buah yang di tangannya. Leo ikut mencicipi buah yang telah menimpanya tadi. Pantas saja Selena semangat sekali membidik buah-buahan itu karena rasanya sangat lezat.

“Hai…boleh aku minta buahnya,” teriak Tony yang tengah mengeluarkan separuh badannya dari jendela atas Suv.

“Buah ini enak sekali,” balas Leo sambil melemparkan beberapa buah ke dalam suv yang sekarang tengah melaju sejajar dengan mobil sportnya.

Melihat Matthew benar-benar tak menghiraukan apa pun sama sekali, Selena mengambil satu buah itu.

“Apa kau mau mencoba?” tawar Selena sambil memamerkan buah itu di depan mulut Matthew.

Matthew memandangi Selena dan buah itu bergantian, ia baru akan menggigit buah itu saat

Selena menjauhkannya dengan cepat.

“Tidak semudah itu,” goda Selena sambil tertawa senang ia berhasil mengerjai Matthew.

Matthew menndengus kesal melihat Selena berhasil mengerjainya. Ia pun meraih tangan Selena yang memegang buah itu dan mendekatkan dibibirnya untuk menggigit buah itu. Selena hanya membiarkan Matthew melakukannya, setidaknya pria itu sudah tidak semarah tadi.

“Leo bisakah kau bicara pada Ignis untuk berhenti sebentar nanti?” pinta Selena menoleh ke

Leo.

“Aku akan bicara padanya” jawab Leo.

“Kenapa kau tidak memintaku saja yang melakukannya?” Tanya Matthew menatap Selena.

“Karena kau pasti tak akan mau melakukannya,” jawab Selena.

“Kau ini…” dengus kesal Matthew.

“Ignis bilang kita bisa berhenti untuk istirahat,” lapor Leo pada Selena.

“Baiklah,” ucap Selena senang.

“Di mana kau ingin berhenti?” Tanya Matthew tak melepas wajah masamnya.

“Sebentar lagi, di depan sana,” tunjuk Selena.

Wajah Selena semakin berseri kala mobilnya melintasi jalanan yang berkelok dan semakin menurun. Setelah sebuah kelokan tajam di balik tebing karang barulah terlihat pemandangan hamparan pantai dengan pasir putih yang berkilauan. Pantai itu masih sama indahnya seperti saat terakhir Selena pergi ke sana. Selena meminta Matthew untuk berhenti di tepi jalan yang tak jauh dari bibir pantai.

Matthew baru saja memarkirkan mobilnya saat Selena melesat keluar tanpa repot-repot membuka pintu mobil, hingga membuat Matthew berteriak gusar. Namun Selena tak mempedulikannya dan berlari ke pantai dengan riangnya disusul Austin di belakangnya.

“Tenanglah, dia tidak akan kenapa-napa,” kata Leo menepuk pundak Matthew. Ia pun segera menyusul Selena bermain di pantai.

Matthew memandangi Selena yang tampak bahagia bermain-main, dihelanya napas panjang

untuk meredakan rasa cemasnya. Matthew memang benar-benar mencemaskan Selena setengah mati setiap detiknya. Cobalah untuk berhenti mencemaskan Selena maka ia akan mati.

Selena benar-benar bahagia setelah sekian lama tak menapakkan kakinya di pantai itu, tetapi pantai itu masih sama indahnya. Ia bermain dengan ceria bersama Austin dan Leo. Saling berkejaran terkadang jatuh karena terhempas ombak besar, ia menikmatinya tanpa mempedulikan keadannya yang telah basah kuyup. Selena juga melihat teman-temannya yang berada di suv telah ikut bergabung bersama mereka di pantai. Bercanda dan bermain layaknya anak-anak kecil.

“Sania hati-hati di atas karang itu. Banyak landak lautnya,” teriak Selena yang melihat Sania menaiki sebuah karang di bibir pantai.

Sania yang mendengar peringatan dari Selena menjadi panik dan melompat tepat ke arah Ignis membuat mereka berdua jatuh saling menindih. Melihat hal itu teman-temannya yang lain tertawa.

“Aku hanya bercanda,” imbuh Selena tertawa terbahak-bahak.

Sania segera berdiri dan mengejar Selena setelah sadar dirinya dikerjai Selena. Mereka berlari kejar-kejaran dan jatuh berguling di atas pasir sambil tertawa bersama. Sania menghadiahi Selena dengan gelitikan di perutnya sebagai balasan telah mengerjainya tadi.

Selena duduk di atas sebuah karang dan memandangi laut lepas setelah lelah bermain-main. Angin semilir menerpa wajahnya membuatnya tersenyum menikmati belaiannya. Leo yang melihatnya berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya, begitu dekat hingga lengan mereka saling bersentuhan.

“Pantai yang indah,” ucap Leo.

“Iya, biasanya aku ke sini untuk berselancar,” kata Selena.

“Berapa banyak tempat yang sudah kau kunjungi selama ini?” Tanya Leo.

“Banyak, sejak sekolah aku sering traveling. Sepeninggal orang tuaku aku lebih sering melakukannya,” jawab Selena.

“Dengan siapa kau pergi?”

“Teman-temanku. Tapi aku sudah lama tak bertemu mereka lagi.”

“Ke mana mereka??”

“Sibuk dengan urusannya masing-masing. Kami hanya bisa bertemu saat tahun baru, itu pun kalau tidak ada tugas yang harus dijalankan.”

Leo dan Selena bercengkerama di atas karang menikmati deburan ombak yang terkadang membelai kaki-kaki mereka. Sesekali terdengar tawa mereka. Leo memang tak seagresif Matthew dalam mendekati Selena, tapi ia selalu memanfaatkan dengan baik setiap detik kebersamaan mereka. Ia ingin benar-benar mengenal Selena terlebih dahulu.

“Oi… pacaran mulu. Ayo jalan,” teriak Ignis dari bibir pantai memanggil Leo dan Selena.

Leo dan Selena yang mendengar teriakan Ignis segera menoleh. Leo membantu Selena untuk berdiri dan berjalan berdua menuju mobil sport. Sesampainya dimobil, hanya Matthew yang terlihat tidak basah. Selena masih menyisakan celananya yang basah sama seperti yang lainnya. Matthew yang menyadari kehadiran Selena dan Leo hanya memperhatikan dari balik kemudi.

“Bersenang-senang huh,” komentar Matthew ketika Selena duduk di sampingnya.

Selena mengangguk tersenyum pada Matthew, hanya dia seorang yang tidak terlihat di pantai tadi.

“Kemarikan tanganmu,” pinta Matthew.

“Apa?” Tanya Selena tidak paham.

Matthew meraih tangan Selena alih-alih menjawabnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik kantong jaketnya dan memakaikannya di tangan Selena. Selena masih tertegun melihat Matthew melingkarkan sebuah gelang di tangannya, gelang yang terbuat dari tali biasa dengan bintang laut mungil sebagai hiasannya.

Matthew melihat senyum sumringah melihat hasil karyanya itu. “Apa kita baikan sekarang?” tanyanya.

“Tentu,” jawab Selena tersenyum bahagia.

Matthew menjalankan mobilnya dengan senyuman yang telah kembali menghiasi bibirnya. Saat Selena bermain di pantai tadi, ia bisa melihat kebahagiaan yang terpancar di mata gadis itu. Selena memang sering tersenyum kadang tertawa bersama, namun baru kali ini ia benar-benar merasakan kebahagiaan melupakan kesedihannya dan itu yang membuat Matthew sadar akan sikap protektifnya.

