"Dia cantik sekali.. persis yang di gembar-gemborkan. Dia juga mewarisi rambut perak, dan mata merah milik yang mulia Duke. Tapi, ini pertama kali aku melihatnya."
"Sama, ini juga pertama kalinya bagiku."
"Hey.. apa kalian dengar!!
Katanya kemarin Duke Lannox, langsung mengirim para prajurit, hanya untuk mengawal putri Ravella.. yang di kirim bukan hanya satu atau dua orang, bahkan sampai.. di kerahkan sepuluh orang. Apa.. itu tidak terlalu berlebihan..?
Begitu sayangnya Duke, dengan putrinya."
'Huhh.. kalian bergosip, secara terang-terangan begitu. Aku saja bisa mendengarnya. Inilah kenapa yang membuat aku malas, untuk bergabung dalam perkumpulan sosialita. Aku ingin kebalkon saja..' ujar Ravella dalam hati
"Ceklik.." Ravella membuka pintu, lalu menutupnya kembali. 'Haah.. Disini lebih tenang. aku sudah tidak sabar untuk segera latihan lagi. Kenapa juga si pak tua itu, pakai mengadakan pesta besar-besaran segala? tidak terasa.. ini sudah satu tahun aku berada disini. Sekarang usiaku, sudah delapan tahun saja'
"Ternyata kau disini Nak! aku sudah mencarimu kemana-mana." ujar Sang Ayah.
"Euh, Ayah.. bukannya Ayah, sedang bersama para tamu!!"
"Ya, tadinya.. tapi karena Ayah tidak melihatmu, jadi Ayah yakin kau pasti sembunyi disini. Ada apa Putriku? Apa yang sedang kau pikirkan..!" tanya Duke penasaran.
"Ayah, bagaimana jika suatu hari, Ravel menghilang! Apa Ayah akan mencariku?!"
Tanya Ravella ragu-ragu.. sambil menunggu jawaban dari Sang Ayah.
"Apa yang kau katakan Nak? Apa kau ingin meninggalkan Ayahmu sendiri..?!"
"Kenapa Ayah tidak menjawab..? Ravelkan hanya sekedar bertanya..!" ujarnya mengeluh.
Lannox menggendong Putrinya, lalu berujar.
"Dengar Ravel, tidak akan Ayah biarkan kau pergi meninggalkan Ayah sendiri, Bahkan jika kau melarikan diri sekalipun. aku akan tetap mendapatkanmu.. dan akan aku hancurkan siapapun,
yang berniat menyembunyikanmu dariku. walaupun, itu harus dengan mengurungmu Nak, Jangan coba-coba menguji Ayahmu ini Ravel." Gumamnya tegas.
"Mmm.. Ayah, bagaimana jika nanti, ada yang datang dan mengaku sebagai anak Ayah!Apakah Ayah akan membuangku...??"
Ujar Ravella sedikit sedih, sambil membayangkan jika saat itu tiba. Dia sudah mempersiapkan diri untuk pergi.
"Ravella. Hentikan, cukup. Ayah tidak mau dengar lagi pertanyaan-pertanyaan konyolmu itu Nak."
'Ya.. Mungkin sekarang Ayah bilang seperti itu! Tapi nanti, saat Grasia datang, Ayah juga akan membuangku.' pikirnya yakin.
Tiba-tiba saja wajah Ravella yang tadinya ceria, jadi berubah murung.
"Ravella sayang, Putriku." Seru Lannox pelan sambil menatap lembut kepada Putrinya, serta membelai rambut panjang Putrinya, yang mirip dengannya.
"Perlu kau tahu Nak, Ayah sangat menyayangimu. Bahkan, jika kau ingin aku menaklukan sebuah benua atau negara sekalipun, akan Ayah lakukan untukmu Putriku."
'Itu sih bahaya namanya.. tidak perlu juga sampai menghancurkan sebuah negara segala dasar Pak Tua, Apa di pikrannya hanya ada tentang perang!' pikirnya heran. "Ayaaah.."
"Ya, sayang..!"
'Inilah saatnya aku sampaikan pesan Ravella, Putrimu yang asli.'
"Ada apa Putriku.. Mengapa kau diam?"
"Eum.. Ravella sangat menyayangi Ayah, terima kasih sudah menjadi Ayahku sampai saat ini."
Ravella merangkul sang ayah dengan erat, Lannox tersenyum, ia merasa tersentuh Mendengar ucapan dari Putri kecilnya. Lantas ia pun mengecup kepala sang buah hati.
Namun.. dalam hati Ravella, ia senang telah menyampaikan pesan terakhir Ravella yang asli.
'Ravella.. aku sudah menyampaikan pesanmu! Aku harap kau tenang disana.'
"Ayo sayang, kita menyambut para tamu, mereka sudah lama menunggumu. Hmm.. bukankah ini hari ulang tahunmu..!"
"Baiklah-baiklah tapi, turunkan dulu Ravella Ayah, Ravel tidak mahu dilihat para tamu dalam keadaan seperti ini."
"Ayah tidak peduli, biarkan saja mereka melihatnya. Siapa yang berani mengatai Putriku, akan berurusan denganku."
'Hadeh.. bikin malu saja, tubuh ini memang kecil, tapi mentalku sudah tua tahu! bahkan, aku ini seumuran denganmu..! Ah, si Lannox sialan, ya tuhan.. kenapa juga aku harus menjadi Putrinya, Ini memalukan.'
"Hei, lihatlah disana. Duke sedang menggendong Putrinya!.."
Para tamu sibuk berbisik, membuat heboh pesta. Ravella menyembunyikan wajahnya, di dada Sang Ayah.
"Selamat ulang tahun, Ravella." Denfin datang memberi ucapan selamat.
"Ayah, turunkan saya."
Ravella menatap Lannox dengan mata memelas, akhirnya Lannox melunak dan menurunkan Putrinya.
"Hormat kepada Pangeran, terima kasih karena sudah sudi hadir di acara, yang biasa ini."
"Vella, ayo ikut aku.." ujar Pangeran.
Tanpa mengulur waktu, Denfin dengan cepat menarik tangan Ravella, dan berlari meninggalkan ruangan itu.
"Pangeran tu-tunggu.. dulu, kita mau kemana?". 'Dasar anak ini, selalu saja begini.. tiap kali bertemu.'
Lannox yang memperhatikan tingkah Pangeran kecil itu, mengumpat kesal dalam hati.
'Bocah kurang ajar, berani sekali dia merebut Putriku. Sepertinya.. dia cari mati.'
Zion yang sejak tadi, hanya memperhatikan, kemudian memanggil Lannox.
"Hey.. tenanglah Nak, biarkan saja Putrimu bermain. Bukankah ini hari istimewa bagi Putrimu?!"
Lannox merenung sejenak kata-kata Zion.
"Cih.. kalau saja bukan hari istimewa Putriku, sudah kuberi pelajaran anak itu."
"Hahahaha.. ternyata kau juga bisa tidak sabaran ya bocah! jika itu menyangkut Putrimu." ujar Zion.
Disuatu tempat, seorang anak berambut panjang.. sedang memperhatikan Ravella, dari kajauhan, dia menyeringai kecil.
'Kelak tempat itu, akan segera menjadi milikku.'
***
'Huhh.. akhirnya.. selesai juga, aku lelah sekali, hari ini.'
"Tok.. tok.."
"Masuklah, ada apa Marri..?"
"Putri, Yang Mulia memerintahkan anda, untuk tidur dikamar beliau."
"Apa.. Lagi...! Tolong katakan pada Ayah, kalau aku sangat lelah."
"Tapi Putri.."
"Aku mohon Marri, aku benar-benar lelah."
"Ba-baiklah Putri." Marripun kembali melapor kepada sang Duke.
"Yang Mulia, Tuan Putri kelelahan, Beliau mengatakan untuk hari ini, beliau ingin tidur dikamar Beliau saja." Ujar Marri dengan hati-hati.
"Hmm.. begitu ya! baiklah, biar aku yang kesana."
"Ta-tapi.. Yang Mulia..!"
"Sudah kau kembalilah." Potong Lannox.
"Baiklah Yang Mulia, akan saya sampaikan ke.."
"Tidak perlu, kau boleh pergi sekarang." Lanjut Lannox, sebelum Marri menyelesaikan perkataannya.
"Baik yang mulia."
***
"Segarnya... setelah mandi, aku harus segera tidur, tidak baik bagi anak kecil sepertiku begadang."
"ceklik"
"Uh, si.. si..siapa..?"
"Tap.. tap.. tap.." (bunyi langkah) Suara langkah kaki siapa itu.. apakah itu han..hantuu..!"
"Ravel, Ayah akan tidur disini?"
"Astaga" kaget Ravella. "Ayah, kenapa tidur disini? Bukankah, seharusnya Ayah dikamar utama".
"Tidak, aku hanya ingin tidur dengan Putriku."
'Hahh, yang benar saja, apa yang sedang Pak Tua ini pikirkan?'
"Bukannya kau lelah, cepatlah tidur."
Lannox menepuk punggung Ravella dengan lembut. Dan tak lama, Ravellapun tertidur pulas. karena kelelahan, Lannoxpun menyusul menjemput mimpi.
Zion tetiba saja keluar mendengus. "Sepertinya, ada tamu tak diundang, yang datang." Prajurit bayangan yang senantiasa menjaga Ravella pun, juga ikut keluar.
"Yang Mulia Zion, apakah anda merasakannya..?"
"Tetap waspada, sepertinya.. aku merasakan tekanan yang sangat kuat." ujar Zion.
"Baik."
Dan tiba-tiba suara mengejutkan terdengar keras. "boommmm... bleduaarr, bwusshh.."
"Ada Bunyi ledakan besar diluar, yang mulia Zion, bagaimana ini? apa yang harus kami lakukan??"
"Tetap lindungi Lannox, dan Tuan Putri. Tenanglah, itu hanyalah pengalihan dari musuh, untuk membuat kita berpencar."
Serangan datang lagi, dari arah barat. "Bwusshhh.." hingga Lannox tersadar, dan langsung mengeluarkan mana, dengan membentuk senjata, seperti yang ia mau.
"Ada apa ini Zion? Mengapa aku mendengar suara ledakan." Ujar Lannox kesal.
"Entahlah, sepertinya ada yang mengincar Putrimu!"
Lannox terkejut, mendengar perkataan Zion.
"Mengincar Putriku, apa maksudmu?"
"Tunggu saja, sebentar lagi dia akan menampakan wujudnya. bersiaplah, akan serangan lebih besar." ujar Zion waspada.
Keadaan Mansion menjadi sangat genting, musuh datang menyerang tiba-tiba.
Dan benar saja, bola api dilemparkan tepat kearah kamar Ravella. Untunglah Lannox sudah memasang kristal mana, diseluruh mansion miliknya.
"Kalian berempat, pergi selidiki siapa musuh yang telah lancang, berani sekali menyerang wilayah kekuasaanku."
"Baik Yang Mulia."
Merekapun menghilang dalam sekejap, Dalam seketika mereka telah berada ditempat musuh.
"Bagus, teruss serang sampai penghalangnya hancur."
"Baik. wusshh,, aghh.."
"Ad.. ada apa?"
"Tuan, cepat lari.."
"Apa? Kenapa?!"
"Mereka mengirim prajurit bayangan."
"Bwussshhh"
Dan tak lama, prajurit itupun mati tertusuk oleh Perro.
"Cepat tangkap pria lainnya, sebelum dia melarikan diri."
Portal hitam terbuka lebar, pria itupun menghilang ditelan portal gelap.
"Sialan, dia berhasil kabur, ayo kita laporkan kepada Yang Mulia."
"Baik"
"Lapor Yang Mulia, maaf kami tidak berhasil menangkap tersangka. Sebagian pihak musuh telah berhasil meloloskan diri, dengan portal gelap."
"Apa.. portal gelap..! " Kaget Lannox.
"Benar yang mulia."
Lannox "Bukankah portal gelap adalah milik para penyihir terlarang."
"Benar Yang Mulia, biasanya mereka mencari para korban, untuk dijadikan percobaan."
"Bangsat..!! Berarti mereka telah mendapat informasi mengenai Putriku."
"Gawat.. berarti mereka, ingin menculik Dewi." ujar Zion.
***
Keesokkan harinya, Lannox mulai.. memperketat penjagaan Ravella, bahkan Ravella dikawal dengan sangat ketat.
'Sepuluh kesatria elit..! Huhh.. katanya semalam ada penyerangan di Mansion. Dan sekarang, malah penjaggaankupun ikut di perketat. Bisa gawat kalau begini, aku tidak bisa bergerak secara bebas.' Kesal ravella dalam hati.
"Tok.. tok.. Ayah, ini saya Ravella."
"Masuklah."
'Saat aku masuk, kulihat wajah Pak Tua, ia langsung menghentikan kesibukannya. lalu, ia menghampiriku lebih dulu.'
"Ada apa sayang..!"
"Ayah, apa yang terjadi kemarin malam..?? Mengapa Ayah mempersulitku."
"Hmm.. apa maksudmu Ravel?"
"Coba Ayah lihat kesana." Ravel menunjuk keluar pintu. "Mengapa jadi makin banyak yang mengikutiku, Ravel benar-benar risih, diikuti dengan banyak orang-orang kekar, seperti mereka."
"Sayang.. kalau masih protes, akan Ayah tambah lagi sepuluh kesatria untuk mengawalmu."
"Huh apa...!" 'Sialan kau Pak Tua, kalau begini caranya.. sama saja, aku tidak bisa mengeluh. Apa lagi.. sampai harus mengajukan protes.' keluhnya kesal. "Huh baiklah, saya mengerti. Saya mohon undur diri dulu Yang Mulia."
Lannox, menghelah nafas panjang, dia tau betul sifat Putrinya yang seperti ini.
'Haah.. dia pasti sangat kesal sekali, sampai tidak mau memanggilku Ayah.' pikirnya. "Berhenti Ravella."
Ravella yang sedang berjalan dengan lesunya terpaksa berhenti, dan dengan enggan menatap murung.
"Ya Yang Mulia."
"Ayah.. ingat itu, panggil aku dengan sebutan Ayah, jangan menguji kesabaran Ayahmu ini Ravel." Kesal Lannox.
"Ya, Ayah.. Maaf." Jawabnya lesu, sambil menunduk. Lannoxpun melunak, lalu memeluk Putri kesayangannya itu.
"Dengar sayang, Ayah melakukan ini semua demi kebaikanmu Nak."
"Huuh.. ya, Ravel tahu."
Ravellapun langsung memeluk Ayahnya, yang terlihat sangat risau, lalu Ravella menangkup wajah Ayahnya.. dengan kedua tangannya yang kecil.
"Jangan khawatir Ayah, muach." Ravella mengecup sayang pipi Sang Ayah, untuk menenangkan Lannox, yang tampak sangat khawatir.
'Huuh, inilah deritaku, menjadi Putri kesayangan. Dan sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku ingin segera latihan. Tapi, bagaimana caranya agar aku bisa menyelinap, dari sepuluh penjaga terlatih itu!
mereka kelihatannya, benar-benar tidak memberi celah sedikitpun untukku kabur. Kalau begini, aku tidak bisa.. mengibuli merekakan.'
***
Di suatu tempat terlarang, diujung tebing.. terdapat menara sihir.
"Baginda, ampunkan kesalahan kami yang telah gagal, menculik Putri."
Pria berambut hitam sepekat malam, menyeringai dingin.
"Ti-tidak.. am-ampunkan kami.. ba-baginda. krusss.."
Merekapun dalam sekejap, hancur menjadi debu.
"Aku tidak terima kegagalan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments