Lannoxpun pergi dengan suasana hati yang buruk.
...****...
Di saat malam saat Ravella sedang tertidur.
''Ceklik'' gagang pintu tiba-tiba terbuka. Seseorang memasuki kamar gadis kecil itu.. kemudian mendekatinya, lalu duduk disamping tempat tidur gadis itu. Tangannya membelai wajah gadis mungil tak berdosa, yang sedang tertidur pulas.
'Kenapa dia menjadi sangat dingin padaku! Seakan ingin menghindariku. dan dia telah membuat batas diantara kami, Biasanya aku yang akan menghindari saat melihatnya, dan bersikap acuh tidak acuh padanya.
Tapi sekarang, mengapa aku jadi sangat kehilangan dan begitu sedih saat melihat dia seperti ini kepadaku. Dan yang paling mengesalkan lagi, dia tidak memanggilku Ayah seperti sebelumnya, Dan itu sangat menggangguku.
Padahal dulu dia paling bersemangat memanggilku Ayah, dan selalu tersenyum ceria setiap kali melihatku. Sekarang jangankan kata Ayah, bahkan senyumnya yang biasa bersinar cerah.. kini telah sirna berganti senyum palsu.
Apa mungkin karna dia lupa ingatan? yang menyebabkannya berubah drastis. Untuk sementara, aku akan mengawasi semua perkembangannya.'
Lannox merasa sedih dengan perubahan besar pada putrinya. Ia tidak terbiasa dengan perubahan sikap putrinya itu, yang secara tiba-tiba. Dia yang biasanya sering mengabaikan, kini jadi berganti terabaikan. Dan itu jadi membuatnya semakin ingin mendekati putrinya.
"Delio, apa kau sudah menemukan pelaku itu?"
"Belum yang mulia. Tapi menurut para pelayan.. sempat ada seorang pelayan baru yang mengantarkan makanan untuk putri. Namun semenjak keracunan itu terjadi, pelayan itupun lenyap, hilang bagai ditelan bumi".
"Hmmm.. selidiki dan cari tahu motif pelaku!".
"Baik yang mulia."
Ravella sedang fokus duduk bersandar di balkon kamarnya, sambil membaca buku tentang sihir kerajaan.
'Ternyata didunia novel ini masih sarat akan sihir juga! aku pikir dunia ini seperti duniaku. Ternyata didunia ini.. manusia bergantung pada sihir. heee,,, tunggu dulu, bukannya di novel yang kubaca tidak ada membahas sihir apapun. mengapa dibuku ini, diceritakan sihir adalah kebutuhan, dan bagi yang punya mana akan di anggap istimewa. Apalagi jika mempunyai mana langka. Haa.., apakah Duke juga bisa sihir! Ah, biar nanti kutanyakan kepada Reni saja.'
Ravella sangat terkejut dengan apa yang ia baca, berbeda jauh dengan novel yang pernah ia baca waktu berada di dunianya.
'Matahari sudah berganti senja, Kemudian terdengar ketukan pintu dari Reni, dan aku langsung menyuruhnya masuk.'
"Putri, sudah saatnya anda mandi. Saya sudah menyediakan air hangat untuk anda mandi Putri."
"Baiklah".
"Reni...!"
"Ya putri..."
"Apa ayah bisa sihir???"
"Tentu saja beliau bisa, bahkan dikerajaan ini.. beliau adalah kesatria sihir kerajaan yang paling disegani di benua ini. Karena kekuatannya, dan besarnya mana yang beliau miliki, hingga beliau dijuluki singa kerajaan. Bahkan, kaisar saja tidak bisa menundukkan beliau."
"Begitu kah..! Apakah aku juga bisa menggunakan sihir seperti ayah?"
"Tidak Putri.. sihir anda masih belum terbangun. Katanya bagi keturunan seorang Duke, sihir mereka akan bangkit saat usia meraka sebelas tahun.
Dan itu bertepatan saat bulan purnama penuh, Cahaya bintang akan jatuh memasuki tubuh mereka, itulah keistimewaan dari keluarga Duke." Tiba-tiba Reni melihat ekspresi kesedihan diwajah sang Putri.