--- TBC ---

Terpopuler

Comments

Ninin

Ninin

Cinta segitiga nih 🤭

2021-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. Chaos
2 Episode 2. New Friend
3 Episode 3. Another Time Another Place
4 Episode 4. When they meet
5 Episode 5. Gedung Solbeck
6 Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7 Episode 7. STUCK WITH YOU
8 Episode 8. Time To Go
9 Episode 9. Tragedy
10 Episode 10. SOUND OF DEAD
11 Episode 11. CRISIS CORE
12 Episode 12. WELCOME BACK
13 Episode 13. We Start the Journey Again
14 Episode 14. Lost
15 Episode 15. Coastal
16 Episode 16. COME BACK HOME
17 Episode 17. Soul Like Me
18 Episode 18. The Deal
19 Episode 19. The Truth
20 Episode 20. Jealous
21 Episode 21. I'm Sorry
22 Episode 22. You and I
23 Episode 23. Solar City
24 Episode 24. Is Not Good Bye
25 Episode 25. Fight
26 Episode 26. Assassins 1st Class
27 Episode 27. A STORY
28 Episode 28. I HATE SHRIMP
29 Episode 29. Night Club
30 Episode 30. Done All Wrong
31 Episode 31. The Reason
32 Episode 32. Golden Card
33 Episode 33. Spy Time
34 Episode 34. Vision
35 Episode 35. Evacuation
36 Episode 36. Escape
37 Episode 37. Monster Attack
38 Episode 38. The Darknest Side of Me
39 Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40 Episode 40. Terrible trip
41 Episode 41. Welcome To Moonlight
42 Episode 42. Pray
43 Episode 43. Why are They Here?
44 Episode 44. Impendence
45 Episode 45. Decision
46 Episode 46. JUNGLE
47 Episode 47. FORTRESS
48 Episode 48. DREAM
49 Episode 49. CRUSH
50 Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51 Episode 51. DEAD CITY
52 Episode 52. MEMORIES
53 Episode 53. I Hate You
54 Episode 54. Impatient Groom
55 Episode 55.Master Control Station (MCS)
56 Episode 56. Mask Man
57 Episode 57. Be A Guardian
58 Episode 58. Cloud
59 Episode 59. Leo’s Anger
60 Episode 60. Forgotten City
61 Episode 61. Friend?
62 Episode 62. Solar City Memories
63 Episode 63. Behind The Mask
64 Episode 64. Betrayer
65 Episode 65. The Stranger
66 Episode 66. Disappear
67 Episode 67. There’s No Cure
68 Episode 68. I’ll be fine
69 Episode 69. Find Hope
70 Episode 70. Make a Deal
71 Episode 71. The War Begins
72 Episode 72. This is the end
73 Episode 73. Good bye
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Episode 1. Chaos
2
Episode 2. New Friend
3
Episode 3. Another Time Another Place
4
Episode 4. When they meet
5
Episode 5. Gedung Solbeck
6
Episode 6. WHEN THE JOURNEY BEGIN
7
Episode 7. STUCK WITH YOU
8
Episode 8. Time To Go
9
Episode 9. Tragedy
10
Episode 10. SOUND OF DEAD
11
Episode 11. CRISIS CORE
12
Episode 12. WELCOME BACK
13
Episode 13. We Start the Journey Again
14
Episode 14. Lost
15
Episode 15. Coastal
16
Episode 16. COME BACK HOME
17
Episode 17. Soul Like Me
18
Episode 18. The Deal
19
Episode 19. The Truth
20
Episode 20. Jealous
21
Episode 21. I'm Sorry
22
Episode 22. You and I
23
Episode 23. Solar City
24
Episode 24. Is Not Good Bye
25
Episode 25. Fight
26
Episode 26. Assassins 1st Class
27
Episode 27. A STORY
28
Episode 28. I HATE SHRIMP
29
Episode 29. Night Club
30
Episode 30. Done All Wrong
31
Episode 31. The Reason
32
Episode 32. Golden Card
33
Episode 33. Spy Time
34
Episode 34. Vision
35
Episode 35. Evacuation
36
Episode 36. Escape
37
Episode 37. Monster Attack
38
Episode 38. The Darknest Side of Me
39
Episode 39. The Truth Beneath The Rose
40
Episode 40. Terrible trip
41
Episode 41. Welcome To Moonlight
42
Episode 42. Pray
43
Episode 43. Why are They Here?
44
Episode 44. Impendence
45
Episode 45. Decision
46
Episode 46. JUNGLE
47
Episode 47. FORTRESS
48
Episode 48. DREAM
49
Episode 49. CRUSH
50
Episode 50. PEOPLE FROM OUT SIDE
51
Episode 51. DEAD CITY
52
Episode 52. MEMORIES
53
Episode 53. I Hate You
54
Episode 54. Impatient Groom
55
Episode 55.Master Control Station (MCS)
56
Episode 56. Mask Man
57
Episode 57. Be A Guardian
58
Episode 58. Cloud
59
Episode 59. Leo’s Anger
60
Episode 60. Forgotten City
61
Episode 61. Friend?
62
Episode 62. Solar City Memories
63
Episode 63. Behind The Mask
64
Episode 64. Betrayer
65
Episode 65. The Stranger
66
Episode 66. Disappear
67
Episode 67. There’s No Cure
68
Episode 68. I’ll be fine
69
Episode 69. Find Hope
70
Episode 70. Make a Deal
71
Episode 71. The War Begins
72
Episode 72. This is the end
73
Episode 73. Good bye

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!