Hari ini Lannox akan berangkat kemedan tempur, untuk membasmi para monster.
"Yang Mulia, semua persiapan telah selesai."
"Bagus. Kita akan berangkat saat Putriku tertidur. Karena aku tidak ingin Putriku khwatir."
"Siap Yang Mulia."
***
"Ravel makan yang banyak Nak, Ayah tidak suka melihatmu terlalu kurus."
"Hmm apakah hari ini Ayah akan pergi?"
"Ya.. Jangan khawatir, ini sudah biasa terjadi. Kau cukup jadi Anak yang baik, selama Ayah tidak ada" ujar Lannox.
"Baiklah."
"Ravel kemarilah." Lannox merentangkan kedua tangannya.. Ravella datang mendekati sang Ayah, dan mengalungkan kedua tangannya. Lannox merangkul Putrinya dan menggendongnya.
"Putriku, jangan khawatir, Ayah akan kembali secepatnya. Selama Ayah pergi, kau harus menggantikan posisi Ayah untuk menjaga Mansion ini. Ravel, kau adalah Putriku, ingat jangan pernah menunjukkan kelemahanmu kepada siapapun. Karena disaat kau menunjukan kerapuhanmu, disitulah musuhmu akan menunjukkan taringnya. Kau boleh menangis tetapi hanya dihadapan Ayah.. mengerti?"
Ravella keheranan, "Kenapa harus dihadapan Ayah?"
"Karena aku adalah Ayahmu, hanya aku yang boleh mengetahui kelemahanmu. dan akan kuhancurkan siapapun yang berani membuat Putriku menangis."
Ravel hanya tersenyum. "Ayah sudah cukup menghibur Ravel."
"Baiklah Nak, sekarang waktunya tidur."
Lannox terus mengusap punggung mungil Putrinya, agar cepat tertidur. Dalam pelukan sang Duke, Ravel akhirnya menjemput mimpi indahnya. Lannoxpun bangun dari Ranjangnya, setelah menidurkan Ravella, ia mengecup kepala Sang Putri tunggalnya itu. Kemudian dia memanggil kesatria bayangan miliknya.
"Doka, Rauf, Daka, Perro".
"Ya.. Yang Mulia."
Wusshhh.. wusshhh.. muncullah sosok hitam diantara kegelapan malam. Lannox memanggil keempat prajurit bayangan.
"Kalian jaga Putriku, dan ambil kristal mana ini. Cukup kalian nyalakan dengan Aura.. maka kristalnya akan menyala dan akan terhubung denganku. Laporkan jika terjadi hal yang tidak diinginkan"
"Siap Yang Mulia."
"Zion mari berangkat." Zion hanya menjawab dengan mendengus. Lannox membuka dinding portal, tak lupa sebelum pergi, ia memasang kristal mana di seluruh kediaman agar jika ada monster, Mansion ini tetap aman. karena sudah dilapisi dinding sihir.
Sementara dibawah alam sadar, gadis itu terus memperhatikan kepergian Ayahnya yang terlihat dingin, namun hati Lannox benar-benar dipenuhi keresahan karna akan meninggalkan Putri tercintanya. Semua cara dilakukan demi keamanan Sang Putri.
"Dewi, tidak perlu khawatir. Ayah Dewi akan baik baik saja. Ujar Jura menenangkan Sang Dewi."
Ravella tahu Ayahnya akan baik-baik saja. Namun ini yang pertama baginya melepas kepergian sang Ayah tercinta, selama dia hidup didunia ini. Sedangkan dikehidupan sebelumnya.. tidak pernah ia mengkhawatirkan siapapun, selain tugas kantor yang menumpuk.
'Aku senang tapi juga tidak mahu berharap banyak, dan jika kelak Grasia muncul, aku akan pergi. Untuk sekarang aku harus menciptakan banyak kenangan indah untuk Ayahku, menghabiskan banyak waktu dimana dulu Ravella yang asli tidak mendapatkannya.
Oh iya, ngomongin Ravella, aku benar-benar lupa menyampaikan pesan Ravella untuk Ayahnya.
Dan sekarang.. aku harus fokus latihan sebanyak mungkin. Agar kelak tidak canggung saat berhadapan dengan para monster.'
"Putri, mari pergi Kezona mana. Disana anda bebas berlatih, tanpa perlu khawatir menghancurkan benda apapun." ujar Zaku. Ravel telah tahu dan berteman dengan keenam Spirit Kuno.
Flashback......
Saat Ravella sedang berada dibawah alam sadarnya,
"Cahaya apa ini?"
tampak cahaya menyilaukan, memenuhi tempat itu.
"Salam hormat kami untuk Dewi suci.."
Tampak kenam Spirit sedang memberi hormat kepada Ravella, yang bahkan membuatnya terkejut dan takut.
"Si..si..siapa kalian?"
"Perkenalkan, kami adalah Raja Spirit, yang mengikat kontrak dengan Dewi dari segala Dewi. Dan kami datang kemari atas perintah Sang Dewi sendiri." Ucap Tama.
"Aku? Kapan aku memanggil kalian...?" Tanya Ravella bingung.
"Tepat saat bulan purnama mencapai bentuk sempurna, dan saat ozon bumi mulai melemah. Kamipun terpanggil, dan kita sudah membuat kontrak.
Kami telah mengucap sumpah untuk melindungi Yang Mulia Dewi dengan segenap kekuatan kami dan jiwa kami. Dan izinkan kami memperkenalkan diri.. Dewi."
"Saya Tama, Raja Rubah Jingga".
"Saya Jura, Raja Naga Hitam."
"Saya Gira, Raja Ular Biru."
"Saya Saga, Raja Naga Giok."
"Saya Roya, Raja Elang Merah."
"Saya Zaku, Raja Singa Putih.. dan masih ada lagi Dewi."
"Huhh masih ada satu lagi...!"
Saga melanjutkan. "Cuma Beliau tidak tahu ada dimana sekarang. Beliau sering datang dan pergi sesuka hati, dan sangat sulit untuk dijumpai, jika bukan atas kemauannya sendiri. Jadi kami tidak tahu ada dimana Beliau sekarang..! Maafkan kami d
Dewi".
"Ya sudahlah, tapi apa benar wujud kalian sebesar ini..?"
"Haha ini masih kecil Dewi. Wujud kami yang sebenarnya jauh lebih besar dari yang Dewi lihat sekarang." Jawab Gira dengan bangga.
"Oke, kita bahas itu nanti. Sekarang tolong katakan kenapa aku bisa ada disini?! dan apa yang terjadi padaku?? Kenapa Ayah terlihat sedih begitu, seakan aku mahu mati saja!!"
"Dewi, anda keracunan dan tubuh anda tidak kuat menahan racun yang mematikan, untuk itulah anda terpaksa kami bawa kesini.
Sebenarnya belum saatnya bagi anda bertemu dengan kami, tapi mungkin juga ini kehendak takdir, kita dipertemukan dengan cara seperti ini.
dan tubuh anda sudah mencapai batas. Untuk menyelamatkan anda.. kami memberikan darah kami agar tubuh anda bisa beregenerasi ketubuh dan darah yang baru.
Dan setelah ini tubuh anda akan kebal dengan racun apapun. Jadi anda tidak perlu khawatir, sekarang tubuh anda sedang dalam proses pemulihan, sedikit lagi akan menjadi sempurna.
Dan tolong dirahasiakan tentang kekuatan anda dan siapa anda sebenarnya, karena bisa berbahaya jika sampai ada yang tahu, bahwa anda adalah Sang Pewaris titisan Dewi.
karena kebangkitan kekuatan anda di usia dini, anda akan mudah dimanfaatkan, juga akan banyak musuh yang mengincar anda Dewi."
Jadi kalian adalah Para Spirit Kuno yang ada dalam Legenda terdebut!! Berarti kalian bukan hanya dongeng belaka, tapi betulan nyata...?"
"Ppuuffttt hahhaha.." Jura tertawa, "Maafkan hamba Dewi, bukan maksud hamba menertawai, karena kami bukanlah Spirit kelas rendahan. Kami sudah menjadi raja Spirirt tingkat Elit, Level Jiwa dan Spiritual kami, sudah jauh berbeda dari Spirit biasa pada umumnya.
kami sudah bertapa puluhan ribu tahun lamanya.. hanya untuk sampai ketitik sekarang. Dan Hanya tinggal menjalani tahap terakhir dan itupun membutuhkan waktu yang sangat lama.
dan bagi mereka yang sudah mencapai tahap Elit, bebas memilih ingin naik Level atau tetep menjadi Raja para kaum Elit. Tapi untuk menaiki Level.. hingga keposisi Kaisar saja sangat sulit.
Apalagi menaiki Level menjadi Dewa, itu mungkin hanya mimpi. Ah, maaf saya jadi menjelaskannya panjang lebar hingga membuat anda bosan." keluh Jura.
"Tidak Juga.. justru aku senang mendengarnya."
Kembali keinti cerita, "Dewi, zona Mana anda sangatlah besar, bahkan anda bisa membuat dunia baru disini.
Tubuh anda masih belum bisa menggunakan kekuatan besar, Anda masih harus banyak latihan, dan kami sebagai Spirit suci milik anda, kami akan melatih anda secara langsung dibawah pengawasan kami semdiri.
Jadi datanglah disaat dewi sudah benar-benar siap." ujar Jura.
Ravella berfikir sejenak. "baiklah terima kasih atas penjelasannya."
"Sama-sama Dewi" jawab mereka bersamaan.
"Dan jika ada yang Dewi butuhkan, silahkan tanyakan pada kami."
"Yang Mulia, disini terlalu banyak korban, hati-hati Yang Mulia"
Lannox menatap sekeliling 'apa yang terjadi? mengapa banyak sekali mayat, Bahkan tidak hanya manusia, tapi juga Para Spirit. apakah sampai separah ini??' Gumam Lannox dalam hati. "Berhenti" perintah Lannnox.
"Ada apa Yang Mulia??
Lihatlah kedepan, sepertinya ada Spirit yang masih hidup."
"Gggrrrrrrhh" Zion menggeram pertanda ada musuh.
"Lannox tetap waspada, itu bukan Spirit, tapi Monster yang menyerupai Spirit." ujar Zion.
"Apa..?" Kaget Lannox.
tiba-tiba ada cahaya merah, dan Lannox mengambil pedang yang mengeluarkan cahaya merah seperti mana berbentuk pedang.
"I..itukan.. pedang yang terbuat dari Darah dan Spirit Yang Mulia.. sudah lama sekali Yang Mulia tidak menggunakan pedang itu. kalau sampai Yang Mulia menggunakannya.. itu berarti, Monster ini benar-benar kuat." Ucap dari salah satu prajuritnya.
"Tetaplah waspada." Lannox mengarahkan pedang pada monster yang menyerupai kelinci, dan keluarlah petir merah yang menyambar, tapi kelinci itu menyadari bahaya, lalu dalam sekejap kelinci itu menghindar.
Kelinci itu berubah kebentuk asli... "Ahahhaah ternyata cerdik juga kau manusia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments