Lannox langsung, menaiki punggung Zion. Dan Zion, melompat dengan cepat memasuki portal tersebut. untuk menyusul penculikan sang Putri, setelah mereka berhasil memasukinya, portalpun kembali tertutup.
Zion yang merasa lega, pun bergumam. "Untunglah, kita sempat mengikuti portalnya."
Lannox yang baru pertama kali memasuki tempat tersebut, kembali berujar. "dimana ini..? kenapa gelap sekali..!" tanya Lannox yang tampak bingung.
mendengar pertanyaan Masternya, Zion berseringai. "Tenanglah bocah, sekarang kita sedang berada di dalam bayangan. Dan tidak akan ada yang tau, keberadaan kita saat ini." mendengar itu, Lannox pun Diam.
.
.
Sementara itu, di menara tertinggi. seorang pria tampan bertubuh tinggi, berambut hitam pendek, dengan poni miliknya. Kini sedang menggendong seorang anak kecil, yang sedang tertidur, dalam rangkulannya, dengan gaya bridal.
Ia merasa senang setelah berhasil membawa Ravella, ia menatap Ravella sembari tersenyum. dan berujar dalam hati. 'mulai sekarang, kau harus tinggal disini bersamaku.'
Dia adalah pemilik menara sihir, sekaligus Ketua Para Penyihir. dia sudah mengetahui, tentang anak dalam ramalan tersebut. Karena itu ia gerak cepat untuk mendapatkannya.
'Dan sekarang, anak ini.. Sudah ada bersamaku, dia akan menjadi milikku.'
.
.
Di sisi lain... Zion dan lannox yang berada dalam bayangan, dan terus mencari keberadaan Putrinya.
"Aku baru tau, kalau dunia bayangan itu, bentunya seperti ini" ujarnya
Zion sedang fokus mendeteksi keberadaan Ravella, merasa terganggu dengan Masternya. "lupakan dulu soal itu, sekarang lebih baik kita fokus mencari Putrimu."
"Mendengar jawaban Zion, dengan entengnya Duke menjawab. "kalau itu, aku juga tahu. mmm.. bagaimana kalau kita berpencar saja! Dengan begitu, putriku akan cepat ditemukan!" ujanya menyarankan.
Tanpa pikir panjang, Zion menerima saran tersebut. ""ide bagus, baiklah kalau begitu kita akan berpencar disini. berhati - hatilah nak!" ujarnya langsung pergi.
Lannox menjawab sambil berseringai. "Hmm kau juga Zion."
Lannoxpun pergi ke arah lain, sementara di Mansion telah terjadi kehebohan. Para Prajurit tanpak sedang panik
"Bagaimana ini..? Yang Putri menghilang, Yang Mulia kini sedang pergi mengejar sang penculik tersebut. dan masih belum kembali hingga sekarang." ujar salah satu kesatria.
Seisi kastil mulai di landa kepanikan, para prajurid pun langsung memperketat penjagaan, setelah kejadian barusan.
'Ini sangat aneh, bagaimana bisa sihir penghalang yang di pasang oleh Yang Mulia, bisa di tembus dengan sangat mudahnya!?' pikir Perro "siapa sebenarnya orang itu..?"
Dante yang tidak kalah herannya berujar. "Entahlah perro, aku pun tidak tau. Untuk sementara kita hanya bisa menunggu, semoga Yang Mulia dan Yang Mulia Putri, cepat kembali."
Yang lainpun ikut terdiam, setelah mendengar perkataan Dante.
Daka yang sejak tadi hanya diam, kini mengeluarkan suara. "Sekarang, lebih baik kita fokus saja. Untuk menjaga Mansion ini.. sampai Yang Mulia kembali."
Rauf pun setuju dengan ucpan Daka. "Kau benar Daka."
Sedangkan Doka hanya mengangguk setuju. Di tempat lain, dia yang sedang duduk di atas singgasana miliknya. hanya beseringai, melihat perbuatan sang penyihir. dan terus memantau, dari tempat yang tidak diketahui.
"Hmm haruskah aku turun tangan..!! Tapi untuk sekarang lebih baik aku awasi saja dulu." ujarnya yang hanya memantau.
