Tok.. tok.. tok.., terdengar suara ketukan dari balik pintu. Ravella pun langsung menyuruhnya masuk.
"Putri silahkan di minum tehnya, dan kukis coklat yang anda pesan."
"Ya.. letakkan saja disitu."
"Baik putri."
"Dimana Marri? Aku tidak pernah melihatmu sebelunya. Apa kau pelayan baru? Dan siapa namamu?"
"Na..nama.. saya Wanda Putri, saya pelayan baru. Saya menggantikan Marri sebentar, karena dia sedang dipanggil Kepala Pelayan."
"Oh, baiklah. Kau boleh pergi"
"Baik Putri."
'Aku minum teh yang dibawa pelayan tadi tanpa ragu, rasanya baca buku sambil ditemani teh hangat dan kukis, sungguh nikmat. Tapi, k-k-kenapa kepalaku menjadi pu-si-ng..'
Praannnkkkk gedebug. Terdengar Suara gelas pecah sesuatu yang jatuh.
"Putri apa yang terja-di.. tidak tolong..." teriak sang pelayan.
"Bbusssshhh.. lapor Yang Mulia!"
"Ada apa..?"
"Tuan Putri ditemukan ti-ti,"
"Ada apa dengan Putriku? Jangan bertele-tele katakan yang jelas Perro."
"Tuan Putri ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri Yang Mulia."
"Apa???" Lannox, langsung berlari berlari panik dengan ekspresi pucat. "Panggilkan dokter terbaik cepat, sekarang." perintahnya.
"Baik Yang Mulia."
***
"Bagaimana keadaan Putriku??"
"Yang Mulia, sepertinya Putri anda keracunan. Dan racun ini sangat mematikan. Tidak ada obat untuk racun ini."
"Apa?? keracunan..!" Lannox tampak terkejut, bagai tersambar petir disiang hari.
"Yang Mulia, sa-saya minta maaf, Racun ini masih belum ada obatnya."
"Tutup mulutmu, Aku tidak mahu tahu alasanmu, kau harus mengobati Putriku. Kalau tidak, nyawamu akan menjadi gantinya."
"Ta-tapi.. Yang Mulia, racun ini memang belum ada obatnya.. Hanya keajaiban yang bisa kita harapkan."
"Diam.. Aku tidak mahu tahu, Kau pikirkan caranya apapun itu, Jika kau tidak bisa berguna.. lebih baik kau mati sekarang."
Lannox mengeluarkan pedangnya..
"A-ampuni saya Yang Mulia, akan saya usahakan.. " Dokter itupun memberi hormat untuk pergi mencari penawar racun. Walaupun sebenarnya ia tidak tau harus berbuat apa?
Lannox memeluk Ravella dengan erat, dia menangis seakan Putrinya telah pergi.
"Ravel.. bangun Nak...!"
Tiba-tiba aura merah keluar dari tubuhnya.. kemarahan yang dilepaskan benar-benar membuat panik seisi mansion.
Bahkan tak ada yang bisa bergerak, Karena besarnya tekanan dari kemarahan seorang Duke.
"Kurang ajar, siapapun yang telah meracuni Putriku..?! Tak akan kubiarkan dia mati dengan mudah. Kalian berlima, temukan pelaku yang meracuni Putriku. Dan selidiki asal usulnya, cari sekarang dan bawa dia kepadaku cepat..!!!"
"Baik Yang Mulia."
Tubuh Ravella semakin pucat dan mulai dingin, bibirnya perlahan-lahan mulai membiru.
Lannox semakin panik dengan apa yang dilihatnya, tangannya gemetar karenaa takut membayangkan apa yang terjadi.
"Tidak-tidak.. Ravel, bertahanlah Nak, Ayah akan menemukan penawarnya untukmu. Ayah mohon bertahanlah Putriku."
Dia meletakkan Ravella di pangkuannya, serta memeluknya dengan sangat erat.
"Masih banyak yang belum kita lakukan Nak. Bertahanlah sayang, Ayah mohon bertahanlah."
Tiba-tiba tubuh Ravell memancarkan cahaya terang, wajahnya yang membiru dan dingin, kini mulai segar kembali.
"Uh, a-apa yang terjadi??" ujar Lannox terkejut.
Tubuh Ravella tiba-tiba melayang tinggi di udara. Lannox yang menyaksikan kejadian itu.. terkejut dengan apa dilihatnya.
"Zion, apa yang terjadi pada Putriku???" Matanya yang basah dan sembab, berubah terkejut.
"Entahlah, selama itu baik baik saja, maka kita tidak perlu khawatir." ujar Zion yang telah mengetahui segalanya.
Lannox tidak berkedip melihat Putrinya, kulit sang Putri yang tadinya memucat, kini menjadi putih berseri dan lebih segar.
Bibirnya yang membiru, telah kembali berubah semerah buah persik. Ia telah pulih dari racun yang telah mebekukan tubuhnya..
Tubuh yang mulai mendingin telah kembali menghangat. Matanya terbuka perlahan, tampak netra warna bara api, yang sangat indah dari matanya.
Tiba-tiba muncul tujuh cahaya aneh! yang terus mengelilingi gadis cantik itu.
Mata gadis itu kembali tertutup diantara tujuh cahaya yang mengelilinginya.
Cahaya emas yang paling menonjol diantara cahaya lainnya, karena memiliki cahaya yang sama dengan milik Ravella.
Cahaya itu kemudian berubah, cahaya itu pindah di atas kepala Ravella, dan bersinar terang seperti mahkota yang menaungi di atas kepalanya.
Sementara enam cahaya lainnya terus menaungi tubuh sang dewi, seakan melindunginya dari bahaya.
"Oh, dewa.. anakmu benar-benar seperti seorang Dewi yang turun dari langit, aku jadi ragu kalau kau adalah Ayahnya!!
Tepatnya tidak pantas dia memiliki Ayah sepertimu, Hahaha.." ujar Zion menertawakan Masternya itu.
suara Zion menyadarkan dari ketakjuban tersebut.. dan langsung merespon perkataan Zion.
"Aku lebih menyesal lagi jika tidak menjadi Ayahnya. Namun, aku sangat bersyukur, karena memiliki Putri sepertinya.
Dia terus memberiku kejutan tidak terduga, membuatku semakin takut, melihatnya.. aku semakin tidak ingin melepaskan Putriku, kepada siapapun."
"Huh.. apa maksudmu?? Suatu hari dia pasti akan menikah, dan menemukan Pria yang lebih tampan darimu."
Lannox menyeringai dingin.
"Jika itu terjadi.. akan aku musnahkan keberadaannya tanpa sisa. Aku tidak mau Putriku dipermainkan Pria-Pria bangsat, pokoknya tidak boleh."
"Hem.. Sepertinya kau sudah mahir jadi Pria bangsat ya, sampai kau mengetahuinya."
"Cih, sepertinya kau tidak berguna ada disini." Lannox menatap Zion dengan tatapan dingin.
"Hei.. jangan memandangku seperti itu. Tumben sekali orang yang dari tadi menangis, kini sudah banyak mengoceh tentang hal yang belum jelas kedepannya."
Lannoxpun terdiam tidak membantah, Karena memang itu yang terjadi Sekarang. iapun heran, mengapa dia banyak mengoceh hari ini, apa mungkin karena Putrinya.
Tubuhnya perlahan-lahan turun kembali keranjang. Dan kemudian Lannox menangkapnya, ia tersenyum melihat netra oranye terbuka.
Nyala bara api terpancar jelas dari kedua matanya yang indah, Tangan mungil itu meraih pipi Sang Ayah.
"Ayah.. apa Ayah menangis?" ujar Ravella yang baru saja sadar. Lannox langsung memeluk Putrinya.
"Ayah tidak menangis, mata Ayah hanya terkena debu"
Ravella tersenyum mendengarnya.
'Bohong, Mana mungkin aku tidak tahu, aku sudah melihat semuanya.' Gumamnya dalam hati.
Ravella merangkul Ayahnya, dan mengecup pipi dan kening sang Ayah. Lannox merasa bahagaia melihat Putrinya. Lalu membalas mengecup kepala Putrinya.
"Terima kasih kau telah kembali Nak." Kemudian ia memeluk kembali Putrinya, Rasa sayangnya kepada Putrinya semakin hari semakin besar.
seisi Mansion seakan tak percaya dengan perubahan yang terjadi pada Duke. Tetapi mereka juga senang melihat Putri yang biasanya terabaikan, kini dilimpahi banyak kasih sayang.
Tak hanya Duke yang berubah, bahkan para kesatria, dan juga para pelayan, juga semakin menyayangi Putri.
'Aku harus cepat memberantas para tikus yang membahayakan Putriku, Aku tidak akan tenang selama mereka belum dimusnahkan.
Dan tentang apa yang terjadi pada Putriku, tidak boleh ada yang tahu. Jika tidak, mereka akan mengincarnya dan akan menjadikannya sebagai kelemahanku.
Itu tidak boleh terjadi, aku harus melindungi Putriku lebih ketat lagi.'
"Ayah, sepertinya aku tahu siapa yang meracuniku!"
"Apa? katakan siapa Nak! siapa orangnya?"
"Mmm.. namanya Wanda. Katanya dia pelayan baru, dan dia yang telah mengantarkan kukis dan teh kepadaku.
Karena katanya pelayan pribadiku dipanggil oleh kepala pelayan, jadi dia yang menggantikan Marri sementara.
Hanya itu yang Ravel tahu, Ayah. apakah itu bisa membantu penyelidikan?."
Lannox bangun mendekati Putrinya dan memeluknya.
"Jangan khawatir Nak, ayah akan melindungimu. Untuk sekarang, kau nikmati waktumu dengan tenang, dan kau bebas bermain. Tapi tetap tidak boleh jauh dari pandanganku ."
"A-ayah.." Ravella memeluk erat Duke..
"Ya sayang..!"
"Apa Ravel benar anak Ayah..?"
"Hem...," Lannox menatap Putrinya dengan raut kebingungan. "Apa yang kau katakan Ravella? Apa kau begitu meragukan Ayahmu ini?"
"Mm.. ya siapa yang tahu! kalau aku cuma anak pungut, karena Ayah merasa kasihan padaku.
Makanya ayah mengangakatku, Bukankah karena itu, dulu ayah sampai sering mengabaikan keberadaanku..???" Tampak raut kesedihan di wajah Putrinya.
"Ravel, jangan pernah bicara seperti itu lagi. Jika ada yang mendengarnya, mereka akan percaya begitu saja dan membuat gosip baru tentang keluarga ini.
Dan perlu diperjelas lagi Putriku, buang pikiran burukmu jauh-jauh. Karena semua itu tidak benar sama sekali. Kau adalah Putri kandungku Nak.
Dan kau telah terlahir dari perut Ibumu. Ayah sendiri yang melihat kau keluar kedunia ini. Dan rambutmu ini adalah milik ayah. begitupun alismu, Siapa lagi yang mewarisi rambut perak dan alis ini, jika bukan dari keturunanku.
Dan warna matamu ini, adalah milik ibumu. Serta bentuk wajahmu ini.. semuanya mirip dengan ibumu. Dan aku adalah ayah kandungmu. Kau adalah bukti cinta kami Nak. Jadi jangan pernah meragukan itu Putriku. Apa kau sudah mengerti sayang?"
Ravella mengangguk dan merangkul kembali sang ayah.
"Ravel, besok kita akan berkuda. Kau harus belajar mengendarai kuda."
"Baiklah. Selama ayah senang, aku setuju saja."
***
"wushh..wushh.. Bagaimana, Apa kalian sudah menemukan pelakunya..?"
"Sudah Yang Mulia, mereka berasal dari keluarga Baron. Dan yang berusaha membunuh Tuan Putri adalah istrinya.
Baroness Winnia Charlotte. Mmm.. dan alasannya ingin membunuh Putri karena... anda pernah membuangnya."
"Jadi begitu! Sungguh tidak masuk akal. Kalau begitu, bunuh semua keluarganya, dan sisakan dia untukku. Selanjutnya biar aku yang urus."
"Baik Yang Mulia. wushh.. wushhh.. wushhh.. mereka semua menghilang.
***
Di kediaman Baron, Pedang terus menghunus keluarga Baron tanpa terkecuali. Baron Deniass Romiress juga dibunuh tanpa ampun. Bahkan anak-anaknya juga ikut menjadi korban kekesalan sang Duke. Dan hanya tersisa satu orang yang masih hidup, yaitu istrinya.
Keesokkan harinya, Berita tentang pembantaian keluarga Baron benar benar menyita perhatian publik, dan tidak diketahui penyebab pembataian tersebut.
Para Pelayan mendengar desas desus pembantaian keluarga Baron, hingga berita itu sampai ketelinga Duke. Pria berambut perak, sedang duduk tersenyum melihat keluar jendela.
"Sekarang Putrimu, benar-benar sudah aman bocah. Mungkin untuk sekarang memang sudah aman, tapi kita tidak tahu kedepannya bukan. dan kau harus bersiap-siap akan kemungkinan terburuk" ujar Zion.
"Ya.. penjagaan Putriku juga harus diperketat lagi. Tidak ada yang boleh tahu jika kekuatan Putriku telah terbangun, ini terlalu cepat terjadi, dan diluar perkiraan. Seharusnya kekuatannya akan terbangun diusia sebelas tahun!"
"Ya, Dan tidak dipungkiri, masih banyak kejutan lain yang akan kita saksikan, karena Putrimu benar-benar sangat istimewa."
Lannox hanya terdiam mendengar ucapan Zion.
setelah selesai melakukan tugas pembaantaian, kesatria bayangan datang melapor.
"Kerja bagus.. hari ini kalian aku kasih libur, dan beristirahatlah. Karena setelah ini akan ada misi baru untuk kalian semua!"
"Siap Yang Mulia." Merekapun menghilang.
"Putri, apakah anda masih ingin minum teh..?"
"Tidak perlu Marri, bawakan saja aku air putih."
"Baik Putri."
'Aku suka sekali berada didanau ini, benar-benar tenang dan membuat betah.'
saat Ravella menikmati waktu santainya, tiba-tiba muncul di seorang menyapanya.
"Kau disini Ravella..! Sudah kuduga, tempat ini benar benar nyaman bukan....?"
"Ah, Pangeran. Hormat hamba pangeran. Kapan anda datang? Mengapa saya tidak diberitahu terlebih dalu!"
"Aku sengaja kesini setelah berunding dengan Duke."
"Berunding.., memangnya ada masalah apa pangeran?"
"Ada kekacauan di wilayah sebelah timur, para monster mengamuk dan sudah banyak ditemukan korban. Kebanyakan korban tewas dalam keadaan mengenaskan. Tubuh mereka tercabik-cabik oleh bekas cakaran yang sangat besar. Dan untuk itulah aku datang kemari."
"Berarti Ayah, akan ditugaskan kesana?"
"Benar.. dan mereka akan bergerak tiga hari lagi."
"Cepat sekali."
"Ravel untuk itu.., ikutlah denganku, selama Duke, tidak ada disini.. sudah kewajibanku untuk menjagamu."
"Maaf Pangeran, saya akan tetap berada disini.. kediaman Duke tidak boleh kosong."
"Tapi... aku sangat khawatir padamu Vella." Ujar Denfin.
"Apa maksud Pangeran..?"
"Aku bukan tidak tahu, aku sudah mendengar kabar kalau kau diracuni. Dan ini bukan untuk yang pertama kalinya terjadi. Vella, ikutlah denganku.. biarkan aku yang menjagamu."
"Terima kasih atas perhatian Pangeran. Tapi maaf, saya benar-benar tidak bisa pergi. Maaf, saya masih ada urusan, saya undur pamit dulu."
Ravella pergi meninggalkan Denfin sendirian. Dan Denfin menatap kesal pada kepergian rambut perak panjang yang terurai sangat indah.
'Mengapa semakin aku mendekatimu, kau semakin menjauh dariku, ravella!.' Ujar Denfin dalam hati.
***
"Ayah.."
"Ravel..?" Ravella datang menghampiri Lannox, dan langsung memeluknya sambil menangis sesegukan.
"Ada apa Ravel, siapa yang mengganggumu Nak? Katakan pada ayah, siapa yang berani membuat Putriku menangis..! apakah si Pangeran sialan itu?"
"Hiks.. hiks.. Ayah jangan mengumpat, dan bukan Pangeran pelakunya."
"Lalu siapa? Katakan pada Ayah." Lannox panik dan mulai kesal.
Ravella mengusap air matanya, lalu menangkup wajah sang ayah dengan kedua tangan kecilnya.
"Apa Ayah benar benar ingin tahu?"
"Ya.. katakan siapa Nak??"
"Pelakunya, Ayah sendiri..."
"A..apa..!! Memang apa yang telah Ayah lakukan padamu? sampai kau menangis seperti ini."
"Kenapa Ayah tidak bilang, kalau Ayah akan pergi membantai para Monster. Itu sangat berbahaya sekali, bisakah Ayah tidak pergi...?"
"Huhh.. jadi karna itu kau menangis? Ayah kira apa. Jangan khawatir sayang, Ayah tidak akan lama."
"Tapi itu sangat berbahaya Ayah, apalagi musuhnya adalah para Monster. Aku tidak mahu Ayah kenapa-napa."
"Tenanglah Ravel, jangan remehkan Ayahmu ini Nak. Bahkan Ayah bisa menghabisi Monster sendiriran.
Bukankah ini memang sudah tugas Ayah sebagai pelindung kekaisaran! Dan Ayah sudah biasa melakukannya. Jadi tidak perlu khawatir. Jangan menangis lagi Putriku, Katakan saja.. kau ingin dibawakan hewan apa untuk dipelihara."
"Tidak perlu. Selama Ayah pulang dengan selamat, itu sudah cukup bagiku." Lannox memeluk Putrinya, lalu menggendongnya.
"Sudah saatnya kita makan malam Nak."
"Mmh.. ya Ayah."
Setelah makan malam selesai, keduaanya kembali kekamar.
"Tidurlah sayang."
"apa ayah tidak ikut tidur?"
"Sebentar lagi, karena masih ada sedikit pekerjaan. Ayah akan menyelesaikannya dulu. Tidurlah, Ayah akan menyelesaikan."
"Ya Ayah, jangan begadang terlalu malam, selamat malam."
Lannox mengecup kening Putrinya, tak lama setelah Ravella tertidur.
"Dante keluarlah"
"Bwuss ya.. Yang Mulia."
"Perintahkan prajurit bayangan, mulai lusa, kita akan bergerak."
"Baik Yang Mulia."
"Dan kalian berempat, jaga Putriku. Aku sudah memasang Tato Aura di lengan Putriku, jika terjadi apa-apa padanya.. aku akan bisa merasakanyan. Dan aku akan segera kembali. Ingat, jaga Putriku dengan taruhan nyawa kalian."
"Siap Yang Mulia, akan kami laksanakan."
Malam semakin larut, Lannox tidur memeluk Putri kesayangannya. Tiba-tiba semua seisi istana tertidur pulas, termasuk pengawal bayangan yang menjaga Ravella.
Kemudian muncul cahaya terang dikamar Lannox, tampak seseorang keluar dari cahaya tersebut.
Pria berwajah tampan rupawan, bermata netra emas, dengan rambut hitam panjangnya yang kelam. Memakai jubah emas yang membalut seluruh badan indahnya.
warna netra Emas menyala, menatap Ravella yang sedang tertidur pulas.
"Hem lucu sekali.. saat dia tertidur."
Lalu tangan Pria itu mengeluarkan jubah transparan miliknya, dan membalut menyelimuti mereka berdua dengan satu jari. Jubah itu melayang dan menyatu pada tubuh kedua Ayah dan Anak itu.
"Jubah ini akan menjaga kalian dari serangan apapun, terutama bocah ini."
Dan kemudian keluarlah, jubah lainnya, yang bewarna biru terang.
"Dan ini untukmu Zion, jubah ini akan melindungimu dari serangan para Monster apapun itu."
Ia menatap lekat wajah Ravella, sambil menyeringai.
"Hmm.. kita akan bertemu lagi Permaisuriku."
Tubuh Ravellapun kembali melayang tinggi, dan mendekati sosok Pria tersebut. Lalu Pria itu mengecup kening Ravella dengan lembut, setelahnya tubuh Ravella melayang kembali kekasur yang ditidurinya bersama Sang Ayah.
"Untuk sekarang, hanya ini bantuan yang kuberikan padamu, agar kau tidak bersedih lagi Permaisuriku. Hmm sepertinya, sudah waktunya aku kembali."
Pria itupun kembali menghilang ditelan cahaya. Seisi istana yang tertidur kini telah sadar kembali, termasuk para pengawal bayangan.
"Eh, kenapa aku bisa tertidur..!"
semuanya kebingungan dengan apa yang terjadi, semuanya telah kembali normal. Zion yang tadinya tertidurpun telah sadar.
'Bagaimana aku bisa tidur? Ini benar benar aneh!'
Zion kembali berjaga, ia tidak menyadari tubuhnya telah diberikan jubah sakti. Oleh seseorang yang tak satupun mengetahui keberadaannya, hanya malam yang menjadi saksi bisu akan kejadian malam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments
shana 3108
lanjut lagi ya thor.
2022-03-05
4
achaaa_AlisyaJeslynchaniago
hah Permaisuri?? berartii (tersenyum penuh arti) eheq heheh
2021-12-10
5