"Oh, jangan bersedih putri. Andakan masih berusia tujuh tahun.. jadi, waktu itu masih lama."
'Aku jadi sedih mendengar ucapan Reni. Bagaimana kalau aku tidak punya sihir? apakah aku akan dibuang atau dihukum pancung!!
Menyelamatkan hidupku sekarang saja, aku butuh perjuangan dan segala rencana matang. Apalagi memiliki sihir.. sama sekali tidak mungkin bagiku!! Oh Ravella.. malang sekali nssibmu nak. Jika didunia benar-benar ada dewa atau dewi, aku ingin komplain kepada mereka.
mengapa mereka malah membuat Ravella seperti ini? Tidak cukupkah bagi kalian melihatnya tersiksa tanpa belas kasih sang ayah..? Belum lagi tekanan dari wanita sialan, yang mengaku sebagai saudari tirinya, dan merampas tunangannya.
Oh dewa dewi, kalian memang sangat kejam kepada anak ini. dan mengapa begitu banyak reinkarnasi, malah aku harus bereinkarnasi ditubuh Ravella.
Dan kenapa juga aku harus hidup dalam tubuh gadis ini? Kenapa banyak sekali penderitaannya.. aku jadi menyesal membaca novel itu.'
Tok,tok, tok,,, suara ketukan pintu dari pelayan memecah pergolakan batin Ravella.
"Tuan Putri.. sudah waktunya makan malam, yang mulia sudah menunggu anda dibawah."
'Apa, situa sialan itu ingin makan malam bersamaku, haah.. ada apa dengannya? apa aku tidak salah dengar!' Ravella berucap dalam hati, lalu segera menjawab panggilan dari luar pintu.
"Ya, baiklah aku akan segera turun".
"Baik Putri".
'Aku pun berjalan menuruni tangga, dan kulihat sang Duke, sedang duduk menungguku dengan wajah sedikit kesal, Kemudian aku berujat.' "Hormat saya yang mulia".
"Duduklah".
'Pelayan menarik kursi untukku, Entah kenapa aku muak sekali melihat wajahnya. Aku mengambil sendok dan pisau untuk memotong daging.
Tapi.. kenapa dagingnya keras sekali.. Apa dagingnya yang alot atau akunya yang tidak punya kekuatan. Sungguh memalukan, bagaimana bisa aku makan kalau begini.
tiba-tiba Duke memberikan daging yang sudah dipotong dari piring miliknya, lalu menukarnya dengan piringku.'
"Makanlah".
"Terima kasih yang mulia."
'Ada apa dengan pak tua ini? tidak biasanya dia begini..! opss.., ralat bukan tidak biasa, tapi tidak pernah. Hmmm.. bodo amat yang penting makan aja dulu, kebetulan aku memang sedang lapar sekali.'
"Ravella, besok ayah akan berkunjung ke istana. Apa ada yang kau inginkan?"
'Aku terdiam sejenak, memandang meja yang penuh hidangan dan berpikir, apa lagi sekarang yang dia rencanakan? Dia menawarkan aku untuk meminta hadiah, tapi sayangnya, aku tidak butuh tuh.'
"Tidak yang mulia, saya tidak menginginkan apa-apa."
Lannox terdiam kaku, beberapa saat kemudian melanjutkan kembali makannya.
"Yang mulia, saya sudah kenyang, terima kasih atas makan malamnya. Saya mohon izin kekamar dulu, terima kasih hidangannya hari ini."
'Dia tidak menjawab, aku pun bangkit dari kursi, dan pergi setelah memberi hormat. Lalu menaiki tiap tangga sambil mencuri pandang padanya, dia melihat kepergianku dengan tatapan sedih.
Huh apa mungkin perasaanku saja.. wajahnya terlihat kacau sekali, cih, apa peduliku, dia juga tidak menganggap aku ada. biarlah.. apapun yang terjadi, aku harus segera pergi dari sini.'
Disisi lain.. sang Duke yang membeku menatap punggung kecil, melihat kepergian putrinya dengan tatapan kesedihan. 'Kenapa dadaku terasa sesak sekali.. seperti ada yang hilang tapi apa itu?'
Esoknya Duke pun berangkat keistana, Malam yang pekat, suara angin berdesir mengusik tirai kamar, cahaya rembulan menembus jendela kaca masuk tanpa izin, memberi cahaya di setengah katil yang ditidurinya. Tiba-tiba jendelapun terbuka.
"Kau harus mati..! "
Sosok berpakaian serba hitam memasuki kamar gadis itu, dan mengangkat kedua tangannya, lalu menancapkan pedangnya pada tubuh yang mungil itu.
"kau harus mati rasakan ini..!"
''Sruuukk..'' suara pedang menusuk tubuh sosok hitam tadi. ''Cussss..'' darah mengucur deras dari tubuhnya. ''Shuutss...'' suara pedang ditarik kembali dari tubuhnya.
"Siapa kau? ke..kenapa?? Ba..ba..bagaimana bisa ada yang melindungi gadis itu. Padahal aku sudah me..mastikannya, tidak ada yang melindungi anak ini sebelumnya, bahkan ayahnya saja mengabaikannya."
"gedebug" suara tubuh yang jatuh kelantai.
"Berani sekali kau ingin membunuh tuan Putri, cepat jawab, siapa yang menyuruhmu???"
Pria itu tersenyum, lalu menggigit lidahnya dan bunuh diri.
"Kurang ajar, aku kehilangan informasi. aku harus segera membereskan mayat ini sebelum tuan putri terbangun."
Tiba-tiba keluar cahaya biru dari tangannya, lalu dalam sekejap mayat dan bekas darah itupun menghilang dan kembali bersih seperti semula. ''Wussshh..'' bayangan hitam secepat kilat menghilang dari kamar itu.
'Uuuaaggghhh.. aku menguap, Hmm,, sudah pagi lagi.'
"Selamat pagi Putri.. anda sudah bangun?" sapa si pelayan.
"Eehh, siapa kau? dimana Reni??"
"Maaf Putri, tadi pagi-pagi sekali Reni mendadak dapat berita, kalau ibunya sedang sakit. Jadi dia buru-buru pergi lalu menitipkan surat ini untuk Putri."
"Apa, sakit??" 'Aku membuka surat yang diberikan sipelayan.'
"Salam saya Putri.. saya benar-benar minta maaf kepada Putri, karna terpaksa pulang tanpa pamit dulu. Tapi saya baru mendapat surat dari keluarga saya, bahwa ibu saya sedang sakit parah. Beliau batuk darah dan sangat lemah, jadi saya tidak sempat izin dengan Putri. Saya benar-benar minta maaf, jika ibu saya sudah sembuh, saya akan segera kembali. Sebagai gantinya.. sepupu saya akan melayani Putri. Jadi anda tidak perlu khawatir, Dia dapat dipercaya. Hormat saya
Reni."
'Hahh, pelayan setiaku pulang! aku akan sangat kesepian sekali tanpanya.'
"Siapa namamu?"
"Nama saya Merri Putri, saya menjadi pelayan sementara untuk menggantikan Reni."
"Baiklah."
"Saya sudah menyediakan air hangat untuk putri mandi, mari silahkan saya akan membuka pakaian Putri."
"Baiklah.." 'Aku pun bangkit dari katil kebesaranku.'
setengah jam kemudian.
Merri, selanjutnya apa agendaku hari ini?"
"Hari ini anda harus les budaya, dan setelahnya.. ada pelajaran menari, kemudian pelajaran etika."
"Baiklah."
'tiba-tiba terdengar bunyi suara kereta kuda dari luar, kulihat dari jendela, kereta hitam mewah dihiasi warna emas di tiap sudutnya. Ah, pak tua itu sudah kembali rupanya. Cepat sekali.. bukannya seharusnya dia akan pergi selama seminggu, ini baru satu hari dia sudah kembali, aneh! apa sebenarnya yang terjadi??'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
Amalia Noichi
thor, coba deh dsetiap perckapan bikin aja namanya. biar lbih gmpang. 😊
2020-12-14
8