...
Raffael yang merasa heran, mulai bingung melihat Ravella yang masih belum juga sadar.
"Kenapa anak ini, masih belum bangun..!? apakah dia sedang sakit..? pria itu memegang kening Ravella, yang sedang terbaring kaku.
Dan tiba-tiba, "booom.." terdengar suara ledakan, dari luar menara.
"apa itu?"
Pria itu pun berlari.. keluar saat mendengar suara ledakan.
"Pasti ada penyusup, Daskal.. cepat periksa. Dan bunuh saja siapapun yang terlihat mencurigakan." perintahnya kesal.
Daskal menjawab dengan patuh. "Baik Baginda, Daskal pun menghilang dalam portal.
"Bussshhh" kini.. serangan datang lagi, kali ini langsung mengguncang kastil sang Penyihir.
Zion yang merasa menyesal membiarkan Duke pergi seorang diri, mengumpat dalam hati. "Cih dasar bocah sinting, katanya ingin berpencar mencari Putrinya. tapi, apakah ini yang dia sebut dengan mencari..! Sudah tau kita ditempat musuh, Bukannya melakukan secara diam-diam, tapi malah membuat kekacauan dan menyerang secara terang-terangan, Dasar bocah pembawa masalah. Sudah terlanjur begini, sebaiknya aku memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari keberadaan Dewi.' pikirnya.
.
.
.
Lannox menyerang lagi.. kali ini, dengan serangan yang lebih kuat dari sebelumnya. "Boommmm... Bwussshhh.." seluruh menara bergetar karena serangan darinya.
Daskal tampak geram. "Ledakan yang sangat besar, dasar kurang ajar.. beraninya dia memasuki menara ini."
Lannox yang sudah berada di depan Kastil, berteriak lantang.
"Suruh pemimpinmu keluar, kalau tidak, aku akan menghancurkan menara ini."
Melihat keberanian Lannox, Daskal kembali bergumam lalu menyerang. "Lancang sekali.. bussshhh"
Daskal langsung menyerang Lannox, dengan tongkat sihirnya. Lannox dengan cekatan menghindar serangan tersebut ,lalu menghilang dalam sekejap.
Daskal kehilangan sosok ya dan mulai mencari keberadaan Lannox. "Kemana dia..? apakah dia terkena seranganku? Pikirnya masih ragu.
Lannox langsung muncul di belakang Dan berbisik pada Daskal. "Kau lengah, aku disini."
Bisik Lannox, "chussss" darah mengucur, dari leher Daskal. Lannox menebas leher Daskal, dengan cepat, tanpa Daskal sempat menoleh.
"I-ini tidak mungkin..!" ujar Penyihir berambut hitam itu, tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya..
'Bagaimana bisa, Daskal mati segampang itu.. ternyata dia memang bukan musuh yang mudah.' pikirnya
Pria berambut hitam sekelam malam, terus menatap wajah Ravella. Dan bergumam pelan.
"Maaf Putri, jika ini terus berlanjut, aku terpaksa harus membunuh Ayahmu."
Ujar Raffael sembari menyipitkan matanya. Lannox terus mengamuk, untuk memancing Raffael agar keluar dari persembunyiannya.
Lannox terus menunggu dan bebricara lagi... Memancing Raffael. "Jika kau tidak keluar, aku akan hancurkan Kastil ini. bruuukkk!!!!"
tembok kastil runtuh seketika, karena serangan Lannox.
Zion, tampak cemas. "Cih dasar anak itu, merepotkan saja. Apa dia sudah lupa, Putrinya ada di dalam, dasar bocah bodoh. lupakan dulu tentang anak itu, sekarang lebih baik aku cari Dewi.. whusss."
Zion menyelam kedalam bayangan.. sementara Putri yang sedang tertidur, tengah asik dibuai mimpi.
"Lenapa gelap sekali.. dimana ini..?" ujarnya nampak bingung.
"Ravella.. kesini nak." panggil suara itu lembut.
Ravella mencari keberadaan suara tersebut."Eh, suara siapa itu!! 'aku melihat setitik cahaya terang, suara lembut itu terusss memanggil namaku.'
"Ravella.. kesini nak." serunya.
'Cahaya itu semakin membesar, dan kulihat wanita berparas cantik, berambut ungu terang, sedang mengulurkan tangannya kepadaku. sambil memanggil namaku...'
"Kemarilah sayang." ajaknya.
'Aku masih ragu-ragu, ingin meraih tangan itu atau tidak. tapi, tetap kuraih juga tangan itu.' "a..anda si..siapa?" 'dia tersenyum lembut kepadaku.'
"Aku ibumu ravella." ujanya sambil tersenyum.
Ravella sontak saja kaget. "Ibu.. bukankah Ibuku sudah lama mati..? La-lalu, ba-bagaimana bisa anda mengaku sebagai Ibuku?" tanyanya heran.
"Putriku, sekarang kita berada di bawah alam sadarmu. Ibu datang kemari untuk memberitahukanmu, dengarkan baik-baik, Nak. Ayahmu sekarang sedang dalam bahaya, musuh yang ia hadapi bukanlah orang sembarangan. kau harus cepat mencegah, kebodohan Ayahmu, Nak. Lannox terlalu dibawa emosi, karena kehilanganmu. hingga membuat dia tidak sadar, jika itu juga membahayakan dirimu, lihatlah." ujarnya menunjukkan apa yang sedang terjadi.
Ravella masih belum mengerti. "A-apa maksudnya?"
Arabella memperlihatkan kemarahan Lannox, yang tak dapat di redam lagi.
"Lihatlah Nak, betapa murkanya Ayahmu. hingga dia tidak sadar, bahaya yang sedang mendekatinya.. Anakku, dengarkan Ibu..!"
Arabella memegang bahu Ravella, dan menatapnya lembut.
"Hanya kau yang bisa menghentikan Ayahmu, Nak, selamatkan Ayahmu. Ibu juga sudah tau, kekuatan yang telah kau miliki. ingat sayang, jangan pernah kau tunjukkan kekuatanmu itu kepada siapapun kecuali ayahmu. karena dia berhak untuk tau, agar bisa melindungi keberadaanmu kelak.
Dan, ketahuannya akan kekuatan yang kau miliki, bisa merubah nasibmu, Nak. kelak, akan datang seorang anak yang berniat memusnahkan Ayahmu, beserta keturunannya, serta merebut kekuasaan Ayahmu, dengan memanfaatkan simpati dari Ayahmu. dengar sayang, Ibu yakin, kalian berdua pasti bisa melewatinya." ujarnya mengingatkan Ravella.
Arabella lalu meraih tangan Putrinya, dan memberikan sesuatu.
"Ambillah ini sayang, Ini adalah hafiah dariku, untuk kalian berdua." ujarnya.
Ravella melihat pemberian Arabella dan bertanya "Apa ini, ibu?"
"Ini adalah Permata Darah, yang terbuat dari Jantung Para Pewa yang telah mati. Permata ini akan saling terhubung, dan, akan saling melindungi pemiliknya jika terjadi bahaya. Putriku Ravella, cepatlah kau bangun Nak. dan hentikan kebodohan Ayahmu, dan sampaikan pada Ayahmu, jika Ibu juga mencintainya."
Ravella menatap Ibunya dan.. 'tak terasa, airmataku jatuh membasahi kedua pipiku. aku pun langsung memeluk Ibu dengan erat.' Apakah kita bisa bertemu lagi..? kulihat ibu tersenyum mendengarnya, sambil berkata.'
"Serulah nama Ibu tiga kali, sebelum kau tidur. jika Dewa mengizinkan, Ibu akan datang ke dalam mimpimu, Nak." ujarnya
Ravella mengangguk dan kembali bergumam. "Baik Bu.. akan aku ingat pesan Ibu. 'kemudian, ibupun menghilang di telan cahaya. dan aku pun, langsung tersadar dari tidurku.
Auw.. kepalaku rasanya sakit sekali. dimana ini..!? ah, iya Ayah, aku harus segera menyelamatkan Pak Tua itu. 'aku pun bergegas berlari mendekati jendela menara, kulihat Ayah sedang bertarung hebat, Dengan seorang Pria.' Wow.. dia Tampan, siapa pria berambut hitam itu..? 'astaga Ravella, dalam keadaan situasi genting seperti ini.. Bisa-bisanya aku memuji musuh.
lupakan dulu soal pria itu sekarang. sebaiknya, aku harus segera menghentikan Ayah. Sebaiknya aku memanggilnya..' "Kakek Saga..!" 'Dan saat mendengar namanya di panggil, Naga itupun langsung keluar. ia keluar dari cahaya hijau, yang entah darimana asalnya.?' pikirnya memerhatikan.
Saga pun muncul dan menyapa hormat saya Sang Dewi.
"Hormat hamba Dewi.. Apa yang harus saya lakukan?" ujarnya yang tampak sudah tidak sabar menunggu perintah.
"Wow kau besar sekali kek..!" gumamnya takjub.
Saga pun melanjutkan. "Ini adalah wujud asli saya ,Dewi.
Ravella tampak sedang berpikir. "Hmm.. bisakah kau kecilkan sedikit tubuhmu itu Kek?" pintanya.
Saga pun mengangguk setuju. "Baiklah, dengan senang hati."
Ravella bergumam dalam hati. 'Tubuh besar itupun, perlahan berubah mengecil.' "Baiklah itu sudah cukup, sekarang bantu aku menyelamatkan Ayah. Beliau sedang dalam bahaya, ayo kita kebawah, Kek! menara ini terlalu tinggi, butuh waktu lama bagiku jika harus turun melalui tangga. Untunglah ada Kek Saga." jelasnya.
Mengerti maksud Ravella, Saga pun segera mempersilahkan Ravella naik ke punggungnya. "Baik, silahkan naik Dewi."
Ia tampak senang, dan bergumam dalam hati sambil memamerkan pada temannya. 'Hah.. senang sekali rasanya, aku bisa menerima tugas pertamaku. hiiy.. hiiyy.. Teman-teman, kalian jangan iri ya... denganku.' Ledeknya pada yang lain.
Saga bertelepati dengan Kawan-Kawan, mendengar ovehan Saga.. yang terdengar pamer, membuat yang lainnya kesal dan berbicara sesama mereka.
Gira pun ikut mengoceh. "Cih bocah itu.. beruntung sekali dia." ucap Gira kesal. Saga pun mulai mengepakkan sayapnya, dan mengingatkan Ravella. "Pegangan yang kuat Dewi, kita akan segera meluncur."
"Baik Kek."
Ravella memeluk erat saga.
"Huup bwuuusssss" Saga pun langsung meluncur
Kristal hijau berbentuk runcing dan tajam, langsung mengarak ke Raffael. lantas, Saga pun menyemburkan Api Hijau kearah Raffael melalui udara. Raffael yang menyadari serangan itu pun, segera menghindar.
Lannox yang melihat wujud Naga, tersebut! tampak terkejut dan spontan bergumam. "Astaga, apa aku tidak salah lihat...!"
Ravella yang telah melihat Ayahnya dengan cepat berteriak. "Ayah...... hentikan."
Teriak Ravella kepada Ayahnya.. Ravella dan Saga pun mendarat, dan langsung turun dari punggung Saga. Dan berlari ke arah Lannox.
"Ravel... kaukah itu..?" ujarnya seajan tak percaya dengan apa di lihatnya.
Sosok otupun berbicara dengan percaya diri. " Iya, ini aku Ayah."
Lannox yang khawatir setengah mati, langsung memeluk erat Putrinya.
"Syukurlah kau selamat, Putriku." ucapnya lega.
"Ayah, simpan dulu rasa harumu untuk nanti. sekarang, kita harus bergegas pergi dari tempat ini. Pria itu sangatlah kuat, dia bukan tandinganmu, Ayah." ujarnya.
Ia mwngernyit, Lannox merasa heran dengan ucapan Putrinya. "Apa, bagaimana kau tahu soal itu..?"
"Sudahlah, ayo cepat ikut saja, nanti ravel akan jelaskan setelah kita tiba di Mansion." ujarnya mengabaikan pertanyaan Ayahnya.
Ravella megenggam tangan Ayahnya yang jauh lebih besar dari tangannya, lalu ia menariknya untuk segera pergi. Dan Saga membuat tembok tinggi, agar Raffael tidak bisa melewati dan mengejar mereka.
"Dinding ini kuat sekali, bahkan aku saja tidak bisa menembusnya." ujarnya setelah mencoba menghancurkan Tembok tersebut.
"Cih, tentu saja tidak bisa. Levelmu masih terlalu rendah untuk menembusnya bocah. "ucap Saga bangga.
Dan sebelum pergi.. Ravella menyampaikan rasa terima kasihnya, kepada Saga, yang telah membantunya. Serta di saksikan oleh Lannox, yang masih belum percaya, dengan pemandangan tersebut.'
"Kakek, terima kasih atas bantuanmu. Kau boleh pergi sekarang."
"Jangan sungkan Dewi, panggil saja jika kau membutuhkanku. saya pamit dulu." ujarnya segera menghilang.
"Hhmm.." jawabnya mengangguk.
"Ravella a-apa yang sebenarnya terjadi..? Bagaimana bisa kau datang dengan seekor Naga?" ujarnya penasaran.
"Nanti akan Ravella ceritakan. sekarang, kita harus segera pulang. bukannya Ayah bersama Kakek Zion..! Lalu dimana dia..?" ujarnya celingak-celinguk sambil mencari keberadaan Zion.
"O..ow aku hampir saja melupakan Pak Tua Itu, Zion.. keluarlah."
Zion masih belum muncul, menampakan diri.
Melihat Zion masih belum muncul, Lannox kembali memanggilnya. "Kemana dia..? Zion.. keluarlah."
Beberapa saat kemudian, Zion pun muncul dan keluar dari bayangan dirinya.
"Ada apa kau memanggilku..!? aku masih belum menemukan Put.., eh Dewi.. anda selamat?" ujarnya, yang tak kalah terkejutnya seperti Lannox.
"Halo Kek, salam kenal. kau mirip sekali dengan Kakek Zaku!" ujarnya ambigu.
Lannox semakin bingung, dan tak mengerti, dengan apa yang dibicarakan Ravella kepada Zion.
"Putriku..., apa yang kau bicarakan? ba.."
"Simpan dulu rasa penasaran kalian berdua, sekarang ayo kita pulang." ucapnya menyela Sang Ayah.
"Pulang.. bagaimana caranya? Sedangkan portalnya saja, hanya bisa di buka dengan pria itu!" ujar Zion, bingung dengan jawaban Ravella. Ravella hanya tersenyum melihat reaksinya.
"Hem.. Mata Ketiga terbukalah." ia pun langsung menyentuh keningnya. Dan keluar cahaya yang menyilaukan dari kening Ravella.. lantas cahaya itupun semakin membesar, dan membentuk sebuah portal bulat. Lannox dan Zion saling menatap. Seolah masih belum percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.
"Ayo Ayah, Kek!" ujarnya masuk lebih dulu dan di ikuti ke duanya. Ketiganya memasuki cahaya itu, lalu portal itupun tertutup kembali.
.
.
Raffael yang sejak tadi, sedang berusaha menghancurkan tembok tersebut, tampak sangat dongkol.
"Arrhh Siaaal, padahal aku sudah hampir membunuhnya." keluhnya.
Tak lama setelah mereka pergi, tembok penghalang yang nengurung dirinya.. akhirnya, berhasil dihancurkan.
"Tebal sekali tembok ini..? oh iya, anak itu.. Sialan, gara-gara melihat Daskal bertarung dengan Lannox, aku sampai lengah." pikirnya yang segera kembali ke menara.
Raffael bergegas menghilang.. dan dalam sekejap, sudah berada didalam Menara.
"Aaarrrggghhh.. siiaaaal, benar-benar siaaal, ini semua karena si pengganggu Duke sialan. kalau saja dia tidak datang mengacau! semua ini tidak akan terjadi. Awas saja kau Lannox, akan aku buat kau merasa arti kehilangan yang sesungguhnya." ucapnya penuh dendam.
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa like, vote, n komen kalian. 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments